Chapter 30 - 30

Dina memeluk erat Amy, sekarang mereka semua mengantarkan kepergian Madina.

" udah sih Di, kan kita bakal ketemu lagi juga " ucap Amy mencoba tersenyum karena dia juga mencoba menahan air matanya.

" huaaa... jangan nikah kalau gue gak ada " kata Dina, Amy terkekeh.

" masih lama Di.. " kata Amy, Dina mengeructkan bibirnya

" jangan boong ya, gue tau kalau Dia " Dina menunjuk Ibra yang bicara dengan Arsyad dengan dagunya " sudah ngelamar lo "

" apa sih " Dina terkekeh sedangkan Amy mengalihkan pandangannya.

Dina beralih ke Moudy, walaupun mereka tidak terlalu dekat tapi bagi Dina mereka sudah menjadi teman.

" Dedek... yang sehat ya di sana. kasih kabar kalau sudah lahiran " Dina mengelus perut Moudy yang memang sudah sedikit menonjol " hihi... kalau nanti aunty pulang mau hadiah apa? "

" aunty kepala lo dari hongkong " mereka menoleh dan mendapati Liam, Adam dan adiknya Adam.

" kokoh, ketua kelas " seru Dina membuat Liam langsung cemberut.

" Madina Mekkah, gue bosan ya kasih tau lo kalau gue punya nama. " kesal Liam

" tapi lo kan kokoh kokoh " jawab Dina enteng. " hai cantik... " Dina beralih ke adik Adam yang berada dalam gendongan pemuda itu. " namanya siapa? "

" Nica " jawabnya sebelum menyembunyikan wajahnya di bahu kakaknya.

" mau ikut kakak gak? kakak mau naik pesawat dong " kata Dina lagi, Nisa mengangkat kepalanya

" tebang? " Dina mengangguk gadis kecil itu menatap Adam " Abang, Nica mo tebang "

" mau tebang? " Liam bertanya, Nica mengangguk antusias " suruh abang adam ke hutan terus tebang deh pohonnya "

" ihh... bukan tebang, tapi tebang kakak... " ucap gadis kecil itu gemas " tebang langit wushh... wush... gitu " jelasnya membuat mereka tertawa.

" Apa ini seru sekali " Ibra bertanya sambil melangkah ke arah mereka

" hai Nica " sapa Arsyad mengelus kepala anak manis itu, Dina melongo " kami sering bertemu " beritau Arsyad pada Dina.

" kakak pyinss " Nica mengulurkan tangannya pada Arsyad minta di gendong

" wah tau aja mana orang ganteng ini anak " seru Liam, Adam hanya tertawa.

Dina kembali memasang wajah mendungnya begitu mendengar pemberitahuan keberangkatannya. Arsyad berdiri di samping Dina menggenggam erat tangan istrinya itu. Dina mendongak dan mengalihkan perhatiannya ke teman temannya.

" Jaga kesehatan ya Din " ucap Liam

" jangan ceroboh, sholat jangan lupa " Amy mengingatkan

" semoga sukses " kata Adam

" terimah kasih "

" jangan selingkuh ya Din sama bule " ucap Andry asal, Arsyad mendelik ke arahnya sedangkan Dina mencibir.

Moudy melangkah merengkuh Dina sebentar.

" oh,. Lintang bilang dia minta maaf karena tidak bisa datang buat nganterin elo " beitau Ibra

" tidak apa apa "

" adek, ayo " panggil Mamanya.

Dina menghela nafas dia menatap Arsyad yang belum mengatakan apa apa padanya. Tangan pemuda itu terulur mengelus pipi Dina sebelum mengecup kening Dina

" jaga diri di sana, terus hubungi Aa'" Dina menganggukkan kepalanya

" Aa' juga jangan kerja mulu, awas kalau gak nemuin adek " ancam Dina.

" em " gumam Arsyad. Dia meraih Dina membawa gadis itu kepelukannya membuat Dina menangis " berangkat gih "

Dengan tidak rela Dina mau tidak mau melepaskan pelukannya, sekali lagi dia menatap wajah suami dan teman temamnya sebelum berbalik menyusul Mamanya yang mengantarkannya.

Arsyad memandang keluar bandara ke arah langit, pesawat Dina sudah berangkat sejak lima belas menit yang lalu.

" Ar "

" Ram " Andry dan Ibra berseru bersamaan. pemuda itu menoleh.

" ayo balik "

" hn "

*

Dalam pesawat Dina masih saja menjatuhkan air matanya, Adela yang duduk di samping putrinya itu mengusap punggungnya.

" Kan Aa'nya Adek sudah janji mau nemuin adek kalau ada waktunya " ucap Adela, Dina tidak menjawab dan masih berusaha menahan tangisnya.

" Padahal baru setengah tahun tapi kenapa berat banget ninggalin Aa' " curhat Dina dia menghapus air matanya.

Adela mengusap rambut putrinya " karena kalian sudah menikah sudah terikat, bukan hanya hubungan tapi juga hati kalian. jadi wajar kalau kamu berat ninggalin suami kamu " Adela menghapus air mata Dina " itu perasaan yang wajar, Mama juga begitu "

Dina menatap Mamanya masih sambil sesenggukan.

" sudah jangan menangis lagi, sebaiknya kamu istirahat karena perjalanan masih lumayan lama.

*

Arsyad memilih langsung ke tempat kerja di banding pulang ke apartemen miliknya mengingat tempat itu tidak seramai sebelumnya karena sudah tidak ada yang menyambut ke pulangannya. Untuk pendaftaran masuk universitas dia meminta asistennya yang melakukan dia akan mengerjakan pekerjaan yang lama dia tinggalkan setelah seminggu lebih dia meliburkan diri untuk menemani Dina di rumah, terlebih dia akan masuk kampus.

Arsyad menatap mejanya yang terlihat hampa sepertinya dia harus menyimpan sesuatu disana, Arsyad merogoh sakunya mengambil hpnya dia menghela nafas panjang saat mengaktifkan hpnya foto Dina yang terpatri di sana tersenyum lebar. padahal baru dua jam, biasanya mereka pisah berjam jam tapi rasanya tidak seperti ini.

" Dimas "

" ya pak " Asistennya langsung masuk mendengar panggilannya

" minta Nina siapkan rapat sekarang " surih Arsyad, dia harus mengalihkan pikirannya.

" baik pak "

*******

tobecontinued