Chapter 32 - 32

Dina cekikikan menatap ponselnya melihat penampakan cowok yang terlihat masih sangat mengantuk, wajar saja di sana masih jam empat pagi.

Dina bertopang dagu, ah... rasanya dia mau segera pulang saja.

" adek gak ngampus? " tanya Arsyad yang sesekali mengucek matanya, Dina menggeleng " kenapa? "

" sudah selesai " jawab Dina " Aa' di kampus bagaimana? "

" biasa saja "

Arsyad meletakkan hpnya di meja membiarkan Dina melihat aktifitasnya. Pemuda itu meminta Dina menunggu sebentar karena dia akan membasuh wajah.

" Aa' kapan ke sini? " tanya Dina begitu Arsyad kembali mengambil ponselnya

" belum tau, lagi sibuk sibuknya di kampus, di kantor juga " Dina cemberut, melihat itu Arsyad terkekeh kecil " adek kurusan " tegur Arsyad.

" gak nafsu makan A', gak cocok sama makanan di sini, mau masak sendiri juga males " jawab Dina

Arsyad masih menatap Dina " adek sakit? "

" gak "

" muka adek pucat " kata Arsyad, Dina mencuatkan bibir bawahnya

" kangeeenn " rengeknya " mau pulang "

" belum ada tiga bulan dek " kikik Arsyad " insya Allah libur semester Aa' kesana "

" bener ya " Arsyad mengangguk " kalau Aa' bohong, adek gak mau bicara sama Aa' "

" yakin? " Dina mendengus membuat Arsyad tertawa, jenis tawa yang dirindukan Madina. " susah ya dek, sudah hampir subuhan. " Dina cemberut tapi mengangguk juga " ingat jangan lupa sholat. nanti Aa' hubungi adek. assalamu alaikum

" wa'alaikum salam A' "

*

Dina merapikan barang barangnya dan bersiap kembali ke apartemennya.

" Dina? "

" eh Will " sapa Dina balik, pemuda itu tersenyum ramah.

" seneng liat lo di sini " kata William, Dina hanya tersenyum tipis " mau makan Din? "

" ah gak, gue baru saja mau pulang " jawab Dina " duluan ya " pamit Dina

" eh Din " William mencegat tangannya tapi spontan Dina melepaskan " so..sorry "

" i.. iya, maaf juga " kata Dina.

William menggaruk tengkuknya " nanti malam lo ada waktu gak? mau makan bareng? "

" maaf, tapi gue harus ngerjain tugas " tolak Dina halus, tidak mungkinkan dia akan keluar makan malam berdua dengan sementara dia sudah menikah " Maaf ya, Will "

" okelah lain kali saja "

Dina tidak mengangguk ataupun mengiyakan dia hanya tersenyum dan langsung pamit.

" dia bikin gue penasaran " William bergumam sebelum tersenyum simpul melihat punggung Dina yang berlalu.

*

Arsyad duduk di pojok ruangan sambil memainkan hapenya, kalau saja hari ini tidak ada mata kuliah yang penting dia akan lebih memilih ke kantornya.

" Arsyaaaddd... "

Arsyad mendengus, Mona.. si kakak tingkat yang hampir setiap hari ke kelasnya. Kakak kelas yang masih gencar mengejarnya padahal dia selalu mengabaikan kakak kelas itu.

" Ar " Lintang menyenggol lengan Arsyad

" hm? "

" kakak kelas lo noh " ledek Lintang, Arsyad diam " Madina buat gue aja ya-akh... " Lintang meringis saat Lintang menendang kursinya " selo broo... gue kan bercanda "

" dan itu tidak lucu "

" hahahahaha.... tenang aja, gue udah move on kok " Lintang terkikik geli. " urusin noh kakak kelas lo "

Arsyad menjauhkan lengannya dari Mona yang hampir saja memeluk lengannya, Gadis itu mendengus dengan sikap jual mahal Arsyad.

" hari ini kamu ada w- "

" maaf kak, saya sibuk " Jawab Arsyad. dia tersenyum begitu ada panggilan masuk " Lin jam berapa sekarang? "

" dua " jawab Lintang " Bini lo? "

" hm " Arsyad bergumam sambil mengangkat telfon "Assalamu'alaikum dek "

" cih " Mona mendengus melihat Arsyad beralalu

" sudahlah kak, Arsyad itu tipe setia sama pacarnya " Andry yang tadi tidur kini bertopang dagu menatap Mona " bahkan jika kakak mengobralkan diri padanya "

" lo? " Mona menatap Andry sedangkan Andry malah menguap

" kakak jangan lihat saya begitu, nanti jatuh cinta lo " Andry tersenyum manis " repot kalau kakak jatuh cinta dengan saya, saya sudah ada orang yang di suka dari lama "

" lo nantang gue? " Mona tersenyum di balas Andry dengan senyuman manis pula. " sebulan, gue bakal buat dia bertekuk lutut sama gue, dan memutuskan istri pura puranya. "

Andry tertawa " dengan cara kakak telanjang dan merangkak ke kasur Arsyad? "pemuda itu menyeringai " cara itu sudah banyak yang mencobanya tapi tidak ada yang berhasil "

" Andry " mereka menoleh dan mendapati Arsyad di sana " catat semua materi hari ini. aku ada urusan mendadak "

Mereka kaget begitu Mona berjalan keluar sambil menghentakkan kakinya

" woi gue bukan asisten lo " kesal Andry " ah ilahh.... padahal gue mau ke fakultas kedokteran "

" ngapain lo ke sana? " tanya Lintang yang sejak tadi diam memperhatikan Andry dan Mona

" lo gak tau? cewek cewek disana.. cakep cakep coy. lo mau ikut? "

" cewek? kuylah "

" oh ya, teman cewek lo yang ngincar Ar... itu siapa? "

" Risa "

" ya yang itu, sekarang kemana dia? "

" sekolah di luar dia, patah hati di hari kelulusan " jawab Lintang melirik Arsyad, Arsyad hanya mengedikkan di bahunya " tapi tepatnya di mana gue gak tau "

" aku sudah bilang dari awal kalo aku tidak bisa bahkan jauh sebelum aku dan Madina sama sama " ucap Arsyad " jangan melihatku begitu " decak Arsyad.

