Ibra menarik foto yang di pegang Arsyad, matanya menyipit melihat foto siapa itu.
" lo gila ya Ar? ngapain lo masih nyimpan foto ini? lo sudah bareng Dina " ucap Ibra
" aku tau " Arsyad menarik kembali foto itu dan menyimpannya di meja, Ibra menggeleng
" terus ini maksudanya apa? " Ibra menunjuk foto perempuan yang di atas meja
Arsyad tidak menjawab dia lebih memilih bersandar di bangku, pandangannya tertuju ke arah siswa yang bermain bola tapi pikirannya entah kemana. Ibra menepuk bahunya
" gue tau lo merasa bersalah. tapi kejadian dua tahun lalu itu murni kecelakaan, Ar "
" aku tau... tapi dia punya anak " ucap Arsyad, Ibra mendelik kaget dan
plak
Dengan keras dia menampar kepala Arsyad membuat si empu kepala meringis, Arsyad mendelik
" Apa? " kesal Ibra " jangan mengucapkan kalimat yang bisa bikin orang salah paham sama lo, satu lagi di sini ini lo yang korban bego " omel Ibra
Arsyad menghela nafas panjang. dia tau tapi tetap saja dia merasa bersalah.
" aku akan pergi menemuinya " putus Arsyad
" gila lo? jangan buat masalah baru deh, Ar. Bagaimana kalau ada kesalah pahaman nantinya? " marah Ibra, Arsyad hanya menghela nafas. " Dina tau ini? "
Arsyad menggeleng " dia tidak perlu tau "
" ini nih, kalo sampai salah paham sama lo, lo jangan nyesel " Ibra memperingati " dengar gue Ar, perempuan itu makhluk yang selalu menggunakan perasaan, satu mereka terluka mereka bisa mengingatnya ribuan tahun " Ibra menatap Arsyad " lo sudah pernah lihat dia marah? "
" dia hanya suka merajuk " jawab Arsyad tanpa sadar tersenyum karena mengingat tingkah menggemaskan Dina kalau sedang cemberut padanya
" gue bakal temenin lo temuin tu orang. tapi kalau sampai Dina tau dan salah paham... lo tanggung sendiri, gue sudah memperingati lo "
" terserah " kata Arsyad, dia tau tabiat keras dalam diri Ibra.
" pembahasan ini selesai " seru Ibra, Arsyad meliriknya. " gimana sih caranya ngeluluhin hati perempuan? "
" hah? " bingung Arsyad
" lo bilang, Dina sering merajukkan, bagaimana lo ngeluluhin Dia? " tanya Ibra, Arsyad menatapnya kemudian menyeringai... hah... Ibra merasa sesuatu yang tidak enak di dengar akan terlontar dari mulut menyebalkan Arsyad
" makanya Nikah " ledek Arsyad berdiri dan berjalan pergi
benarkan dugaannya?
" kampret "
*******
Dina melirik Arsyad yang hanya diam sambil menatap lurus ke jalan, belakangan ini Arsyad sudah mulai cerewet tapi hari ini Arsyad kembali diam seperti ada yang membebani pikirannya. Dina menghela nafas panjang kalau begini dia tidak tau mau memulai obrolan dari mana, dia yang cerewet tidak betah dengan suasana hening.
Dina kaget begitu Arsyad menggenggam tangannga dan membawanya ke pangkuan pemuda itu, Dina menoleh tapi Arsyad masih fokus ke jalan.
" kenapa? " tanya Arsyad, Dina menggelengkan kepalanya
" Aa' banyak pekerjaan ya? dari tadi adek perhatiin Aa' kayak banyak beban pikiran, atau ada masalah kantor? " cerocos Dina, Arsyad menggelengkan kepalanya dia menoleh ke arah Dina sambil tersenyum kecil sebelum kembali fokus ke jalan
" terus kenapa dari tadi adek didiemin, dianggurin "
" kan lagi nyetir " jawab Arsyad
" nyetir juga bisa ngomong kali, berasa kayak jalan sama patung " dumel Dina
Arsyad melepaskan Dina tidak benar benat melepaskan karena detik berikutnya Dia merangkulkan lengannya di leher gadis itu, mobilnya berhenti karena kebetulan lampu merah
" akh.." pekik Dina karena Arsyad mengetekinya.
" memang adek mau Aa' apain hm? " goda Arsyad, Dina memukul tangan Arsyad yang berniat menjepit hidungnya
" Aa' ih... lepasin " rontak Dina
" lah katanya tadi tidak mau dianggurin " ledek Arsyad, Dina cemberut
" ya maksud adekkan ajak ngobrol kek " pekik Dina " aa' ih... "
Arsyad terkekeh " sebutkan kata kuncinya "
" Adek cantik "
" bukan " Arsyad mengencangkan kunciannya membuat Dina makin kesal
" iya... iya... ya Allah ini KDRT namanya "
" kata kuncinya dek "
" Aa' ganteng, lepasin adek "
" tetot... "
" ih... suamiiku sayang yang paling kasep, baik hati, soleh dan rajin menabung... "
Arsyad tertawa kecil " tetot... masih salah "
" ih apa dong, ih A' lampu hijau tuh " tunjuk Dina
Arsyad melirik lampu yang di tunjuk Dina, benar saja lampu sudah hijau, dia melepaskan Dina dan kembali menjalankan mobilnya
Sesampainya di rumah Dina yang kebelet langsung berlari ke kamar mandi sekaligus mau ganti baju.
