Dina menghapus air matanya yang masih terus saja berjatuhan, perjuangannya setelah tiga tahun belakangan membuahkan hasil. Bukan hanya Dina, Amy dan yang lainnya juga merasakan hal yang sama.
Setelah menjalani Ujian Nasional hampir dua bulan lalu akhirnya hari ini pengungumumam kelulusannya dan semua murid lulus.
" huaa... gue gak bisa berhenti... hiks... nangis " ucap Dina sesenggukan, Amy yang di sampingnya hanya tersenyum menepuk punggung Dina.
" goodbye seragam dan welcome baju biasaa... " Seru Liam membuat mereka tertawa
Dina menoleh ke arah kelas Arsyad dan terkejut saat tatapannya bertemu dengan Arsyad, pemuda itu tersenyum ke arahnya.
Arsyad kembali menatap ke papan pengumuman, meski bukan dia yang mendapatkan nilai tertinggi dia harus puas diri karena masih berada di posisi kedua seliisih nilai mereka hanya lima. Dannlagi Arsyad juga sadar diri kalau dia tidak terlalu berfokus pada pelajaran.
Ibra dan Lintang menghampirinya memukul bahu Arsyad bersamaan " Selamat brooo..... "
" Kalian juga " ucap Arsyad
" meski lo kalah kali ini " ledek Ibra, Lintamg mengangguk setuju " sayangnya yang berniat ngalahin lo malah peringkat tiga "
" Diam lo " kesal Lintang, dia menoleh ke kelas Dina " malah ketua kelas mereka yang juara " ucap Lintang melihat Adam
Arsyad memasukkan tangannya ke saku celananya dan menjauh dari kelasnya dia bahkan mengindahkan panggilan Ibra.
" Aa'? " beo Dina saat Arsyad berdiri di depannya tangisannya makin pecah " huaaa... adek... adek... "
" ssstt " Arsyad mengusap puncak kepala Dina, dua kelas itu makin melongo kala Dina dengan tidak sungkannya memeluk Arsyad dan pemuda itu malah oke oke saja.
Arsyad mengulurkan tangan kanannya ke arah Adam yang memang tidak jauh dari sana sedangkan tangan yang lainnya melingkar di bahu Dina.
" selamat " ucap Arsyad begitu Adam meraih tangannya " saya sedikit kesal " jujur Arsyad
Adam terkekeh kecil " gue hanya beruntung saja " jawab Adam " tapi gue lumayan bangga berada di atas juara umum selama tiga tahun ini " Adam juga berbicara jujur " dan sampai kapan lo berdua begitu? bikin iri saja " sindir Adam pada Dina
Dina melepaskan pelukannya kemudian cengir meski masih sesekali sesenggukan.
" adek cuci muka gih, sembab gini " ujar Arsyad menghapus bekas air mata Dina dia bahkan tidak jijik mengelap dengan ibu jarinya cairan bening yang keluar dari hidung Dina.
Setelah melihat hasil ujian mereka, mereka semua bergegas ke Aula bertemu dengan wali kelas masing masing untuk mengucapkan maaf serta terimah kasih mereka setelahnya guru guru yang lain
Dina kembali menangis begitu berhadapan dengan pak Budi guru matematika yang sering dia sumpah serapahi, gadis itu meminta maaf dan banyak berterimah kasih.
" Bapak tau, tanpa kuliah pun kamu sudah mendapatkan pekerjaan yang bagus tapi ingat nak, pendidikan juga sangat penting " kepala sekolah menepuk lengan Arsyad
Arsyad mengangguk, matanya berkaca kaca... di momen mengharukan ini sekeras apapun hati orang pasti akan merasa sedikit tersentil, Arsyad sekalipun.
Hampir semua murid menangis sedangkan sebagiannya mencoba menahannya terutama saat menyanyikan lagu Mars Sekolah.
Arsyad maju ke podium sesaat sebelum di bubarkan sebelumnya dia sudah meminta izin kepada para guru dan kepala sekolah, Arsyad menyampaikan beberapa kata
" ..., Sekali lagi saya ucapkan selamat untuk teman teman, sebelum saya mengakhiri saya ingin memanggil seseorang naik ke podium " Para siswa berpandangan " Madina Dirgantara dari kelas 12 IPA 3 silahkan maju "
Dina kaget namanya di sebut, hampir semua murid melihat ke arahnya, Dina menunjuk dirinya sendiri yang di angguki Arsyad.
Dina tersenyum canggung ke teman temannya, dengan ragu dia melangkah ke arah Arsyad, begitu dia di samping pemuda itu tanpa sungkan Arsyad menarik tangannya mendekat padanya.
" Sebagai perayaan kelulusan saya ingin mengundang teman teman ke perayaan yang akan dilakukan di Dirgantara Hotel " Arsyad melirik Dina sebelum kembali menatap teman temannya, dia merasakan tangan Dina dingin dan sepertinya gadis itu sudah tau apa yang akan di sampaikan Arsyad " Ke Resepsi pernikahan kami, terimah kasih "
Aula yang tadinya hening langsung heboh bagaimana tidak, yang tau kedekatan mereka tidak banyak hanya segelintir itupun hanya dari kelas masing masing, terlebih... mereka tidak terlalu tau Dina bahkan mungkin baru hari ini menyadari keberadaannya.
*
Lintang menghela nafas panjang dia sudah gadis itu disini, menangis sendirian. Mereka sekarang ada di belakang bangunan kelas, Lintang tanpa suara duduk di samping gadis itu.
