Chapter 31 - 31

Dina menatap bangunan di depannya, akhirnya dia masuk kuliah juga setelah dua minggu lebih mengurus semua persyaratannya. Dengan langkah sedikit ragu, Dina berjalan masuk karena biar bagaimana pun dia belum mengenal siapapun di sana.

Begitu menemukan kelas pertamanya Dina memilih masuk tanpa bersuara karena dia sangat sadar dia tidak di tanah air dan culture setiap negara itu berbeda. Dina menghela nafas panjang

" rasanya mau pulang saja " gumam Dina melihat suasana kelas yang sepi.

" kamu dari indonesia? " Seorang pemuda tiba tiba berbalik ke arahnya membuatnya kaget dan hampir terjungkal ke belakang. " Ah... Maaf maaf, " pemuda itu mengulurkan tangannya " gue William gue juga orang indonesia "

Dina diam menatap uluran tangan itu, dalam hati dia berkomat kamit ' Adek punya Aa'nya, adek punya aa' ' membuatnya enggan menerima uluran tangan itu, Dina menangkupkan tangannya di dada

" Madina " ucapnya " Madina Dirgantara "

ah satu lagi, karena hendak bersekolah di luar tanpa suaminya jadi Dina memutuskan memakai hijab sebagai perlindungan diri. Meski dia sadar itu tidak akan mudah nantinya.

William menggaruk tengkuknya yang tidak gatal dia tersenyum " maaf "

" tidak apa " jawab Dina.

" gue senang, ada yang dari negara yang sama dengan gue, so, lo tinggal di mana di sini? " tanya William

" tidak jauh dari sini " jawab Dina, dia bertopang dagu " gue juga tidak menyangka akan bertemu dengan orang indonesia di sini, maksudku... di kelas yang sama dengan gue "

William hanya tertawa " oke. kita teman "

" tidak masalah "

***

" Yo... " Arsyad menoleh begitu ada yang menepuk bahunya

Ibra cengengesan menatap temannya itu, tidak lama Lintang juga muncul, lagi lagi mereka akan berada di kampus yang sama.

" lagi? " Lintang menatap tidak percaya melihat kehadiran temannya.

" wauahh.... akhirnya kita satu kampus " Andry, Libra dan Virgo juga muncul

Mereka tertawa dan seperti biasa hanya Arsyad yang berdiam diri. Lintang yang menyadari itu langsung mendorong bahu Arsyad

" woy... santai aja kali bos, gue tau kok lo kangen sama Dina " kata Lintang

Arsyad hanya mengedikkan bahunya dan berlalu terlebih beberapa senior memang sudah ada yang bersiap siap untun ospek.

*

Semua mahasiswa baru di kumpulkan di lapangan setelah beberapa penyampaian dari rektor dan beberapa petinggi kampus juga dosen.

beberapa senior berdiri di depan mereka menatap angkuh para MaBa tatapan khas para senior saat ospek.

Arsyad menghela nafas panjang, seandainya dia bisa tidak mengikuti ospek? tapi dia juga ingin merasakan seperti ospek mahasiswa itu karena saat SMA dia tidak ikut ospek karena itu awal awal dia bekerja di kantor ayahnya.

" hei kamu? " senior itu menunjuk Arsyad

" saya kak? " tanya Arsyad

" iya lo, buruan sini? "

Dengan sedikit bingung Arsyad maju, dan di situlah dia sadar kalau hampir semua gadis melihat ke arahnya, Arsyad menghela nafas panjang... padahal dia tidak ingin mencolok seperti saat di SMA dulu, dia ingin menjaga hati untuk dirinya dan gadis ah bukan, tapi wanita yang sekarang berada jauh di negara orang untuk belajar.

" Nama? "

" Arsyad kak "

" lo gak baca ya peraturan sebelum ke sini? " kakak tingkat itu mengangkat dagu angkuh.

" baca kak "

" terus kalo lo baca kenapa lo masih pakai ini? " Kakak tingkat itu mengangkat tangan Arsyad yang terdapat cincin " ini fakultas bisnis bukan fashion. "

" maaf kak " ucap Arsyad, astagaa... dia tidak pernah di tatap dengan menyebalkan seperti itu.