Dia dengan cepat keluar dari kamar mandi karena sepertinya perutnya sudah kelaparan. Langkah Dina terhenti saat mendapati Arsyad tengah duduk di kursi belajar, sepertinya Dina benar, suaminya itu ada masalah.
Dina berhenti tepat di belakang kursi belajar Arsyad sepertinya pemuda itu tidak menyadari keberadaannya.
" eh? " Arsyad kaget saat kepalanya di dongakkan, dia bisa melihat Dina menatapnya sendu
cup
Sebuah kecupan mendarat di dahi Arsyad, ini kedua kalinya Dina berinisiatif menciumnya, pertama saat dia membelikan gadis itu novel saat mereka di bali dan kedua itu sekarang.
Menyadari apa yang ia lakukan Dina menjauhkan wajahnya, belum sempat dia menegakkan berdirinya Arsyad lebih dulu menarik tengkuk gadis itu dan mendaratkan sebuah ciuman di bibir istri kecilnya.
" Aa'... " cicitnya malu begitu Arsyad melepaskannya sedangkan Arsyad terbahak melihat wajah merah Dina.
Dengan kesal Dina memukul punggung Arsyad pemuda itu masih tertawa.
" tau ah " Dina membalikkan badannya mau berjalan ke dapur, Arsyad mencegahnya
" ke mana? "
" mau ke dapur " ucap Dina masih dengan bibir manyun
" nanti saja " Arsyad menarik Dina agar mendekat padanya, di tariknya gadis itu kepangkuannya membuat gadis itu makin kesal " sebentar saja " lirih Arsyad
Dina berhenti bergerak, dia menolehkan kepalanya ke Arsyad yang memeluk pinggangnya kepalanya di tumpukan di bahu Dina
" A' "
" hm? "
" kalau Aa' ada masalah jangan sungkan berbagi dengan adek " kata Dina memainkan kedua tangganya, Arsyad meraih tangan kanan Dina memainkan cincin yang ada di jari manis gadisnya
" tidak ada masalah apa apa " ucap Arsyad sambil mengankat kepalanya gantian dagunya yang ia letakkan di pundak Dina. " besok aku dan Ibra ada urusan, tidak apakan? "
" heh.. besok? " Arsyad mengangguk " yah... " desah Dina kecewa
" kenapa? "
" besok adek mau minta Aa' temani adek cari buku. " ucap Dina kemudian mengembungkan pipinya
" Amy kenapa dek? " Tanya Arsyad dia sudah menegakkan tubuhnya karena Dina menghadapkan badannya ke arahnya " kan biasanya adek sama Amy "
" Amy ada urusan juga besok "
" lusa ngak bisa emang? " tangan Arsyad memainkan ujung rambut Dina yang di memang tersampir ke depan
" bisa sih... tapikan.. " Dina menunduk " adek gak ada teman juga.. " Dina mengangkat kepalanya " apa adek ajak Liam saja ya? tapinya Liam mah ngeluh mulu kalau di suruh nemenin belanja.. tapi tidak apalah kalau tidak mau adek paksa aja " cengir Dina
" tidak boleh "
" eh? kenapa? " Dina melihat wajah kesal Arsyad
" ya gak boleh aja " jawab Arsyad sekenanya. " emang mau beli buku apa sih? "
" novel, tapi besok baru rilis " jelas Dina " Aa' kan besok ada urusan sama teman Aa' itu, jadi adek mau minta Liam saja yang nemenin. "
" gak ada hari ini? "
" gak ada Aa' " gemas Dina, Arsyad menghela nafas " boleh ya, Aa' ganteng deh kalo ngizinin "
Arsyad mendelik yang dibalas Dina dengan cengiran lebarnya, Dina mengalungkan lengannya di lehernya
" boleh ya A' "
" dek, kalo misalnya Aku bilang mau jalan sama Risa kamu izinin gak? " Dina cemberut " ya udah Aa' juga kek gitu "
" iya, Adek gak pergi " ucap Dina.
" ya sudah kamu ganti baju " suruh Arsyad
" kemana? " Dina turun dari pangkuan Arsyad.
Arsyad berjalan ke arah lemari mengambil pakaian untuknya setelahnya dia membuka lemari bagian Dina mengambilkan baju dan rok yang serasi dengan pakaian yang ia pakai nanti.
Arsyad menyerahkan baju itu ke tangan Dina yang masih bengong.
" kita kencan, sana ganti baju " Arsyad mendorong pelan Dina sampai ke kamar mandi
blam
Dina tertegun begitu pintu tertutup, dia memandang baju di tangannya.
" ini... kapan gue beli? " lirihnya " sudahlah pakai saja. "
Dina dengan cepat mengganti pakaiannya, senyumnya merekah melihat bagaimana baju itu sangat cocok untuknya dan sesuai selera sekali.
Baju kaos hitam yang memperlihatkan sebelah bahunya dan rok biru langit dibawah lutut sangat dia sekali.
Senyum Dina makin merekah saat dia keluar dan melihat Arsyad memakai baju kaos yang warnanya sama dengan roknya, dia memakai celana di bawah lututnya di pasangkan dengan sepatu yang senada.
" kenapa? " Tanya Arsyad, Dina menggelengkan kepalanya masih dengan tersenyum
" ayo pergi " Dina langsung mengamit lengan Arsyad dan beriringan keluar. Mata Dina juga melirik ke arah tangan Arsyad pemuda itu sudah memasang cincin nikah mereka yang jarang di pakai Arsyad karena aturan sekolah yang melarang, jadi Arsyad hanya menjadikan cincin itu sebagai bandul kalung saja.
*******
tobecontinued