Chapter 22 - 22

Dina menganga menatap Arsyad yang membawanya ke sebuah penerbitan buku. tadi suaminya itu hanya bertanya kalau buku yang idam idamkan itu di terbitkan di penerbit mana, Dina tidak membawanya ke penerbitannya langsung

holang kaya mah bebas

" kenapa? " tanya Arsyad pada Dina yang sepertinya masih tidak percaya

" i.. ini.. kita tidak apa kesini? " tanya Dina, Arsyad tidak menjawab dan memilih berjalan lebih dulu.

Dina mencuatkan bibir bawahnya karena tidak mendapat respon, mau tidak mau dia hanya mengekor saja seperti anak ayam.

Dina memperhatikan para karyawan yang lalu lalang, sepertinya bekerja di penerbitan sangat melelahkan, diliriknya lagi Arsyad yang berbicara dengan seseorang yang ia tidak tau siapa.

" Adek " Dina melangkah mendekat karena suaminya itu memberi isyarat untuk mendekat. " kenalkan ini pak Tio, beliau pemilik penerbit ini "

" serius? " Dina melebarkan matanya tidak percaya kemudian menoleh melihat kepala penerbit itu " Adek pikir udah tua " Dengan cepat Dina menutup mulutnya

Pria yang berkisaran berumur tiga puluh tahun itu tertawa melihat Dina, sedangkan Dina hanya senyum canggung.

" saya sudah mendengar dari pak Ar, kalau nyonya muda Arsyad Narenra ini adalah penggemar buku yang akan kami luncurkan besok "

Dina mengangguk antusias " saya sangat menggemari penulisnya, semua buku yang ia tulis saya koleksi semua " cerita Dina

" benarkah? " Lagi Dina mengangguk. Arsyad tersenyum melihat binar di mata Dina, bukan pilihan buruk membawa Dina ke tempat itu.

" Sesenang itu? " tanya Arsyad yang melihat Dina masih tersenyum padahal mereka sudah ada di dalam mobil

" senang banget A' " ucap Dina.

Bagaimana tidak senang begitu akan pulang kepala penerbit itu memberikannya novel yang ia idam idamkan, bukan hanya itu dia juga di hadiahi beberapa novel yang belum dirilis dari penulis yang berbeda beda dan berarti saat ini hanya dia satu satunya pemilik novel itu karena novel itu belum diedarkan dan yang lebih penting dari itu.... semuanya gratis coy tak berbayar.

" sekarang mau kemana? " tanya Arsyad

" makann... "

*******

Amy kaget begitu ada yang menutup novelnya dengan kresek yang berisikan sesuatu yang dia tidak yakin apa isinya padahal dia tengah serius membaca. Amy mendongak untuk melihat siapa tersangka yang menganggu kesenangannya.

Ibra menyengir saat Amy melihat ke arahnya, gadis itu menatapnya kemudian mendengus

" sama sama " ucap Ibra, Amy mencibir

" terimah kasih " ucapnya, Ibra cengir

" Abi sama Umi mana? " tanyanya

" keluar "

" oh, ya sudah gue pulang saja deh " kata Ibra, Amy mengangguk setuju. " lo gak nyegah gue? "

" ngapain? kurang kerjaan sekali saya " kata Amy " katanya mau pulang? sana.. "

" iya iya, astagaa... " Ibra berdecak " gue pulang ya, Assalamu'alaikum "

" wa'alaikum salam " jawab Amy

" jangan kangen ya... "

" preeettt... " dengus Amy

Ibra tertawa sambil berlalu, begitu Ibra pergi Amy mengambil bingkisan tadi untuk melihat apa yang pemuda itu berikan

Senyuman Amy mengembang, Martabak favoritnya terpampang jelas di dalam plastik itu.

" pasti ini Abi " ucapnya melahap martabak itu.

********

Arsyad melirik Dina yang sesenggukan sambil menatap lurus ke depan. Arsyad memutar bola matanya jengah, dia menyesal mengikuti kemauan Dina menyeretnya masuk untuk menonton drama picisan, tapi ini lebih baik di banding harus menemani Dina menonton drama India yang durasinya berjam jam.

Arsyad menghela nafas lega begitu mereka, kebosanannya akhirnya menangis. Arsyad mengangkat tangannya mengusap kepala Dina yang masih sesenggukan

" itu hanya film, gak usah baper "

" habisnya sedih, A'. Adek gak bisa berhenti nangis " kata Dina dia kembali mengeluarkan tisue dari dalam tasnya " kuat banget ya dia jadi perempuan, kalau adek sih ogah di madu. tiap hari bakal makan hati " cerocos Dina " Aa' kalau mau nikah lagi. cerein adek dulu... adek tidak sekuat perempuan tadi "

pletak

Dina meringis sambil mengusap keningnya yang kena jitak Arsyad.

" jangan sembarangan kalau bicara " kata Arsyad tidak suka

" yeee.... adekkan cuman ngomong aja " ucap Dina sambil memanyunkan bibirnya.

