Chapter 12 - 12

Dina menatap Amy dengan tatapan meminta maaf, Amy hanya menatapnya datar

" jadi ini yang kamu bilang tidak bisa memberitauku? "

" maaf, bukannya gue tidak percaya sama lo hanya saja lo taukan peraturan sekolah yang melarang menikah, gue bener bener gak maks- akh.. " Dina memekik karena Amy memukul lengannya " kenapa lo pukul orang sakit "

Amy mendengus " yakin sakit? cerewet begitu " Amy menatap Dina " bisa tidak sekali saja jangan buat orang khawatir Din? "

" lo khawatir sama gue? owww.. co cuiitt... "

plak

sekali lagi Amy memukul lengan Dina karena kesal dengan ekspresi Dina

" woy, ini namanya KDP, kekerasan dalam pertemanan. " seru Dina, Amy memutar bola mata jengah

" cerewet " Arsyad menumpukan tangannya di kepala Dina membuat gadis itu melihatnya

" A', adek gak nginapkan? " tanyanya

" om Adit bilang kalau kamu harus menginap "

" tap- "

" hanya semalam " Arsyad mengelus pipi Dina yang sedikit kurus padahal dia demam baru dua hari.

" woy... " Ibra memanggil Amy yang dibalas delikan gadis itu " ayo kita menikah juga, bisa sehat semua nyamuk karena gue jadi obat nyamuk di sini "

" emang lo sudah hafal berapa juz al-qur'an sampai berani ngajak teman gue nikah? " tanya Dina, Amy memolototinya membuat Dina tertawa

" maksudnya? " tanya Ibra, Amy mendecak

" syarat menikahi Amy ya harus bisa hafal alqur'an paling sedikit ya tujuh Juz lah. " Dina memijat pangkal hidungnya " itu syarat dari Abinya "

Ibra menyilangkan tangannya di depan dada dia melihat Amy, gadis itu memalingkan wajahnya perlahan.

" berat banget, tidak bisa ganti ya? rumah kek... mobil kek " tanya Ibra, Arsyad menggeleng melihat kelakuan temannya " gue mah cuman punya tanggung jawab doang "

" tidak " jawab Amy " untuk apa punya itu semua, kalau tidak bisa membimbing keluarga sesuai agama. " lirih Amy " saya tidak masalah menikah dengan laki laki yang tidak punya harta yang penting punya ilmu dan penerapan agama yang baik "

Ibra tertawa kecil " wuah... perjuangan gue bakal panjang nih... "

Dina kembali berbaring karena sakit kepala, Arsyad menyeret Ibra keluar meninggalkan para gadis itu di dalam ruangan.

" Lo tau Lintang suka sama Dina, sebaiknya lo jujur sama dia? " Ibra menerima botol kopi instant dari Arsyad

" hm " gumam Arsyad

" Ar, lo terpaksa menikahi gadis itu? " tanya Ibra dia membuka tutup botol minumannya dan menyesapnya

" kami menikah karena di jodohkan, tapi saya tidak pernah merasa terpaksa " Ibra meliriknya " dia gadis yang bertanggung jawab, dia menjalankan perannya dengan tulus " ucap Arsyad

" di mata gue dia gadis manja " ucap Ibra dia mencoba melihat reaksi Arsyad, tapi laki laki itu tidak bereaksi masih datar saja.

" dia tidak semanja itu " ucap Arsyad sambil melempar botol kosong ke tong sampah " awalnya saya juga pikir dia anak yang manja, mengingat dia anak tunggal "

" perasaan lo ke dia bagaimana? "

" seiring waktu saya percaya perasaan itu akan tumbuh " jawab Arsyad

Ibra menghela nafas panjang " sebaiknya lo cepat ngomong ke Lintang, gue tidak mau lo berdua adu jotos "

" ya " jawab Arsyad

Setelah berbincang lama Ibra dan Amy pamit, Arsyad mengantar mereka keluar

" pakai mobil saya saja " Arsyad menyodorkan mobilnya ke Ibra

" males gue, gue mau naik taxi " Ibra menyeringai " tapi lo yang bayar "

" dasar " cibir Arsyad, Dia mengeluarkan uang ratusan dari saku celananya dan menyerahkan ke Amy " saya gak percaya dia bakal ngajak kamu naik taxi "

" eeit... jangan salah, buat calon istri gue gak bakal biarin dia susah " kata Ibra, Amy meliriknya kesal.

Setelah mengantar Amy dan Ibra, Arsyad kembali masuk ke dalam ruangan Dina, gadis itu duduk menonton Tv karena dia berada di ruang VIP. Arsyad naik ke kasur.

" kenapa tidak tidur? "

Dina menoleh dan menggelengkan kepalanya pelan, dia tidur lumayan lama jadi dia tidak mengantuk. Dia kembali melihat ke arah tv yang menayangkan serial india favoritnya.

" ah.... suamiku ganteng sekali " serunya sambil cengir ke arah tv.

