Chapter 24 - 24

Arsyad, Andry, Ibra dan Virgo duduk di sofa apartemen Arsyad, setelah mertuanya tadi kembali mereka langsung pamit pulang, sebelum sampai di apartemen mereka menyempatkan menjemput Virgo beserta kembarannya dan istri Virgo.

Virgo mengangkat sebelah keningnya melihat wajah kusut Arsyad sedangkan Ibra dan Andry tampak biasa saja

" kenapa dia? " Virgo mengedikkan dagunya ke Arsyad

" gak di kasih jatah kali sama Adin " cetuk Andry Asal, Arsyad mendelik kearahnya yang hanya di balas juluran lidah dari Arsyad.

" Vir, apa kamu tau kejadian dua tahun lalu? " tanya Arsyad, Virgo mengkerutkan keningnya

" dua tahun lalu? gue masih di bandung waktu itu, jadi gue gak tau apa yang kalian bahas. " jawab Virgo acuh.

Andry menghela nafas panjang, dia menatap sepupu satu satunya itu " dengerin gue Ar, kadang tidak tau apa apa itu lebih baik "

" Tap- " Kalimat Arsyad terhenti saat Andry menarik kerah bajunya dan menatapnya dengan tatapan yang tidak pernah dilihat Arsyad dari Andry

" jangan coba coba lo pergi ke tempat itu lagi, gue sendiri yang bakalan matahin tulang lo kalau sampai lo kesana lagi "

Arsyad menatap mata Andry dan yang ia dapati tatapan mata serius, Arsyad menghela nafas tangannya melepaskan genggaman Andry pada kerahnya.

" hm " gumamnya sebagai jawaban, bukan karena dia takut, tapi Andry itu monster dan dia tidak akan segan segan melakukan apa yang menjadi ancamannya.

" heeeeehh... apa ada hal yang seru "

Mereka semua berjengit sedikit kaget karena Libra saudara kembar Virgo tiba tiba ada disana, tapi pemuda malah memasang wajah innocent

bukh

" Jangan memasang wajah menjijikkan itu " kesal Virgo melempari bantal saudaranya

Libra mengambil bantal itu mukanya dibuat seimut mungkin, Virgo menatapnya kesal.. biar bagaimanapun wajah mereka mirip

" stop it " kesal Virgo

Di dapur Dina memutar matanya malas, astaga... dia benar benar mengerti perkataan orang 'kembar pun takkan mirip'

" apa mereka selalu seperti itu? " tanya Dina pada Moudy, gadis itu mengedikkan bahunya.

" oi " panggil Moudy

" hm? "

" sudah berapa lama kalian menikah? " tanya Dina

" hm... hampir setengah tahun. kami menikah di awal semester dua " jawab Dina, Moudy hanya menatapnya, Dina tersenyum " dijodohkan "

Perjodohan? Moudy sangat tidak paham kenapa orang orang tua hanya selalu perjodohan? Moudy mendengus dan berbalik mengambil gelas gelas yang berisikan minuman dingin

Dina sedikit memiringkan kepalanya bingung melihat ekspresi Moudy yang tiba tiba mengeras itu. Apa yang salah?

" hehehe... maaf menunggu lama " seru Dina begitu mereka menghampiri mereka

" Adiiiiiiiinnnnnn " Andry hendak menghampiri Dina namun kerah belakang bajunya lebih dulu di tarik Arsyad hingga membuatnya terjatuh.

" sakit njir " kesalnya

" Madina namanya Madina " protes Arsyad, Andry tertawa dia memang sangat suka menggoda sepupu es batunya itu.

" berisik " ucap Ibra dia kemudian melihat Dina " lo betah Din, punya suami es batu kayak laki lo? " tanya Ibra, Andry mengangguk menyetujui pertanyaan Ibra

" es batu? Aa'? "Dina tertawa begitu Ibra mengangguk " manusia super rese dibilang es batu? dih "

Ibra menatap Arsyad mencoba membayangkan temannya itu dalam mode rese' Ibra menggeleng sangat tidak cocok.