" Arsyad Narenra " Mereka berdua melihat ke asal suara, seorang gadis dengan pakaian yang bisa di bilang seksi berjalan ke arah mereka " gue dengar kalau lo bakal bertunangan dengan Kinan, selamat ya " gadis itu mengelurkan tangannya, Arsyad tidak menanggapi membuat gadis berdehem menghilangkan kecanggungan " oh ya... ini sepupu lo, imut ya? kelas berapa dek? "

Arsyad merangkul Dina kemudian tersenyum ke arah gadis itu yang seperti mencemooh Dina dengan nada bicaranya.

" sayang ini Dinda, teman Kinan " ucap Arsyad, Dina dengan dagu terangkat

" hai gue Madina Dirgantara " Ucap Dina tanpa berniat mengulurkan tangannya, mata gadis itu membulat, siapa yang tidak mengenal Dirgantara? perusahaan terbesar setelah Narenra grup " Tunangan Arsyad "

Mata gadis itu makin membulat, lalu bagaimana dengan Kinan? apalagi dirinya?

"A' pulang yuk " Dina memeluk lengan Arsyad, Dia baru saja menonton film tentang pelakor jadi wajar saja dia waspada dan menjaga suaminya dari berbagai macam hama.

" serius mau pulang? gak mau keliling dulu? " Dina menggelengkan kepalanya

" capek lagian sudah dari tadi kita kencannya " ucap Dina menekankan kata kencan

" kami duluan " ucap Arsyad mengangguk sopan.

" banyak banget ya serangga di sekitaran Aa' " sindir Dina, Arsyad hanya tertawa

" kalau begitu adek tinggal nyediain baygon kan? " kata Arsyad dia menggenggam tangan Dina

Dina duduk di tepi ranjang begitu mereka sampai di apartemen mereka. Dina menunduk memainkan tangannya. Merasa ada yang janggal Arsyad mendekat, dia berjongkok di depan Dina mendongak menatap wajah Dina yang berubah sendu.

" A' adek ini cemburuan banget ya? " cicit Dina, Arsyad diam dia tidak menyangkal omongan Dina karen dia juga merasa seperti itu " Adek gak bermaksud begitu tapi melihat bagaimana cewek yang deketin Aa' semuanya cantik cantik sedangkan Adek? Kalau Aa' jatuh hati pada mereka juga adek ngak bisa nyalain Aa' adek merasa kecil di bandingkan mereka "

" Aa' tidak masalah dengan itu " Dina menatap Arsyad " tapi bisakah adek lebih percaya diri lagi? " Arsyad menggenggam tangan Dina " semua orang punya kekurangan dan kelebihan, kelebihan adek ya cerewet dan kekurangan adek ya tinggi badan. "

Spontan Dina melepaskan tangannya membuat Arsyad terbahak.

" ngeselin banget jadi orang, di depan orang aja sok dingin aslinya mah rese " dumel Dina, Arsyad berpindah tempat kesamping Dina masih dengan tawanya yang belum berhenti. Arsyad menghela nafas menarik Dina berbaring " Aa' " pekik Dina kesal.

Arsyad mengangkat kakinya di atas paha Dina menjadikan gadis itu guling hidup, Dina makin berontak.

" ih ngeselin " Dina memukul keras kaki Arsyad

" Artinya kamu special " kata Arsyad

" ha? "

" kamu satu satunya yang liat sifatku yang ini, harusnya kamu bersyukur dong " Ucap Arsyad giliran tangannya yang menindih perut Dina " Bunda pun tidak tau "

" gak usah rese rese amatkan? " dengus Dina, Arsyad menangkup pipi chubby Dina yang selalu membuatnya gemas itu dia bahkan memonyongkan mulut Dina.

Dina diam saat Arsyad kembali memasang wajah datarnya, bola mata Arsyad mengunci pandangan Dina.

" dek "

" hm? "

" Suatu saat nanti kalau terjadi sesuatu bisakah adek percaya sama Aa'? " tanya Arsyad tiba tiba.

" memang Aa' ada masalah? " tanya Dina, Arsyad menggeleng

" aku hanya ingin adek percaya sama Aa' . " kata Arsyad dia menyampirkan rambut Dina " percaya sama Aa' kalau Aa' tidak akan pernah mengkhianati pernikahan kita. "

" A' jangan ngomong gitu, Adek takut... adek akan makin mikir yang enggak enggak " Dina duduk tangan kanannya menopang tubuhnya yang menghadap Arsyad. Arsyad mengubah posisinya jadi menghadap Dina tangannya memainkan rambut Dina yang tergerai itu.

" kalau memang Aa' ada masalah, tolong bagi ke adek. siapa tau adek bisa bantu. " Dina berujar " kata Mama masalah suami adalah masalah istri begitupun sebaliknya jadi jangan ngadepin masalah sendiri A' "

" bijaknya istriku "

" jangan mulai, kita lagi bahas hal serius " sungut Dina, Arsyad terkekeh

Arsyad tersenyum ke arah Dina, ah... sepertinya semua akan baik baik saja.

*******

tobecontinued