" jadi lo ada urusan apa? " tanya Andry mengubah topik

" ada sedikit masalah kantor, dan aku harus ada di sana " jawab Arsyad " duluan "

" yeee... " cibir Andry " kuy lah kita ke fakultas ke dokteran. "

" jom " Lintang juga bergegas bangkit, dua pemuda itu meninggalkan kelas.

*

Arsyad sudah duduk di kursi kebesarannya, dia memijit pangkal hidungnya melihat laporan yang baru di kasih Asistennya.

" bagaimana hasil laporannya berbeda? " tanya Arsyad " Dim, saya minta kamu turun langsung menyelidiki ini " ucap Arsyad

" iya pak "

Arsyad menyalakan interkom dan menyuruh sekretarisnya masuk

" ada apa pak? " tanya Sri

" batalkan rapat dengan para petinggi "

" tapi pak ini kan rap- " kalimat Sri terhenti karena tatapan tajam Arsyad " saya akan lakukan pak "

" buatkan saya jadwal ke Batam " suruh Arsyad

" Batam? " bingung Sri, dia melirik Dimas tapi asisten bos itu mengedikkan bahunya. " tapi pak, kita tidak punya koneksi apapun di sana "

" kalau tidak ada maka kita akan membuat " jawab Arsyad " siapkan penerbangan dan hotel, saya akan ke sana besok "

" bagaimana dengan kuliah anda? "

Arsyad menghela nafas " tenang saja, ada Andry yang akan mengurus, kamu hanya perlu menyelidiki kasus penggelepan Dana di sini, selidiki sampai akar akarnya "

" iya pak "

" kalian bisa keluar "

Arsyad bersandar di kursinya dan matanya tertuju ke arah foto yang ia simpan di atas meja kerjanya, foto yang ia ambil dari hp Andry, foto yang pernah di perlihatkan Madina padanya.

" sebentar lagi " gumamnya.

Arsyad meraih telfonnya dan mulai menghubungi pihak yang akan ia ajak kerja sama secara langsung, sementara Dimas bekerja di sini dia akan mencari koneksi yang lain.

Teringat sesuatu Arsyad kembali mengambil hp miliknya dan menghubungi pemborong yang mengerjakan rumah miliknya yang sedikit lagi rampung.

*

Dina memilih tidak langsung pulang karena lagi lagi dengan alasan dia tidak mau sendirian jadi memilih ke tempat ramai, ke taman kota padahal sudah malam.

" hah... laparnya, apa gue cari restorand indonesia saja ya? hmmm... tapi mager " Dina bergumam sendiri

Dina menopang dagunya, matanya menyusuri taman itu, tatapan Dina langsung kesal.

" ck, padahal gue udah nikah, tapi kenapa rasanya kayak jomblo " Dina kembali bergumam " ini pada gak punya malu atau apa? bermesraan depan umum, cih... "

" HAHAHA... " Dina hampir saja jatuh sangking kagetnya mendengar orang yang duduk di belakangnya tertawa.

" astagfirullah hal adzim " Dina mengelus dadanya, dia menghadap belakang dan seorang gadis tengah cengir ke arahnya.

" Maaf, aku tidak maksud ngupi- "

" HUAAA.... AKHIRNYA GUE KETEMU CEWEK INDO " pekik Dina " hikss... terharu gue "

Gadis itu kembali tertawa dia mengulurkan tangannya

" Gue Arisa " Dina dengan senang hati menerima uluran tangan itu

" Madina, tapi lo boleh panggil Dina "

" gue dengar tadi ngeluh, pertama kalinya pisah sama pacar ya? " tebak Arisa

" suami "

" WHATT? JADI GUE GAK SALAH DENGAR? BENERAN SUAMI? " pekik Arisa, Dina mengangguk " hahaha... bercanda ya? "

" gak ih... beneran suami gue " jawab Dina sambil cemberut " karena harus sekolah jadi ya... kita berdua LDR-an dulu "

" hehe... gue percaya kok " ucap Arisa menyalakan hp nya " eh buset, sudah jam segini aja. " Dina ikut melihat hp nya " lo tinggal di mana? "

" di jalan xxxxxx "

" heh serius? " Dina menganggukkan kepalanya

" kenapa? "

" gue juga tinggal di sana " Dina menatapnya tidak percaya " jangan jangan kita.... "

Mereka berdua langsung tertawa, tidak peduli dengan tatapan heran orang orang di sekitar mereka.

Tak lama mereka memutuskan untuk pulang, begitu sampai Dina makin takjub karena apartemen mereka bersebelahan.

Begitu Dina masuk ke kamar apartemennya, Arisa langsung menghilangkan senyumnya dan mengganti dengan raut wajah serius, dia mengambil hpnya.

" halo pak "

"... "

" iya, saya akan terus mengawasinya. " jawab Arisa dengan pandangan tertuju ke pintu apartemen Dina " saya mengerti, anda jangan khawatir "

******

tobecontinued