Chapter 23 - 23

" yosh..."Andry berdiri di gerbang sekolah menyapa Dina yang kebetulan bersama.

" siapa? " tanya Ami.

" sepupu Arsyad " jawab Dina " nyariin Aa'? " tanya Dina, Andry menggeleng, membuat Dina mengkerutkan keningnya. " pacar lo sekolah di sini? " lagi, Andry menggeleng.

" nungguin lo "

" heh? " Andry cengir, tak lama ia melambai lagi karena melihat Arsyad.

" Rama, ini Adin gue bawa ya " tanyanya, Arsyad mendekati mereka merangkul Dina.

" Madina, namanya Madina " dengus Arsyad.

" sudah gue bilang itu nama kesayangan dari gue. " ucap Andry " Bra, lama tidak ke-"

Puk

Sebuah pukulan yang cukup keras mendarat di bahunya.

" jangan singkat nama gue " kesal Ibra. " ngapain lo ke sini? "

" di panggil bos " Andry melirik kesal sepupunya " Eh? " Andry melihat Ami " lo temannya Adin kan? Siapa nama lo? " baru ia akan mendekat, Ibra sudah menarik kerah belakang bajunya.

" ngak usah dekat dekat deh lo. Ar, ngapain sih lo manggil dia? " mereka menatap Arsyad yang tengah bicara dengan Dina. " woi... Ar. Ngapain lo manggil dia sih? " tanya Ibra lagi.

" Antar Dina " jawab Arsyad dia kemudian menatap Dina " tidak apa kan? "

" hem "

" tolong antar Dina ke rumah Mamanya " kata Arsyad. Kali ini Andry menatapnya serius.

" kalian serius mau ke sana? " Ibra dan Arsyad mengangguk " ok. Adin gue antar. Din masuk gih ke Mobil. Lo juga ikut saja "

" tidak, saya di jemput. Terimah kasih " ucap Ami. Dia kemudian mengambil ponsel dalam tasnya dan menghubungi Abinya.

" titip Dina " Arsyad menepuk pundak Andry kemudian masuk mobilnya di susul Ibra.

***

Arsyad menatap lurus kedepan sedangkan Ibra hanya duduk diam, sebenarnya ia tidak setuju dengan ide Arsyad, ia ingat dua tahun lalu bagaimana perempuan itu meneriaki Arsyad padahal sangat jelas Arsyad lah korbanya. Ibra paling tidak suka pada orang yang selalu mengungkit status sosial sebagai perbandingan.

" lo serius mau ke sana Ar? "

" sudah 12 kali kau menanyakan itu Ib, ya saya mau ke sana " Ibra menghela nafas kemudian beralih ke ponselnya untuk bermain game.

Arsyad memarkirkan mobilnya dekat sebuah gang, karena gang itu tidak memungkinkan mobil lewat.

" pemerintah harusnya memperhatikan tempat ini " gumam Ibra memperhatikan sekitarnya, daerah itu pemukiman kumuh. " orang kayak lo juga harusnya " kata Ibra lagi.

" sebelum mengetai orang, silahkan bercermin " kata Arsyad sambil memasukkan tangannya ke dalam saku celananya

Mereka pun turun dan melewati gang itu, anak anak berlarian kesana kemari beberapa hampir menabrak  mereka. Orang orang disana juga ikut memperhatikan mereka pasalnya sangat jarang orang orang mau masuk kepemukiman itu.

" Ar... Ar.. " panggil Ibra berbisik.

" hn? "

" gue berasa kayak artis " ucap Ibra sambil sesekali senyum ramah ke penduduk itu.

Arsyad berhenti untuk menanyakan alamat yang ada di kertas itu.

" mas ini pelanggan ya? " tanya perempuan tempat Arsyad bertanya.

" pelanggan? " Arsyad dan Ibra saling berpandangan. Perempuan itu terkikik.

" alamat yang kalian cari itu adalah tempat perempuan menjajakan diri. " wanita paruh baya itu berujar " ckck anak zaman sekarang "

" Apa? hah? "  Kaget Arsyad dan Ibra " Andry sialan " gerutu Arsyad.

" itu alamat yang benar " Ibra dan Arsyad menoleh dan mendapati Andry berdiri disana dengan gaya sedikit berantakan karena dia mengebut

" ngapain kamu disini? Dina? "

" gue sudah antar dia kerumahnya. Kemarin lo langsung mengusir gue jadi gue ngak bisa ngejelasin " Andry membela diri. Andry menghela nafas.

