" Arisa.... " Dina melambai ke arah Arisa yang duduk sendirian di dalam kantin. Dengan berjalan cepat dia menghampiri Arisa dan duduk di depannya.
" cerah banget tuh muka, dapat lotre bu? " tanya Arisa, Dina terkekeh kemudian menggelengkan kepalanya. Dia meraih garpu dan mengambil mie di piring Arisa " bini orang tajir tapi masih mengembat makanan anak beasiswa kek gue " gerutu Arisa, Dina cengir
" belum dapet kiriman gue " jawab Dina, Arisa memicingkan matanya tidak percaya.
" lo pikir gue percaya? dari yang gue lihat suami lo bukan orang yang mikir berapa jumlah uang untuk yang dia sayang " ucap Arisa, Dina hanya senyum dengan wajah merona " jadi? "
" gue tuh seneng banget... setelah beberapa hari tugas gue kelar juga... " cerita Dina. " gue kira gak bakal selesai selesai "
" makanya walau suami lo datang, lo tetap harus kuliah bukan cuman indehoy terooss " Dina yang tadinya baru membuka keripik kentang langsung melempar sepotong keripik ke arah Arisa " apa gue salah? "
" tapi enak loh Ar- " giliran Arisa yang melempar Dina
" kuping gue masih suci gak usah lo nodai " gerutu Arisa sedangkan Dina sudah tertawa. " jadi sudah ada kabar cuti belum lo? "
" belum sih * ucap Dina dia berdiri dan mengambil makan untuk dirinya tak lama dia kembali duduk. " tapi dengan tidak adanya tugas gue bisa sepuasnya telefonan sama suami gue... "
Arisa memutar bola mata jengah lagi Dina terkikik melihat ekspresi Arisa yang jengah terhadapnya.
" Jadi Sa, lo sendiri bagaiamana? cuti lo? " Arisa mengedikkan bahunya. " lo memang gak kepikiran mau pulang? "
" gue bakal pulang setelah kuliah gue selesai " jawab Arisa " biaya mahal dan bukankah akan lebih baik gue kerja kalau cuti nanti, lumayan loh gajinya " beritau Arisa " mau ikutan gak? "
" gak bakal diizinin "
" suami lo? "
" mertua gue " kata Dina
" orang tua lo bagaimana? " tanya Arisa, Dina langsung memasang wajah malas
" mereka mah malah seneng liat anaknya nelangsa, apa lagi Mama " kata Dina dengan sedikit bersungut " tau gak sih, mereka selama beberapa bulan ini mondar mandir Indo-Amerika tapi gak pernah nengokin gue bulan madu terus kasih gue adek juga gak pernah jadi " giliran Arisa yang tertawa terbahak.
" kasian banger hidup lo "
" kaaannn... ? " Dina memasukkan makanan ke mulutnya " lo sendiri berapa bersaudara? "
" dua, adek gue masih enam tahun sekarang. " jawab Arisa.
" enaknya... gue anak tunggal, Arsyad juga jadi ya gitu. untung ada anak tetangga yang selalu gue ajak main " curhat Dina " bokap gue gak mau nyokap punya anak lagi karena waktu lahirin gue... nyokap sempat koma "
" bokap lo trauma Di... wajar sih " kata Arisa " bokap gue juga sih, tapi nyokap gue jago ngerayu " kata Arisa " ya udah sih kalau lo kesepian ya buat sendiri saja "
" gue dan pak suami sepakat kalau punya anak setelah nyelesain kuliah takutnya kan gue gak nyelesein sekolah dia juga gak mau gue ngerusin sendiri karena dia kuliah sambil kerja " kata Dina, Arisa mengangguk paham yang dikatakan Dina benar.
" iya sih... lo juga masih terlalu kecil untuk punya anak "
Uhuk
Dina hampir saja terselak karena ucapan Arisa, dia mendengus dia tau arti kata kecil itu.
" iya iya... yang sudah besar " sungut Dina " tapi biar gue kecil pendek imut imut yang penting sudah laku, hahahahaha.... " giliran Arisa yang mendengus, Dina lawan yang tangguh untuk berdebat.
