Dina membantu mertuanya menganggkat piring untuk di atur di atas meja, malam ini mereka tengah berada di rumah orang tua Arsyad. Orang tua Arsyad membuat makan malam bersama. Orang tua Dina, Dr. Adit beserta Istri, anak dan menantunya, ada Ibra dan juga Andry dan orang tuanya. Omah dan kinan juga masih ada.
" Astagfirullah hal adzim " kaget Dina saat Arsyad dan Andry berlari di hadapannya, mungkin saja piring itu akan jatuh kalau Arsyad tidak menahannya juga.
" Maaf " ucap Arsyad, Dina menghela nafas panjang, ia kesal.
" kalau mau kejar kejaran, di halaman sana " omelnya, Arsyad tidak menyaut melainkan mengambil alih piring di tangan Dina. Setelah meletakkannya di meja, Arsyad kembali ke dalam mencari sepupunya itu.
" Astaga... " Dina kaget saat mendapati Andry di kolong meja.
" sssttt... " Andry memberi peringatan, Dina menggeleng.
" Madina " Dina menoleh dan mendapati Kinan sudah berdiri di belakangnya. " Lo jangan kesenangan dulu karena Arsyad memilihmu "
" apa maksudmu? " tanya Dina, Kinan mendekati Dina berbisik
" kalau gue ngak bisa dapatin dia, maka tidak satupun yang bisa " spontan Dina mendorongnya tidak keras tapi Kinan jatuh. " Awww... Kenapa mendorongku? "
" Adek " Mamanya yang melihat itu mendekati Madina. " kenapa mendorongnya? " mamanya beralih ke Kinan " kamu tidak apa apa nak? "
" ngak kok Tante. " Kinan berdiri dengan di bantu Mamanya Dina.
" minta maaf dek? " Dina menggeleng, menolak " Madina Dirgantara, Minta maaf sekarang "
" Maaf, Ma. Dina ngak mau " Dina menatap tajam Kinan " lagian sengaja kok. Apa pun yang lo katakan itu gue ngak takut " Dina berbalik dan menjauh.
" Madina " Dina sedikit menghentakkan kakinya, dia menoleh melihat mamanya. " Mama bilang minta maaf. "
" bukan salah Adin kok tante " Andry muncul dari bawa kolong meja. " cewek itu sepertinya membisikkan sesuatu membuat Adin kesal. " Andry mendekati Kinan merangkulnya. " bukan begitu? "
" ti...tidak " jawab Kinan menatap sengit Andry.
" benarkah? Haruskah gue bilang apa yang lo bisikkan ke Adin? " tanya Andry " Kalau gue ngak bisa dapatkan dia maka tidak satupun bisa " Andry berbisik.
" Lo??" Andry memainkan keningnya.
" huh... Ia tante ini salah Kinan " jawab Kinan.
Dina melangkah menjauh, Mamanya hanya menghela nafas kemudian menjauh meninggalkan Andry dan Kinan.
" berhati hatilah... Karena aku memperhatikanmu mulai sekarang " Andry menyeringai ke Kinan.
" brengsek " dengus Kinan. Andry hanya tertawa tapi tak lama ia memasang wajah serius.
" lo akan berhadapan sama gue kalo lo macam macam sama sepupu gue. "
" gue ngak takut sama lo " ucap Kinan.
" kita liat saja, Sayang " Andry mengecup pipi Kinan dan melepaskan rangkulannya tapi tatapan tajamnya pada Kinan tidak hilang.
" Brengsek " Kinan balas menatap tajam Andry sambil mengusap kasar pipi bekas ciuman Andry.
Selesai makan malam mereka semua berkumpul di halaman belakang
" lo capek? " tanya Dina mendekati istri Virgo yang duduk lesehan di samping Virgo bersama Andry dan Arsyad. Dina menyerahkan segelas susu yang baru di buatkan oleh Mamanya Virgo " titipan tante Sarah " ucap Dina.
" Thanks " Dina mengangguk.
" lo kapan nyusulnya? " tanya Andry saat Dina ikut duduk lesehan.
" nyusul apa? "
" punya Baby, udah beberapa bulan kan lo menikah? " tanya Andry, wajah Dina langsung memerah dan bersembunyi di balik punggung Arsyad.
" ini juga masih usaha " jawab Arsyad yang mendapat cubitan Dina. Usaha apa? Mereka berdua hanya tidur berpelukan tidak lebih.
" mandul kali itu " timpal Kinan.
" tau dari mana lo? " tanya Virgo " ngak usah sok tau. "
Kinan menyeringai. " itu lebih baik, dari pada sok suci tapi ngehamilin ora- "
Grep
Andry langsung merangkul Kinan.
" sayang ku ini, nyelekit banget sih, omongannya " dia mencubit tanpa perasaan pipi Kinan. " temani gue cari camilan " Andry menyeret Kinan pergi.
" mereka pacaran ya? " Dina menatap punggung Kinan dan Andry yang sudah lumayan jauh, Virgo dan Arsyad hanya mengedikkan bahu.
" sepupu lo Aneh Ar " Ucap Virgo " habiskan " suruh Virgo pada istrinya yang hanya minum setengah gelas susu. Istrinya menggeleng.
" enek "
" mau sesuatu? " Istrinya menggeleng, ia memilih bersandar di Virgo.