Arsyad melihat ke arah tv begitu mendengar seruan Madina menatap laki laki yang menjadi idola sang istri, Dia mendengus dan membalikkan badannya memunggungi Dina

" Aa' gak ngantor? " tanya Dina tanpa berniat mengalihkan perhatiannya dari TV " adek tidak apa di tinggal disini "

" Ada Dimas yang menggantikan saya " jawab Arsyad, Dina menggumam mengerti.

Hening, mereka berdua sama sama diam dengan pikiran masing masing hanya suara tv yang terdengar. Dina melirik Arsyad pemuda itu tidak tidur sebenarnya ada sesuatu di kepala Dina tapi dia enggan bertanya.

" kenapa? " tanya Arsyad mendengar helaan nafas Dina, gadis itu menggelengkan kepalanya. " dek "

" ya? "

" kita cari apartemen saja dulu, bagaimana? " Arsyad mengubah posisi jadi telentang, Dina mengubah posisi duduknya

" bukannya Aa' juga membeli rumah ya? " tanya Dina

" bukan beli, tapi bangun rumah "

" itu maksud adek " kata Dina " memangnya kenapa aa' mau cari apartemen? "

" hanya ingin cepat mandiri " jawab Arsyad " apartemen hanya tempat sementara sampai rumah kita jadi "

" adek terserah Aa' saja "

*****

Di dalam taxi Ibra dan Amy hanya diam dengan jarak duduk yang jauh karena Amy sengaja menghimpit dirinya di pintu mobil. Mereka sama sama memilih menatap keluar jendela mobil memperhatikan mobil yang lain, mereka terkena macet.

" lo risih ya deket gue? " tanya Ibra menyadari kalau Amy menghela.nafas panjang, Amy mengangguk tapi tak lama dia menggeleng " sans aja kali, lo bilang risih juga gue tidak masalah "

" maaf " ucap Amy

Ibra mengubah posisi duduknya menghadap Amy " gue salut sama lo dan istrinya Arsyad "

Amy melihatnya dengan kening mengkerut " kenapa? "

" lo tau jaman sekarang jarang sekali perempuan yang mau menjaga jarak dengan lawan jenis, mereka malah tanpa malu bergabung dan bergelayut manja " Ibra berujar.

Amy kembali menatap keluar jendela " kami hanya menjaga diri "

Ibra tersenyum kecil dan menatap lurus ke depan dia menyandarkan tubuhnya di jok mobil.

" serius ya, nikahin lo itu harus laki laki hafiz? " tanya Ibra

" hm, itu syarat yang di kasih Abi "

" di jaman seperti sekarang? " Amy mengangguk " sepertinya Abi lo tidak mau nyerahin lo ke laki laki lain "

Amy terkekeh kecil, Ibra langsung melihatnya " mungkin " jawab Amy

Amy mengangguk sopan ke Ibra saat dia tiba di depan rumahnya sedangkan Ibra menatap lurus ke punggung gadis itu sebelum meminta supir itu kembali melajukan taksi.

*****

Arsyad mematikan sambungan telfon dia berbalik berjalan ke arah Dina yang duduk memakan buah sambil berbicara dengan salah satu yang bertugas memeriksanya

menyadari kehadiran Arsyad, Dina mendongak tangannya mengulurkan apel yang sudah buang kulitnya ke arah Arsyad.

Setelah memberitau kondisi Dina, Suster itu pamit. Arsyad mengambil pisau kecil di tangan Dina juga apel dia menggantikan gadis itu mengupas apelnya.

" Aa' sudah makan malam belum? " tanya Dina dia membuka mulutnya saat Arsyad menyuapkan satu potong apel.

" baru saja "

Dina mengangguk paham " jadi siapa yang nelfonin Aa' tadi? kantor? "

" teman " singkat Arsyad dia juga memasukkan apel ke mulutnya " habis ini kamu tidur "

" tidur terus, capek A' "

Arsyad menatapnya sebelum kembali mengupas buah dan memakannya.

" Amy, nama lengkapnya siapa? " tanya Arsyad, Dina menyipitkan matanya ke Arsyad

" kenapa tanya tanya "

" hanya ingin tau " kata Arsyad, Dina memalingkan wajahnya saat Arsyad hendak menyuapinya " seseorang mau kirim CV Ta'aruf sama dia "

" heh? siapa? " kaget Dina, Arsyad menyimpan pisaunya di atas nakas

" ada, seseorang "

Dina memanyungkan bibirnya " Aminah Salsabila Assegaf "

Arsyad mengangguk kecil kemudian berdiri dia meminta Dina bergeser sedikit agar dia bisa berbaring.

" A' emang siapa? " Dina ikut berbaring menhadap Arsyad yang menutup wajahnya dengan lengan " Aa'... "

" kepo "

" ih... Amy kan teman adek, A' wajarlah kalau adek kepo " sewot Dina dia memajukan bibir bawahnya cemberut.

" lain kali saja ya " Arsyad menetok pelan kening Dina " adek istirahat biar bisa pulang besok "

" ke rumah? " Arsyad menggelengkan kepalanya

" hotel "

*******

tobecontinued