Chapter 15 - 15

Dina kaget saat Lintang tiba tiba menariknya keluar menjauh dari teman temannya.

Dina dengan kasar melepaskan genggaman Lintang menatap pemuda itu dengan tanda tanya besar di kepalanya.

" kenapa? " tanya Dina

Lintang belum menjawab dia malah terlihat bingung sendiri sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal, matanya melihat Dina yang terlihat kurang nyaman.

" ta... tadi gue bilang mau ngomongkan? " Dina mengangguk dia masih ingat kalau Lintang mengatakan itu " dan sekarang... gue bakal ngasih tau lo "

" apa? " tanya Dina, dia merapikan lipitan roknya yang terlihat kurang rapi

" gue sebenarnya.... " Lintang menarik nafas dia sekali lagi melihat Dina yang menunggu lanjutan kalimatnya " gue suka sama lo, lo mau gak jadi cewek gue " ucap Lintang

Merasa tidak ada respon, Lintang yang tadinya menunduk kembali menatap Dina yang menunjukkan muka kagetnya

" kenapa? " tanya Dina

" ha? "

" kenapa lo suka sama gue? " tanya Dina lebih lengkap " gue... bingung "

" ngak perlu alasankan lo suka sama seseorang? " tanya Lintang, Dina diam " jadi Din? "

" kalian sedang apa? " Arsyad muncul membuat mereka kaget, Lintang menggaruk tengkuknya

" bukan apa apa " jawab Lintang, Arsyad mengangguk, dia mengangsurkan plastik berisikan makanan ke Dina

" Aa' dari mana? " tanya Dina

" jalan " jawabnya, Dina memanyunkan bibirnya " tadi ketemu Virgo "

" Virgo? " beo Dina " anaknya Om Adit? "

" iya " jawab Arsyad, dia melirik Lintang " saya masuk duluan " Arsyad memilih masuk ke dalam stand di mana ada teman temannya.

" jadi bagaimana? " Lintang menatap Dina yang masih diam

" Sorry Lin, gue gak bisa "

" kenapa? " tanya Lintang, Dina menunduk kemudian mengangkat kepalanya

" ada hati yang harus gue jaga "

" Arsyad? " tanya Lintang, dia tidak buta dia sadar bagaimana sikap Dina pada Arsyad yang beda pada laki laki lain, Dina tidak menjawab dan malah tersenyum

" kenapa mikir kalau itu Arsyad? " tanya Dina " kelak gue punya suami dan gue mau jaga hati suami gue "

Lintang terkekeh kecil, dia tidak menyangka dengan jawaban Dina.

" ayo masuk " ajak Dina kikuk, dia baru saja menolak seseorang dan bagaimana bisa dia sesantai itu? Dina sadar dia keterlaluan.

*******

Dina melirik jam di dinding sudah menunjukkan pukul 1 dini hari tapi dia sama sekali tidak bisa tidur, dia kepikiran betapa jahatnya dia menolak Lintang tapi... dia sudah punya Arsyad, terlebih di sampingnya Kinan tidur seperti jam juga.

Dina beranjak dari kasurnya dia akan ke dapur untuk mengambil air minum karena persediaan mereka habis. Tapi langkahnya terhenti melihat lampu Arsyad masih menyala.

pemuda itu menoleh saat merasakan ada yang membuka pintu kamarnya, dia mendapati Dina yang cengengesan sambil berjalan masuk

" kenapa belum tidur? " tanya Arsyad begitu Dina di sampingnya

" Adek gak bisa tidur lagian tunangannya Aa' tidurnya rusuh banget " ucap Dina sambil mengerucutkan bibirnya

" Dek " tegur Arsyad, dia tidak suka kalau Dina mengatakan Kinan tunangannya, Dina cengir.

Dina naik ke kasur mereka, dia lumayan kangen dengan kasur empuk itu.