" Gue kurang apa sih Lin? cantik? gue lebih cantik dari dia... " Risa sesenggukan, Lintang hanya diam
" gue sudah suka sama dia dari baru masuk. gue bahkan belajar mati matian supaya bisa sekelas sama dia.. hiks... tapi hiks... ngelirik gue pun gak pernah... "
Lintang masih diam, gadis cerewet menyebalkan yang selalu mengajaknya bertengkar itu benar benar patah hati sekarang dan dia sama sekali tidak berniat mengeluarkan kata kata manis untuk menghiburnya karena dia tau kalau perasaan tidak sesimple itu.
Lintang melihat jam tanganya, dia menghela nafas kemudian berlahan menarik lengan Risa berdiri, sudah sore dan hanya tinggal mereka di sana.
" gue antar lo pulang " setelah hampir tiga jam dari kedatangannya akhirnya Lintang bersuara, sejak tadi dia hanya diam mendengarkan semua luapan hati Risa tanpa mencelah dengan satu hurufpun.
" gue gak mau pulang " ucap Risa, Lintang menghela nafas
" ya elah... gue tau lo galau, tapi semua orang sudah pulang, gak takut lo? " tanya Lintang dia menarik tangan Risa " gak usah bawel... dasar cengeng ".
" gue ini galau banget tau gak, lo itu harusnya ngehibur gue bukannya elekin gue " marah Risa, Lintang meliriknya kesal
" bodo amat "
Risa mendengus dia ingin melepaskan tangannya tapi Lintang mencengkramnya makin erat, pemuda itu berjalan mendahului Risa walau tangannya masih menggandeng gadis bawel itu
" gue tau lo cengeng, rapuh plus ngeselin. tapi.... jangan lo biarkan orang orang ngeliat kerapuhan lo karena mereka bisa manfaatin lo " Lintang berhenti tiba tiba dan berbalik ke Risa dia menyeringai " kalau gue mah sudah biasa ngeliat. jadi gak bakal mempan "
" Kampret "
*
Para tamu memandang takjub dekorasi pernihakan dari anak tunggal dua orang tersohor dalam bisnis itu, mereka tidak heran bahkan beberapa dari mereka memiliki ekspektasi lebih dari yang mereka lihat.
Sebenarnya Dina dan Arsyad meminta orang tua mereka acara sederhana saja tapi karena yang mengurusnya para ibu ibu jadi hasilnya seperti ini.
Setelah selesai ujian dan sambil menunggu pengumuman Arsyad-Dina di sibukkan mengurus surat surat pernikahan mereka beberapa harus dibalik namakan dan juga harus sidang dulu karena umur mereka yang belum memenuhi syarat pernikahan mengingat syarat untuk umur yang akan melangsungkan pernikahan sudah di ubah pemerintah bukan lagi tujuh belas tahun.
Sebelum berangkat ke negara orang mereka ingin mengesahkan secara negara dan hukum status pernikahan mereka.
" Vir? " Dina dan Arsyad mengkerutkan keningnya bingung ekspresi kusut Virgo
" itu muka atau pakaian belum di setrika? kusut banget " tanya Dina
" itu teman teman lo mulutnya gak pernah di ajarin ya? " sungut Virgo
Dina meringis sepertinya dia tau apa yang buat calon bapak itu kesal, Dina melihat Moudy sarat akan permintaan maaf.
" tenang saja, gue sudah biasa tambah satu panggilan lagi tidak masalah " jawab Moudy " asal bukan anak gue, gue gak masalah "
" Din, Ar.. gue sama Moudy balik duluan " kata Virgo
" kok buru buru? " tanya Dina
" ada orang yang gak bisa lama lama cium aroma farfum sendiri " kata Moudy, Virgo memutar bola mata jengah.
" Anak lo berdua pintar, yang dia susahin bapaknya " tawa Dina dia menyentuh perut Dina " good baby "
Dina tidak pernah berhenti tersenyum saat teman temannya menyalaminya, banyak di antara mereka masih tidak percaya. Bahkan ada beberapa yang berfikir dia hamil.
" Aa' capek " bisik Dina merengek, Arsyad hanya mengusap punggungnya
" sedikit lagi " ucap Arsyad mencubit gemas pipi Dina " mukanya jangan di tekuk begitu "
" ekhemm... mesraannya ntar aja, di kamar " Andry dan Libra muncul bersamaan mengintrupsi mereka, dua pemuda itu tertawa dan mengerling ke Dina.
" Din, teman lo banyak yang cakep, kenalin kenapa " Libra berujar
" males gue.. "
" atau teman lo yang pake hijab itu, cantik " Libra lagi
" saingan aja sama Ibra "
Karema acaranya selesai larut malam jadi mereka memutuskan menginap di hotel.
Dina yang sudah mengganti gaunnya menjadi piayama tepar di atas kasur sedangkan Arsyad baru saja keluar dari kamar mandi, dia juga memakai piyama yang motifnya sama dengan Dina hanya beda warna saja dan itu Mamanya Dina yang menyiapkan.
" kaki adek rasanya mau copot... "
Arsyad naik ke kasur, dia tidak menanggapi keluhan Dina karena dia sama capeknya padahal hanya menyalami tamu saja di pelaminan.
Arsyad berbaring di samping Dina menarik perlahan gadis itu agar mendekat padanya, di kecupnya kening Dina.
" ayo tidur... malam pertamanya lain kali saja " canda Arsyad, Dina hanya mendengus malas meladeni cetukan Arsyad.
*******
tobecontinued