" antar aku ke tempat perempuan itu " perintah Arsyad.

" sial " gumam Andry " lo berdua balik gih sana, terutama lo Ram. "

" kenapa? "

" sudah gue duga bakal ada masalah " Ucap Ibra yang sudah ada pada mode seriusnya, matanya menatap ke arah jalan di sebelah kanan, dimana banyak pemuda yang menatap ke arah mereka. " tau begini gue lepas seragam tadi "

" kita tidak membuat masalah " ucap Arsyad, Andry menghela nafas sedangkan Ibra sudah melonggarkan dasinya.

" LARII... " Ibra dan Andry menarik tangan Arsyad membuat Arsyad mau tidak mau ikut lari, Arsyad menoleh kebelakang beberapa orang mengejar mereka, Apa Andry membuat masalah lagi?.

Sambil berlari Arsyad mengeluarkan kunci mobilnya yang sempat ia simpan di tas setelah melihat mobilnya. Ibra mengambil kunci di tangan Arsyad dia yang akan membawa mobil. Arsyad melihat Andry membawa motor, tunggu bukannya saat mengantar Dina dia naik mobil?

" Huff... " Ibra menghela nafas panjang setelah ia dan Arsyad berhasil masuk ke mobil dan menjalankan mobilnya.

" apa yang kamu dan Andry sembunyikan?" tanya Arsyad yang menyandarkan punggungnya di jok sambil mengatur nafasnya.

Ibra tidak menjawab ia melajukan mobilnya didepan ada Andry yang juga ngebut dengan motor entah milik siapa. Ibra melepaskan baju seragamnya karena kegerahan menyisakan kaosnya yang berwarna hitam.

Ibra melihat situasi di belakang melalui kaca spion, merasa sudah aman ia baru menurunkan laju mobilnya. Mereka baru berhenti saat sampai di depan rumah Dina, karena Arsyad yang meminta.

" Assalamu alaikum " salam mereka.

" wa'alaikum salam " Dina menjawab, ia mengkerutkan keningnya mereka sudah datang? Dia pikir akan lama.

" hausnya... Adin minta minum dong " minta Andry seenaknya, Dina hanya mengangguk dan berjalan masuk.

" kamu membuat masalah dengan mereka? " tanya Arsyad pada Andry, Andry mengangkat keningnya.

" memang mereka siapa? " tanyanya polos.

Bukk

Arsyad melempar sepupunya dengan bantal sofa tanpa perasaan, dia kesal. Bukannya marah Andry malah tertawa begitupun dengan Ibra. Tapi itu hanya sebentar karena Andry langsung memasang wajah serius sambil menatap adik sepupu yang hanya beda dua bulan itu.

" jangan pernah kesana. Gue sendiri yang akan menghajar lo kalau lo kesana " Arsyad menoleh ke Ibra yang membuat Ibra langsung angkat tangan tidak mau ikut campur. Tak lama Dina keluar dengan nampan di tangannya.

" kalian dari mana? Berantakan sekali " tanya Dina memperhatikan penampilan mereka. Ibra dan Andry cengir sedangkan Arsyad masih memasang wajah kesalnya.

" temani Arsyad cari cewek " jawab Andry seenaknya dan sekali lagi mendapat gebukan bantal dari Arsyad. Dina menggelengkan kepala dia kemudian masuk.

" kemana lo? " tanya Ibra saat melihat Arsyad berdiri, Arsyad tidak menjawab.

" gue juga mau nikah " seru Andry " Ram " Andry melempar kunci motor ke arah Arsyad. " itu punya Dina gue pinjam tadi "

" dari mana sih A'? " tanya Dina saat Arsyad sudah duduk di kursi makan dengan Dina sibuk dengan masakannya di atas kompor, dia membiarkan Andry dan Ibra di luar. Dina mematikan kompornya kemudian mendekati Arsyad.

" sudah makan? " tanya Dina, dia  tidak akan bertanya apa yang terjadi karena ia melihat suasana hati Arsyad masih buruk.

" kita belum makan " Andry menjawab dari ambang pintu.

" pulang sana " usir Arsyad.

" tunggu sebentar, gue siapin " ucap Dina, Andry mengangguk kemudian berjalan keluar.

" papa sama Mama kemana? " tanya Arsyad saat menyadari kalau mertuanya tidak ada

" kondangan " jawab Dina, Arsyad mengangguk.

******

tobecontinued