" kalau mengantuk tidur saja " suruh Arsyad, Dina menggeleng

" takut, nanti Omah liat dan marahin adek, kan sekarang adek jadi sepupu Aa' " kata Dina, dia memasang wajah sendu

Arsyad yang tadi duduk di kursi meja belajarnya langsung ke kasur berbaring di samping Dina, menarik lengan Dina agar berbaring di sampingnya

" A' " lirih Dina

" adek pilih mana, di marahin omah atau di laknat sama malaikat sampai pagi karena pisah tidur dengan suami adek? " tanya Arsyad, Dina menunduk

" di marahin Omah " cicit Dina

" ya sudah ayo tidur "

Dina menutup matanya tapi tak lama dia kembali membuka matanya dia melihat Arsyad

" Aa' " panggil Dina " Aa' sudah tidur? "

" hm? " gumam Arsyad, Dina cemberut, dia menarik lengan Arsyad yang menutupi wajahnya. " kenapa dek? "

" Aa'... "

" hm? "

" Aa' "

" apasih dek? " Arsyad membuka matanya kemudian baring menghadap Dina " kenapa? " tanyanya lagi

" tadi di festival... itu... adek hm.. " Dina makin menunduk memainkan kukunya

" Lintang? " Dina mengangguk " dia nembak adek? " Dina mengangguk

" a.. adek tolak kok A' " lirih Dina, Arsyad mencium puncak kepala Dina

" aku percaya sama kamu " bisik Arsyad, Dina mendongak. Arsyad meraih pinggang Dina memeluknya " sudah, ayo tidur "

Dina mendongak " minggu ke rumah Mama ya A' "

" hm "

" janji loh "

" iya bawel " kata Arsyad, Dina terkikik kemudian memejamkan matanya.

" besok adek nyelinap lagi ke sini dong? " kata Dina membuka matanya, Arsyad juga membuka matanya dia meraih dagu Dina mengapitnya dengan jari jari

" harus " kata Arsyad " jangan bicara lagi, ayo tidur aku capek "

" hehe "

******

Dina melebarkan senyumnya begitu mereka tiba di depan rumah sederhana tapi lumayan besar, matanya berbinar binar senang. Setelah beberapa bulan menikah akhirnya dia kembali ke rumah di mana ia tumbuh.

" Assalamu'alaikum, Ma pa.... adek cam... " serunya masuk ke dalam rumah

" Wa'alaikumussalam " Mama Papa nya muncul bersamaan, Dina langsung memeluk mereka sedangkan Arsyad hanya mengikutinya

" kangeeeeennn... " seru Dina

" kirain sudah lupa sama Mama papanya " cibir si papa begitu dia melepaskan pelukannya Dina mengerucutkan bibirnya.

" Maaf baru bisa berkunjung " kata Arsyad setelah menyalami mertuanya

" santai aja, A' " Kata Dina dia menuju sofa

" kalian sudah sarapan? " tanya Adela, Dina mengguk

" tapi adek lapar lagi Ma " kata Dina

Selesai sarapan Dina menemani Mamanya sedangkan Arsyad di belakang rumah membantu papa mertuanya berkebun

Hardy terbahak melihat cara Arsyad mencangkul, Arsyad memang sejak dulu tidak pernah memegang alat perkebunan, keringatnya pun sudah bercucuran.

" Ini yang tanam papa semua? " Tanya Afkar dia sudah berada di antara tanaman tomat dia menyerah mencangkul.

" untuk mengisi waktu luang " jawab Hardy, Arsyad mengangguk dia sesekali berdiri ketika di suruh.

" kalau ke kantor atau keluar dinas yang ngurusin ini siapa pa? " tanya Arsyad dia memetik tomat yang matang

" ada, penjaga kebun "

Di dapur Dina membantu Mamanya menyiapkan makan siang untuk para suami, Dina menghela nafas sambil memotong sayuran

" dek, Mama dengar Omahnya suami kamu datang ya? " Dela melirik putri semata wayangnya " kamu tidak apa apa sama beliau? "

" eh? kenapa harus kenapa kenapa? " Dina menoleh ke Mamanya " adek baik baik saja "

Adela mendekati putrinya mengelus rambutnya " Mama percaya sama adek "

Dina kembali pada pekerjaannya, Adela lagi lagi tersenyum, sebelum menikah mana mau gadis itu membantunya yang ada membuatnya mengomel karena kemalasan Adela

" Dek, antar minum untuk Papa dan Suami kamu "

" ok, siap bosque "