*****
Arsyad menendang pantat Andry yang berbaring di kasurnya, karena dia tidak mengizinkan siapapun berbaring di sana kecuali Dina dan anak anak mereka kelak.
" adow... " seru Andry lebay, Arsyad hanya memutar bola mata jengah.
Andry sejak pagi ada di rumahnya mengikuti kemana pun Arsyad pergi kecuali kamar mandi.
" kamu kenapa hah? " kesal Arsyad yang sudah mulai jengah karena di ekori terus
Andry menggeleng dan pindah ke sofa di kamar itu berbaring di sana. Arsyad menggeleng pelan. Entah kenapa lagi sepupunya itu, keanehannya hari ini benar benar aneh tidak seperti biasanya.
puk
Arsyad melemparinya bantal sofa ke arah punggung Andry yang berbaring memunggunginya
" makanya kalau suka ngomong. laki laki bukan kamu? " kata Arsyad, Andry duduk menatap Arsyad yang sudah rapi dengan jasnya.
" ngapain lo pake baju putih putih begitu kayak orang mau kawin lagi " kata Andry mendengus
" sembarangan " Arsyad membuka laci mengambil jam tangannya di sana " bagi saya nikah cukup sekali, lagian ini jas yang di kasih omah gak enak kalau nolak " ucap Arsyad.
" oh " Andry kembali berbaring hari ini moodnya benar benar buruk dan Arsyad tau itu. " Ram, kalau gue acak acakin hari lo setuju gak? " tanya Andry
" jangan bodoh dan mempermalukan diri sendiri " Arsyad kembali ke depan cermin " kamu pergi tidak? "
" gue malas, tapi kalau tidak pergi.... ck gue pergi " Andry dengan ogah ogahan bangun menuju kamar tamu.
Semenjak kepergian Dina, Arsyad memilih tinggal di rumah orang tuanya dia ke apartemen hanya sesekali dan kerumah barunya hanya untuk mengecek saja karena rumah itu masih kosong hanya pembersih saja yang selalu ke sana untuk membersihkan rumahnya itu..
Tak lama Andry kembali muncul tentunya dengan wajah yang sedikit cerah karena baru selesai mandi. Dia melihat Arsyad yang sibuk dengan ponselnya dan sudah pasti Dina yang ia kabari.
" ayo " ajak Andry, Arsyad mendongak tak lama dia melempar kunci mobil ke Andry " apa apaan nih? "
" kamu yang nyetir, saya mau telfon Istri saya " Arsyad berjalan lebih dulu membuat Andry yang di belakangnya menggerutu
" dipikir gue sopir apa? ck "
Mereka tiba di sebuah hotel yang juga termaksud milik Narenra grup, hotel milik keluarga Arsyad.
" sebenarnya Kinan mau menikah dengan siapa sih? kok omah lo yang rempong " Tanya Andry yang menegakkan tubuhnya sesekali tersenyum ke arah gadis gadis yang terang terangan menatap ke arah mereka.
Arsyad mengedikkan bahunya tidak peduli, dia hanya hadir memenuhi undangan.
Berbeda dengan Andry yang tersenyum ramah, Arsyad memasang ekspresi dingin dan berjalan saja. Dia malas menanggapi karena perasaannya tiba tiba buruk
Arsyad menghampiri orang tuanya yang memang pergi lebih dulu ke acara. Mereka menyalami keduanya.
" Bunda.... Aku kangenloh bun " Andry memeluk Dian yang tidak lain Bundanya Arsyad dan juga adik perempuan Papinya.
" kamu yang sombong, jarang main ke rumah lagi " Dian mengusap kepala ponakannya itu.
" loh A' kok kamu pakai jas putih? dresscodnya kan Hitam A' " tanya Dian beralih ke putranya
" omah yang sur- "
" akhirnya kamu datang " Omahnya muncul dengan wajahnya berseri membuat Arsyad mengkerutkan keningnya " kamu ikut omah "
Arsyad menahan diri " untuk apa? "
" ikut saja " Omahnya kembali menarik " omah senang sekali hari ini kamu juga memakai baju itu. "
" apa rencana omah kali ini " Arsyad menghentikan langkahnya begitu dia akan di giring ke sebuah kamar.