" Moudy, tentang ujian bulan depan.. Lo ngak mau ikut? " tanya Dina, istri Virgo menggeleng.
" tidak minat " Moudy membuang wajah ke samping. " lagian gue ngak mau lanjut "
Mereka akhirnya diam hingga Andry kembali dan membuat gaduh dengan menjaili Arsyad dan Virgo. Selesai makan tadi Ibra langsung pamit, ada urusan katanya.
" Andry itu emang gitu ya? Hyper " Dina mengedikkan bahunya.
" tidak juga " Moudy dan Dina menoleh dan mendapati Virgo sudah duduk dengan banyak keringat karena baru saja saling mengejar dengan Andry. " Andry itu monster. Sifatnya yang Hyper dan Jail hanya untuk menutupi diri "
" apa maksud lo? " tanya Dina, Virgo hanya tersenyum dan menepuk nepuk kepala Dina sebelum akhirnya kembali berdiri dia baru ingat kalau Moudy tidak bisa mencium terlalu lama bau keringatnya jadi dia mau ganti baju.
Andry menarik Arsyad keluar dimana hanya mereka berdua saja.
" lo jaga Adin baik baik. " Arsyad mengkerutkan keningnya bingung " preman yang mengejar kita tempo hari sudah melihat lo dengan Adin, ditambah lagi Kinan juga mulai kesal dengan Adin. " Andry mengambil rokok di kantongnya baru akan ia nyalakan Arsyad sudah merampasnya dan melemparnya ke meja, dia tidak suka asap rokok. " sorry gue lupa "
Arsyad bersandar di jendela yang menghadap ke arah halaman rumah. Memperhatikan keluarganya yang saling bercengkrama. Tak lama ia beralih ke Andry.
" aku masih merasa ada yang janggal. "
" Apanya? " tanya Andry, Arsyad menghela nafas kemudian kembali menghadap ke halaman belakang, dia tersenyum kecil ke arah Dina yang melambai ke arahnya.
" kamu menyembunyikan banyak hal dariku. "
" gue sudah bilangkan, lo lebih baik ngak tau " jawab Andry, dia juga melihat Dina " lo hanya perlu jaga orang orang di sekitar lo. " Andry melirik Arsyad " masalah yang lainnya biar gue yang ngurus "
Arsyad menghela nafas kemudian beranjak " terserahmu, selama kau tidak berakhir di rumah sakit "
Andry tertawa kemudian berjalan mendekati Arsyad merangkulnya, namun langsung di tepis Arsyad.
" gue terharu... Lo khawatir sama gue " Arsyad meliriknya jengah
******
" haa.... Capek " Dina menghempaskan tubuhnya di kasur tak lama Arsyad menyusul berbaring di samping Dina. Dina melirik Arsyad yang hanya diam sambil memejamkan matanya, tak lama Dina ikut memejamkan matanya namun itu tidak lama karena ia kembali membuka matanya saat merasakan kasur bergerak, dan benar saja Arsyad bergerak duduk.
" Aa "
" hn? " Dina ikut duduk
" Aa baik baik saja? " tanya Dina tangannya sudah berada di kening Arsyad, Arsyad menurunkan tangan Dina sambil tersenyum.
" aku baik baik saja, jangan khawatir " Dina mengangguk kemudian balik berbaring.
"dek "
" ya? " Dina membuka matanya dan wajah Arsyad sudah didepan wajahnya. " Aa? "
" hn. Kinan... Dia tidak mengatakan yang tidak tidak padamu kan? " tanya Arsyad.
Dina menatap Arsyad sejenak kemudian menggeleng sambil tersenyum, dia tidak mungkin memberitau Arsyad kan? Suaminya banyak beban pikiran.
" kamu yakin? " Dina mengangguk lagi, kali ini Arsyad yang menatap Dina seksama tapi gadis itu hanya menatapnya polos.
Andry sudah memberitaunya tadi, kenapa Dina harus bohong? Arsyad tau alasannya Dina tidak ingin dia khawatir, tapi ia ingin Dina memberitaunya.
" hal sekecil apapun, Aku ingin kamu memberitauku " Dina mengangguk saja.
Arsyad mengusap pipi Dina yang sudah terlelap, mencium keningnya. Dia kemudian membaringkan dirinya menghadap ke langit langit kamar. Mengingat kejadian dua tahun lalu dimana ia yang tidak sengaja ditabrak seseorang dan mengakibatkan orang itu meninggal bukannya dirinya, dan itu menyisakan rasa bersalah yang teramat karena orang itu memiliki istri yang sedang mengandung.
" hmmnn " Arsyad menoleh saat gadis di sampingnya bergerak memeluknya, Dina selalu tidur dengan lelap terlihat tidak ada beban sangat polos.
Arsyad mengubah posisinya jadi menyamping, dia juga mengubah posisi tidur Dina membelakanginya agar ia leluasa memeluk gadis itu dari belakang, dia menenggelamkan wajahnya di rambut Dina menghirup aroma shampoo milik Dina yang bisa menenangkannya.
" Maaf " Lirih Arsyad, dia tidak tau kenapa ia meminta maaf, ia hanya merasa ia harus minta maaf entah untuk apa. Tangannya makin memeluk erat tubuh Dina.
******
tobecontinued