Arsyad diam menatap Dina yang mengepak pakaiannya, karena minggu depan dia sudah akan berangkat ke Amerika.
Dina memutuskan berangkat lebih cepat karena masih banyak hal yang harus di urus, Dina ke sana di temani Mamanya karena Arsyad juga harus mengurus persyaratan untuk dia masuk kuliah.
Padahal baru tiga hari yang lalu mereka mengadakan resepsi pernikahan mereka. Arsyad menghela nafas sebelum mendekati Dina memeluknya dari belakang, di benamkan wajahnya di ceruk leher Dina.
" A' "
" hm.. "
" kenapa? " tanya Dina, Arsyad menggelengkan kepalanya
Dina membalikkan badannya menghadap Arsyad yang bersandar di tempat tidur belakannya. Tangan Dina meraih ujung baju Arsyad memainkannya.
" kenapa? " giliran Arsyad yang bertanya.
" Aa' seriuskan mau ke sana temuin adek? " tanya Dina menatap Arsyad.
" hmm.. " gumam Arsyad " hari raya kan juga kamu bisa pulang dek " Arsyad mengelus pipi Dina yang gadis itu kembungkan. " Aa' akan nemuin Adek kalau jadwalnya pas. "
Dina mengangguk tapi dengan wajah sendunya, Arsyad menangkup pipi Dina sebelum mengecup bibir gadis itu
" ayo tidur "
" eh? tapi adek belum ngeber- "
" besok saja " Potong Arsyad dia menarik tangan Dina naik ke kasur.
Dina berbaring di samping Arsyad kepalanya berbantalkan lengan Arsyad sedangkan tangan lain pemuda itu melingkari pinggang Dina.
" A' " Dina mendongak menatap Arsyad yang belum menutup matanya, Dina mengangkat tangannya memainkan dagu Arsyad
" hm? "
" Di sana adek tidur dengan siapa? " tanya Dina " adek sudah biasa tidur dengan Aa' "
" Ya mau bagaimana lagi? toh bukan cuman adek yang bakal tidur sendirian " kata Arsyad, Dina mencuatkan bibir bawahnya, Arsyad menangkup pipi Dina " Maaf ya... Aa' tidak bisa temani adek di sana. "
" A' "
" hm? "
" Aa' jangan dekat dekat dengan perempuan lain ya, soalnya adek ini cemburuan banget " lirih Dina
" Dek " Arsyad menangkap tangan Dina " Aku ingin kamu percaya sama Aa' meski kita masih sama sama remaja, tapi Aa' tau betapa sakralnya sebuah pernikahan "
" Adek percaya tapi adek gak bisa nahan hati Adek, adek harus gimana? " Dina mengubah posisi tidurnya jadi telentang menatap lurus ke langit langit kamar " adek payah banget ya A' "
Arsyad diam menatap Dina dari samping, dengan iseng dia mengangkat kakinya menindih paha Dina membuat gadis itu menatapnya kesal
" berat "
Arsyad tidak menanggapi malah makin berulah, dia bahkan makin menarik Dina memeluknya erat.
" Aa' " rengek Dina, Arsyad terkikik saat Dina berusaha memukulnya tapi tangan Dina juga ikut terengguh " Aa' ihhh.... lepas " kesal Dina.
" gak "
" Aa' " Dina melototi Arsyad
" melototi suami itu dosa dek "
" ihhh... Aa' " Dina meronta " aa' adek mau pipis, lepas "
" cium dulu " pinta Arsyad, Dina mendelik.. senak kapan suaminya itu ganjen begitu " mau dilepas gak "
" ck " Dina mendecak mukanya di tekuk karena kesal. " Ya udah lepas dulu "
" cium dulu "
" Aa' sejak kapan sih mesun begini? " decak Dina, Arsyad menyeringai
" mesum sama adekkan gak dosa, dapat pahala malah. "
" sok tau "
" gak percaya? tanya gih sama pak ustadz " jawab Arsyad " atau sama Mama dan Bunda "
Dina makin cemberut
" minta cium sama Kinan saja deh " Arsyad melepaskan Dina dan pura pura beranjak
" dih coba saja, adek juga bakal minta cium sama Lin-akh " Dina meringis saat Arsyad kembali berbaring dan kembali menindih Dina dengan kakinya tangannya langsung menangkupkan wajah Dina, gadis itu tersenyum. " sana gih... cium cium sama Kinan, adek juga bisa "
" bodoh amat bunda mau marah " Arsyad memajukan wajahnya mencium Dina dan Dina terbelalak mendengar kalimat Arsyad selanjutnya " dek kita sudah lulus dari SMA, jadi bolehkan? "
******
Berlahan Dina membuka matanya dan hal yang pertama yang di carinya adalah jam. Mata Dina terbelalak kaget begitu mendapati jam menunjukkan pukul setengah tujuh.