" loh kamu kan yang jadi mempelai laki laki Kinan " ucap Omahnya membuka pintu " Kinan ini Omah bawa Arsyadnya "
" AR " Kinan berjalan ke arahnya tapi belum sampai Arsyad sudah menatapnya tajam, dia tertawa sarkas menatap omahnya sengit
" kalian gila " kata Arsyad
" Ar.. in-awww.... " Kinan meringis karena Arsyad mendorongnya hingga jatuh
" saya diam dan kalian makin melunjak " Arsyad mendengus
" apa salahnya A' " Omahnya bersuara " lagian istri kamu tidak di sini kalau pulang yang kamu ceraikan sa- "
brakk..
Arsyad memukul pintu membuat mereka kaget, Ayah bunda dan Andry yang berada tidak jauh mendekat.
" kamu ingin saya nikahikan? " Arsyad jongkok di depan Kinan tatapan matanya tajam membuat Kinan bergetar dia mencengkram dagu Kinan. " baik... tapi setelahnya kamu harus menghilang dari hidup saya dan istri saya karena kalau kamu berani muncul saya akan membuat kamu menyesal, menyesal karena hidup, saya tidak akan menafkahi kamu tidak akan peduli padamu dan saya tidak akan segan membuangmu, jalang "
" ada apa ini? " Aryo bersuara dia bingung dengan kalimat Arsyad, Arsyad berdiri membuka jasnya dan membiarkannya di lantai
" tanya sama Ibunya Ayah " Arsyad menoleh dan menatap tajam omahnya " bukan begitu Omah "
" omah lakukan ini demi kebaikan kamu, kamu jangan bertingkah bodoh seperti ayah kamu, Kinan perempuan baik dan cocok untuk kamu " Omahnya berseru
" KEBAIKAN DARI MANA? OMAH HANYA AKAN MEMBUAT SAYA HANCUR DENGAN MENIKAHI PELACUR OMAH "
" Arsyad " tegur Ayahnya.
" JANGAN BUAT OMAH MALU ARSYAD... KAMU NIKAHI KINAN DAN CERAIKAN DINA "
" IBU " kali ini Aryo yang berseru " Aryo kecewa sama Ibu " Ayah Arsyad memutar tubuhnya meraih pinggang istrinya dan bergegas pergi " batalkan acara ini "
" sayang sekali harus batal om " Andry bersuara membuat Aryo menatap keponakannya itu, Andry memungut jas yang di lepas Arsyad " benar kata omah, kedua belah pihak keluarga akan malu "
" apa maksud kamu, Arsyad tidak akan menikah lagi " kata Aryo
" ARYO " tegur Ibunya
Andry terkekeh pelan langkahnya mendekati Kinan yang sangat cantik dengan gaun putih pernikahan. Kinan yang sejak tadi diam dengan wajah pias makin gemetaran melihat senyum Andry.
" tidak... bukan Rama, tapi aku Om. " ucap Andry jongkok di depan Kinan yang menatapnya penuh ketakutan
" jangan kurang ajar kamu " Omahnya berseru, Andry mendongak
" Andry hanya menyelamatkan kedua belah pihak keluarga dari rasa malu loh Omah, bukan kurang ajar " Andry berucap dengan tenang dia kembali menatap Kinan sebelum membantunya berdiri, dia berbisik ke Kinan " kalau lo gak mau keluarga lo hancur sebaiknya turuti gue, lo tau gue kan? "
" Lakukan sesuka mu " ucap Aryo
" Andry...Mami papi mu bagaimana? " tanya Dian dia sangat tau watak ponakannya itu. Andry anak penurut
" tenang saja, bisa di atur " Andry melihat ke arah Arsyad yang diam, amarah masih terlihat jelas di wajahnya. " tenang Ram, dia dalam pengawasan gue "
" bagus " Arsyad hanya mengatakan itu dan berlalu.
" aseeekkk kawin gue " seru Andry heboh tapi matanya tidak mengatakan itu " gue akan memberi pelajaran pada siapapun yang mengganggu sepupu gue " ucapnya Dingin pada Kinan begitu Arsyad dan orang tuanya berlalu
*******
bersambung....