" sama bini mah lain eh " goda Andry. Arsyad mengedikkan bahunya

" huaaaa.... Krannya belum gue matiin " pekik Dina berlari ke kamar mandi

" dasar " ucap mereka bersamaan

*

Andry bersandar di samping motornya yang kebetulan bersebelahan dengan mobil Libra. Libra yang baru muncul mengangkat sebeleh keningnya melihat Andry seolah menunggunya.

" bisa bicara? " tanya Andry

" privasi or bisnis? " Libra balik bertanya, Andry mendengus tapi juga tersenyum

" bisnis yang pribadi " jawab Andry, Libra mengangguk mengerti, dia melirik ke kiri di mana dia melihat dua pasangan yang muncul dari pintu keluar bangunan.

" Twin, gue pergi dengan dia cari cewek " Libra melirik Andry " lo yang bawa mobilnya "

" ck, nanti lo ambil di rumah gue " ucap Virgo menerima kunci mobil.

" ok " Jawab Libra sambil menaiki motor Andry. " jangan berantem " serunya sedangkan Virgo hanya memutar bola mata malas.

" lo gak ikut? " tanya Virgo melirik Ibra

" gak, gue sudah ada calon " jawab Ibra enteng " ok bye, gue duluan. assalamu'alaikum "

" wa'alaikum salam "

Libra dan Andry berhenti di salah satu restouran fastfood yang sudah menjadi langganan Andry.

" so? " tanya Libra menyesap cola yang di pesannya.

" gue mau lo gabung dengan gue " kata Andry menatap Libra serius sedangkan cowok berfisik bule itu hanya mengangkat sebelah keningnya " lo punya otak yang memumpuni dan gue butuh itu. "

" wait... wait... dari mana lo tau gue mempunyai otak memumpuni? " tanya Libra. Andry menyeringai membuat Libra sedikit bergidik

" gue selalu mempelajari siapapun yang berhubungan dengan orang orang yang dekat dengan sepupu gue, dan kalau itu mengancam gue bakal singkirin diam diam " jawab Andry, dia bertopang dagu memainkan pipet minumannya, sebelum tersenyum

" psycho " kata Libra kemudian menatap keluar jendela restourant

Arsyad menghela nafas panjang " Ar itu pintar dan bego di waktu bersamaan. " Libra melihatnya " dia terlalu muda percaya pada orang, dia tidak tau saja banyak yang ingin mencelakainya karena posisinya saat ini "

" apa untungnya buat gue? "

" gue bisa kasih info yang lebih banyak tentang orang yang ngejebak Virgo dan Moudy " Andry menegakkan duduknya masih dengan menatap Libra yang sepertinya sedikit berfikir " bagaimana? "

" selama gue bisa menghancurkan orang yang sudah mengusik keluarga gue, gue terima " jawaban Libra membuat senyuman Andry mengembang.

" deal? " Andry mengulurkan tangannya untuk betsalaman.

" deal " Libra menerima uluran tangan Andry.

*

Arsyad menatap Ibra yang dengan santai mengunyah keripik sambil main ponselnya, mereka sekarang ada di belakang gedung kelas. Arsyad sangat yakin Ibra tau sesuatu, dia ingin bertanya tapi Andry sudah memperingatinya untuk tidak membahasnya lagi.

" pacaran mulu lo berdua " Lintang yang baru nongol duduk di samping Ibra mengganggu pemuda itu bermain game.

Ibra dan Arsyad saling pandang kemudian membuang muka sambil memasang wajah jijik.

" noh gue bawa seseorang " Lintang menunjuk ke samping dimana ada Dina berdiri sambil nyengir.

Dina melangkah dan duduk di samping Arsyad tangannya mengambil keripik di depan Arsyad.