Dina keluar mengantarkan minuman segar ke gazebo tapi bukannya cepat kembali ke dapur dia malah duduk melihat Arsyad yang kembali mencangkul dan kurang ajarnya Dina dia menertawai suaminya yang kaku sekali berhadapan dengan cangkul itu

" kualat kamu " tegur Hardy

" hihihihi habisnya lucu pa liat Aa' nyangkul " kikik Dina " Pa, kalo sudah selesai Mama manggil makan " beritau Dina dia berdiri mendekati Arsyad

" Apa? mau ngeledek " kesal Arsyad, Dina tertawa " iya deh... suami adek gak bisa nyangkul "

Dina mencolek lengannya " ciee.... yang ngambek " Arsyad mendelik tidak suka " wajarlah Aa' ngak bisa nyangkul kan Aa' bukan petani " Dina mengedipkan matanya

Arsyad membuka sarung tangganya dan langsung menjepit hidung Dina membuat gadis itu menjerit kesal

" ekhem "

Arsyad melepaskan tangannya sedangkan Dina langsung berlari masuk ke rumah begitu mendengar deheman Hardy.

Hardy tertawa sepertinya dia punya mainan baru yaitu menggoda pasangan muda itu.

" Sepertinya nanti kalau punya hunian sendiri saya akan berkebun " kata Arsyad begitu beristirahat

" sepertinya kamu ketagihan " kata Hardy dia menyodorkan minuman dingin ke Arsyad

" terimah kasih " Arsyad menerima gelas itu " karena sibuk saya jarang olahraga, sepertinya berkebun bisa dijadikan olahraga. "

" Kamu masih muda, sesekali kamu harus bersenang senang dengan temanmu. " nasehat Hardy " saat seusiamu Papa masih bermain "

" tapi anak Papa sudah ada pada saya yang berarti tanggung jawab saya. jadi s- "

" papa tau maksudmu " Hardy menepuk pundak Arsyad " pekerjaan bukan segalanya Ar, sesekali kamu juga harus berlibur, papa juga tau kamu masih harus belajar untuk sekolah... jangan terlalu berfikir keras, kamu bisa cepat tua. "

Seusai makan siang mereka berdua ke kamar Dina untuk istirahat dan ini baru kali kedua dia ke kamar Dina. Saat pertama dia tidak memperhatikan kamar itu.

Kamar Dina bernuansa biru di atas kepala ranjang ada poster besar sepertinya artis kesayangan Dina.

" jangan cemburu ya A', Sharukh khan itu suami pertamaku " kata Dina centil, Arsyad menggeleng dan memilih menarik kursi belajar Dina dia juga menarik salah satu novel Dina yang menumpuk di meja belajarnya.

Dina menatap Arsyad yang sudah fokus pada bacaannya membuat Dina menghela nafas panjang, begini sekali punya suami pendiam. Dina beranjak hendak keluar tapi begitu dia melewati Arsyad pemuda itu menarik tangan Dina membawanya ke pangkuannya

" A' " lirih Dina

" kenapa? " tanya Arsyad, Dina menggeleng tapi memasang wajah cemberut.

Dina menunduk memainkan jari jari tangannya

" dek "

" hm? " Dina mengangkat wajahnya menatap Arsyad

" kamu mau rumah yang bagaimana? " tanya Arsyad dia meletakkan novel Dina dan menatap gadis itu

" terserah Aa' yang penting pekarangannya luas " ucap Dina

" iya juga, sepertinya saya tertarik berkebun seperti Papa " ucap Arsyad. Dina membulatkan matanya kaget

" serius? "

" kenapa? aku bisa belajar mencangkul " kata Arsyad, Dina terkikik lucu.

Dina memperbaiki poisi duduknya agar tidak jatuh dari pangkuan Arsyad.

" kapan Kinan itu pulang? betah banget di rumah orang " sungut Dina, Arsyad mengedikkan bahunya tidak peduli

" aku sudah menemukan apartemen " ucap Arsyad " sekompleks dengan rumah kita nanti "

" punya Aa'? " tanya Dina matanya memicing ke arah Arsyad pria itu terkikik " ih A'.. " rengek Dina

" kalau pemiliknya menjualnya aku tidak keberatan membelinya, lumayan buat investasi

" Dasar otak bisnis " cibir Dina

*******

tobecontinued