" Aa' bangun " Dina menepuk tangan Arsyad yang memeluknya dari belakang " Aa' sudah setengah tujuh, Aa' gak kerja? "
Arsyad mengeratkan pelukannya dan menenggelamkan wajahnya di rambut Dina menghirup aroma yang tidak lama lagi tidak akan ia hirup lagi.
" Aa' " Lagi Dina membangunkan Arsyad
" libur " jawab Arsyad asal.
" jangan ngaco, ini hari senin Aa' sayang " Dina berucap kemudian membalikkan tubuhnya menghadap Arsyad, pemuda itu membuka matanya.
" aku capek, memangnya adek tidak capek? kan subuh tad-akh... " Arsyad tidak melanjutkan kalimatnya karena Dina mencubitnya.
" gak usah bahas kenapa sih? gak punya malu banget " omel Dina, Arsyad menjawil dagu Dina
" galak banget sih istri Aa' " goda Arsyad sebelum tertawa
Dina mendengus dan berusaha bangun dia kelaparan.
" dek kita sarapan di luar saja "
Dina yang hendak mengikat rambutnya menoleh menatap Arsyad yang masih berbaring sambil menatap ke arahnya
" ini Aa' serius gak mau ke kantor? " tanya Dina. Arsyad bangun duduk di samping Dina.
" gak, mau habisin waktu sama istri saya " jawab Arsyad " istri saya mau ninggalin saya dalam waktu lama "
" A' jangan buat adek jadi berat " lirih Dina, Arsyad mengusap kepala Dina
" maaf, kamu cuci muka kita cari makan di depan " Arsyad mencium pipi Dina sebelum beranjak.
Senyum Dina yang mengembang begitu mereka berada di depan sebuah warteg, Wajah Sendu Dina tadi sebelum pergi sedikit berkurang.
Arsyad meraih tangan Dina dan menariknya masuk. Padahal masih pagi dan pelangganya sudah banyak. Dina langsung menggandeng lwngan Arsyad begitu melihat ada gadis yang terang terangan menatap suaminya.
" Mang bubur ayamnya dua ya " ucap Arsyad yang langsung di angguki Arsyad.
Mereka duduk di kursi panjang di depan mereka juga ada pelanggan lain, seorang kakek dan pemuda
" Aa' sering ke sini? " tanya Dina matanya menyusuri warteg sederhana itu.
" Ya. " Dina memanyungkan bibirnya " kenapa? "
" adek gak di ajak " cebiK Dina, Arsyad tersenyum kecil sebelum menopang pipinya sambil menatap Dina
" lah kan Adek sekolah saat itu " kata Arsyad dia memukul sangat pelan bibir manyun Dina.
" saudaranya ya Mas " Dina dan Arsyad menatap ke depan dengan cepat Arsyad menegakkan duduknya, dia benar benar lupa kalau di depannya itu ada orang tua.
" bukan pak " jawab Arsyad Dina mengangguk
" wajah kalian mirip seperti kakak ad- "
" alhamdulillah gadis di samping saya ini istri saya pak " ucap Arsyad, bapak yang berada di depan mereka itu tertawa. Dia pria tua dan lumayan berpengelaman dengan orang orang dan dia sadar Arsyad orang yang posesif.
" saya hanya bertanya nak "
" maaf " ucap Arsyad dia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sedangkan Dina berusaha menahan tawanya.
" hahaha.... saya bercanda, saya tau kalian sudah menikah "
" maksud kakek? " Dina bertanya
" kalian penghuni apartemenkan? kakek tinggal di sana " jawab Kakek itu yang sedikit merasa lucu melihat kedua remaja di depannya.