" A' adek minta izin ya, mau ikut belajae bareng teman sekelas "

" dimana? "

" di tempat Liam " jawab Dina " gak sanpe sore banget kok "

" ya sudah " kata Arsyad, Dina tersenyum " tapi benar jangan lama "

" siap bosku, kan masih mau masak buat suami " cengir Dina, Lintang dan Ibra langsung memasang wajah ingin muntah.

" sudahkan? " tanya Ibra " kalau sudah sana pergi "

" dihh... bilang aja iri kan lo? " ejek Dina, Ibra mendengus

" ya udah deh, A'. adek pergi. "

*

Dina dan Ami saling pandang saat rombongan mereka berhenti di sebuah cafe

" bukannya di rumah lo Cho? " tanya Dina.

" ini rumah Liam " jawab Salah satu temannya.

" yasudah ayo masuk " Liam mempersilahkan teman temannya masuk. Tapi saat masuk mereka di kejutkan dengan kehadiran kelas unggulan, dimama bukan rahasia umum lagi kalau ketua kelas mereka sangat tidak akur.

" kenapa mereka di sini? " gumam ketua kelas Dina, mereka berpandangan satu sama lain kemudian mengedikkan bahunya.

" Ami.... Dina... " Ibra yang sadar dengan kehadiran mereka langsung melambai ke arah mereka, membuat perhatian teman sekelasnya ikut menatap ke mereka.

" lo ngapain disini? " ketua kelas Arsyad baru menyadari keberadaan mereka. " lo ngikutin kami? "

" jangan asal lo " dengus Ketua kelas Dina.

" Liam, lo punya tempat lain? " Dina berbisik, Liam menggeleng " halaman belakang gitu? "

" ngak ada. " jawab Liam, dia melangkah mengatur meja dan kursi yang akan mereka tempati. Dina dan Ami yang tidak mau terlibat adu mulut ketua kelasnya ikut menbantu Liam mengatur kursi.

" ini, nyokap lo ngak marah kami disini? " tanya Dina yang sudah duduk di kursi yang ia siapkan, bertetapatan di belakangnya ada Arsyad, punggung kursi mereka bersentuhan

" Mama gue yang nyaranin belajar di sini. " Dina mengangguk mengerti " sampai kapan kalian berdiri di ambang pintu " teriak Liam pada teman temannya.

Sudah beberapa lama waktu mereka berlalu akhirnya mereka memutuskan menyudahi belajar mereka, ditambah lagi kedua ketua kelas yang selalu saja saling melempar argumen membuat yang lain tidak nyaman belajarnya.

Dina memutar tubuhnya menghadap Arsyad yang masih fokus pada buku yang di bacanya.

" Aa' "

" hm? "

" kenapa Aa tidak kasih tau kalau Aa akan belajar juga, adek kan bisa nebeng tadi " bisik Dina

" aku juga tidak tau. " Dina mengangguk, Arsyad menolehkan kepalanya membuat wajah mereka berhadapan.

Tuk

" Aww " Dina mengusap keningnya yang baru saja kena jitakan Arsyad.

" perlihatkan catatanmu " suruh Arsyad, dengan cemberut Dina mengambil bukunya dan memberikan pada Arsyad.

Sebenarnya dari tadi Arsyad mendengar Dina yang selalu kena omel Ami dan Liam karena mengerjakan soal soal dengan jawaban yang salah.

Puk

Arsyad memukul pelan kepala Dina dengan buku catatan Dina, interaksi mereka menimbulkan perhatian teman temannya.

" nanti malam kamu harus belajar. "

" Tap-" Arsyad menatapnya serius " baiklah " Dina mengambil bukunya " gue kan emang payah Matematika dari jaman dulu " gerutu Dina.

Malamnya Arsyad jadi guru dadakan untuk Dina, mereka belajar matematika hingga larut hingga Dina tidur di meja belajarnya.

*****

tobecontinued