" lepas " Arsyad dengan sedikit ragu melepaskan cincin pernikahannya dan memasukkannya ke dalam saku " yang nyuruh lo taro di kantong siapa? kemarikan "

" tapi kak "

" Apa? " Arsyad menghela nafas " taroh di sana "

" kapan saya bisa mengambilnya kembali? " tanya Arsyad, Kakak tingkat itu menyeringai

" barang yang di ambil tidak akan kembali "

Arsyad yang tadinya hendak menyimpan cincinmya menarik kembali dia menghadap ke kakak kelas itu

" apa kakak bersedia menjelaskan itu pada istri saya kalau dia bertanya di mana cincin pernikahan milik saya? " tanya Arsyad

Beberapa kakak tingkat itu melotot tapi tak lama tertawa.

" jangan bercanda... cepat simpan "

Arsyad menghela nafas panjang dan menyimpan cincin itu, dia bisa melakukan banyak cara untuk mendapatkan kembali cincinmya.

" untuk apa kamu maju? " Arsyad melirik Virgo yang juga maju ke depan, pemuda itu memperlihatkan cincin di tangannya. " heh.. apa ini juga cincin pernikahan? "

" benar " jawab Virgo santai " kakak bisa menanyakan langsung ke orang tua saya "

" apa jangan jangan kalian berdua pasangan " dan tiba tiba meledak tawa kakak tingkat dan para MaBa kecuali beberapa orang.

" kalau ini bukan ospek, sudah gue gelindingin tuh kakak kelas " cibir Andry

Arsyad menghela nafas panjang, sudahlah... melawan kakak tingkat saat masa ospek tidak akan menang, toh kakak tingkat selalu benar.

Setelah banyaknya kegiatan akhirnya mereka bisa istirahat, Arsyad melihat jam di hpnya jam dua siang berarti di tempat Madina sudah sangat larut dan mungkin gadis itu sudah tidur.

" nungguin telfonnya Adin? "

" Madina, namanya Madina " kesal Arsyad, Andry tertawa

" lo masih marah karena cincin lo disita? " tanya Andry, Arsyad hanya mendelik " jeng jeng " Andry membuka kepalan tangannya dan memperlihatkan dua cincin milik Virgo dan Arsyad

" lo gila ya? kalau kakak tingkat tau habis di rebus kita " ucap Virgo, Andry tertawa

" tenang saja, tidak akan ketahuan "

" sinting emang lo " kata Virgo, Andry hanya terkikik

" biar gue yang taro, tidak akan ada yang curiga " Libra tiba tiba mengambil dua cincin itu " kita kan beda fakultas "

Arsyad dan Virgo hanya menghela nafas panjang melihat kepergian kembaran Virgo itu setelah menyimpan cincin dalam saku.

" sejak kapan kamu dan Libra dekat? " Arsyad memicing menatap Andry yang di balas dengan kedikan bahu " An? "

" well... kami punya sesuatu bisnis bersama jadi sangat wajar kalau kami dekatkan " jelas Andry. Virgo dan Arsyad menatapnya intens " wooo.... kami tidak merencanakan apa apa "

Virgo menghela nafas panjang " gue kenal baik dengan Albino itu, dia kembaran gue. " kata Virgo " hanya jangan membuat masalah besar, kalian dua orang nekat "

Andry menyengir, pemuda itu memang selalu bertingkah seolah tidak ada yang terjadi.

" jangan melibatkan siapapun " kata Arsyad.

Setelah beberapa menit para Maba di kumpulkan kembali mendengar beberapa materi pembelajaran.

" dek "

Arsyad mendongak dan mendapati kakak tingkat perempuan di depannya, Arsyad hanya menatap datar.

" pulpen saya, tolong dong " Arsyad mengikuti arah telunjuk si kakak kelas, sebuah pulpen di samping kursinya.

Arsyad memungutnya begitu dia menegakkan duduknya dia kaget karena wajah kakak kelas itu sangat dekat dan otomatis Arsyad memundurkan wajahnya.

Kakak tingkat itu menyampirkan rambut panjangnya di belakang telinga sambil tersenyum manis, Arsyad? tentunya masih datar.

" aku tidak percaya kamu menikah "

" terserah kakak, itu hak kakak untuk percaya atau tidak " Arsyad menyodorkan pulpen itu. si kakak tingkat berdehem kemudian mengambil pulpen itu

" satu bulan, dalam satu bulan akan aku buat kamu jatuh cinta padaku " bisik si kakak tingkat.

Arsyad tidak menjawab dan memilih kembali fokus ke depan, malas meladeni.

******

tobecontinued