Mata Dina kembali berbinar begitu pesana mereka datang dia membiarkan Arsyad dan si kakek bercerita sedangkan dia menikmati makanannya.
Setelah sarapan mereka ke market sebelum pulang. Sebenarnya Dina masih mau jalan jalan tapi apa boleh buat Dia belum menyelesaikan acara berkemasnya.
*****
Dina duduk mengganti ganti saluran tv sedangkan Arsyad berbaring berbantalkan pahanya, Pemuda itu benar benar tidak pernah masuk kerja di tambah lagi dia makin menyebalkan menurut Dina, karena apa apa harus dibantu Dina.
Arsyad selalu melakukan sesukanya, dia bahkan tak segan tidak memakai baju dan hanya menggunakan handuk seharian kalau Dina tidak mengambilkan pakaian untuknya.
kekanakan, tapi Arsyad tidak peduli.
ting nong.... tingnong...
" A' buka pintu gih, males adek tuh "
Dengan ogah ogahan Arsyad membuka pintu dia lumayan terkejut melihat siapa tamu yang mengganggu liburnya. Adel, Hardy, Dian dan Aryo berdiri di sana.
" Yah, Bun, Ma, Pa silahkan masuk " Arsyad berujar setelah menyalami mereka.
Dina yang menyadari siapa yang bertamu lanmgsung menyusul Arsyad, dia menyalami orang tua dan mertuanya.
" itu apa Ma? " tanya Dina saat matanya menangkap kresek yang di bawa Adela.
" karena kami tamu yang tau diri yang datang tiba tiba jadi kami bawa makanan. Mama tau kamu tidak nyiapin apa apa "
Dina nyengir " kan Mama gak kasih kabar kalau mau datang "
" salahkan Papa dan Ayahmu yang ngajaknya dadakan " gerutu Adela
" di mana dapur mu nak? " tanya Dian, Dina menunjuknya " ya sudah ayo ke sana "
Sementara para wanita di dapur para pria duduk di sofa tamu. Arsyad duduk di sofa single.
" Ar, Papa mau ngomong sesuatu sama kamu " Arsyad tadi melihat ke arah dapur mengalihkan pandangannnya menatap papa mertuanya " ini tentang biaya sekolah Madina "
Arsyad mengkerutkan keningnya tapi dia memilih diam tidak berniat mencela ucapan Hardy karena dia yakin kalau mertuanya itu masih mau melanjutkan ucapannya.
" Papa yang akan menanggungnya " kata Hardy, Arsyad baru akan membuka mulutnya tapi Hardy kembali bicara " kamu jangan tersinggung, papa tau kamu bisa membiayai Dina semahal apapun sekolahnya. dan papa tau kalau Papa sudah tidak ada tanggung jawab atas Dina tapi... Papa ingin menyelesaikan kewajiban Papa sebagai orang tuanya. "
Arsyad menghela nafas, dia mengerti mungkin kalau dia ada di posisi Hardy dia juga melakukan hal yang sama.
" baiklah Pa, terimah kasih "
" jangan sungkan begitu, Madina masih putriku " ucap Hardy, Arsyad tersenyum kecil.
" bagaimana denganmu? kamu serius mau disini tidak dengan Madina saja? " tanya Aryo, Arsyad menggeleng
" Saya juga punya tanggung jawab di sini Yah. " jawab Arsyad, matanya kembali melihat ke arah dapur " saya juga percaya sama Dina kalau dia bisa mandiri "
" bahas apa ini? serius banget " kata Dina berjalan keluar masih dengan celemek warna biru dengan gambar Doraemon. " Di panggil Mama dan Bunda makan " beritau Dina
Dua pria dewasa itu berjalan lebih dulu menyadari suaminya tidak bergerak, Dina menghampiri Arsyad
" A'? " Arsyad mendongak kemudian tersenyum " makan "
" bantuin " Arsyad mengulurkan tangannya membuat Dina berkecak
" dasar manja " cibir Dina, Arsyad hanya terkekeh " bicapa apa tadi dengan Ayah dan Papa? " tanya Dina
" ada deh... urusan laki laki "
" lovebird cepat ke sini, astaga... kami paham kalian pengantin baru tapi jangan buat kami menunggu " goda Adela mendengar itu Dina dengan cepat melangkah ke dapur.
*******
tobecontinued