Chapter 17 - 17

Arsyad dan Dina duduk di depan kedua orang tua Arsyad. Aryo mengangkat keningnya, tidak biasanya putranya itu mengajaknya bicara pribadi seperti ini kalau bukan pekerjaan, tapi Aryo yakin kali ini bukan tentang pekerjaan melihat ada Dina di sampingnya

" jadi? " tanya Aryo

" kami akan pindah ke apartemen? " jawab Arsyad

" apartemen? A', aa' mau pindah? kenapa? " tanya Dian

" kapan? " giliran Aryo yang bertanya

" besok Yah " jawab Arsyad sebelum dia menoleh ke Bundanya " Bun, Ar sudah menikah dan seharusnya memang sudah pisah dengan kalian. kami ingin belajar mandiri dalam rumah tangga kami " jelas Arsyad

" tapi " Dian menatap putranya sendu " kalian mau pindah karena omah ya? "

Arsyad menggeleng, dia berpindah kesamping Bundanya. diraihnya tangan wanita yang amat dicintainya itu

" Kami akan sering berkunjung " ucap Arsyad, Dian menatap Dina dan gadis itu mengangguk mengiyakan ucapan suaminya.

" semua keputusan ada di tangan kamu Nak, apapun yang kamu mau kami hanya bisa mendukung " ucap Aryo, Arsyad mengangguk mengerti " Dina, tolong jaga Ar ya "

" eh " kaget Dina " hehehe... adanya Aa' yang harus jaga adek, Yah. " ucap Dina

Dian menggenggam tangan putranya, mengusap punggung tangan itu... ah.. putranya bukan bayi kecil lagi dia sekarang kepala keluarga untuk keluarganya sendiri.

" jangan keseringan berantem, usahakan selesaikan masalah dengan cepat " nasehat Dian.

Setelah berbicara dengan orang tuanya, Arsyad dan Dina pamit kembali ke kamar untuk mengemas barang mereka. Arsyad menggandeng tangan Madina tidak peduli dengan tatapan kesal omahnya dia bahkan dengan sengaja memeluk pinggang Dina

" kenapa? " tanya Arsyad saat Dina terkikik geli

" Aa' kekanakan " ucap Dina, Arsyad hanya mencibir sebelum kembali diam.

Setibanya di kamar Dina langsung membantu Arsyad memasukkan buku ke dalam kardus yang sempat mereka beli tadi di jalan.

" Dek "

Dina menoleh dia mengkerutkan keningnya karena Arsyad menyodorkan amplop ke arahnya. Dina membulatkan matanya melihat isinya

" kamu saja yang simpan "

" A...Aa' serius? " tanya Dina dengan ekspresi kaget berlebihan menurut Arsyad " Aa' tidak takut adek yang simpan buku tabungan dan kartu ATM aa'? "

" tidak "

" A' ini uang loh A'... banyak tidak sedikit " ucap Dina lagi " Adek bisa pakek loh A' "

Arsyad terkikik, dia mencubit pipi Dina gemas " aku kasih itu memang untuk di pakai dek "

" gaji Aa' disini semua? " Arsyad mengangguk, Dina kembali mendorongkan amplop itu ke Arsyad " Aa' aja simpan, adek gak mau... adek takut "

" adek, mulai dari ijab qobul... yang memang harus megang uang aku ya kamu, ini bahkan sangat terlambat aku kasih ke kamu karena banyak yang harus di perbaiki. " beritau Arsyad " ini kamu yang pegang, beli apapun yang kamu mau, mulai sekarang kamu tidak boleh minta uang jajan ke Papa "

Dina cemberut tapi tak ayal menerima juga

" benar ya kasih ke adek,.. kalau uangnya habis jangan tuntut adek.. awas aja " ancam Dina, Arsyad menjepit hidung Dina

" cerewet "

setelah merapikan buku buku, Dina berpindah ke lemari untuk mengeluarkan pakaian Arsyad.

" kalian sedang apa? " Kinan berdiri di ambang pintu " A..ar.. kamu pergi? "

" bukan urusan kamu " balas Arsyad sambil menerima pakaian yang di sodorkan Dina

" lo ngapain di sini? " pekiknya pada Dina

" bantu kemas pakaian " jawab Dina " A' mau bawa ini juga? " tanya Dina menunjuk setumpuk baju kaos

Arsyad berdiri mendekati Dina tidak peduli dengan keberadaan Kinan yang masih melongo menatap perlakuan Arsyad pada Dina, pemuda itu tanpa sungkan merangkul Dina dan menunjuk pakaian yang mana saja yang harus di kelurkan Dina

BLAM

mereka berdua menoleh menatap pintu yang di tutup kasar dan kembali saling menatap

" Aa' jahat banget " ucap Dina, Arsyad hanya mengedikkan bahunya

" kamu sudah berkemas? " tanya Arsyad sambil merapikan anak rambut Dina yang melengket di pipi gadis itu

" belum, Adek mah gampang... kan pakaian adek hanya sedikit, lainnyakan ditinggal di rumah Mama " jawab Dina, Arsyad mengangguk mengerti.

*******

Arsyad menyeret kopernya ke dekat mobil yang akan ia pakai nanti. beberapa dus sudah ia masukkan ke dalam mobil.

" Ar kamu mau kemana? " tanya omahnya

" pindah " jawab Arsyad singkat, dia mengangkat kopernya memasukannya

" Ar, omah pikir ayahmu mengajarimu sopan santun. kenapa kamu mau pindah sedangkan ada tamu di rumah "

Arsyad menghela nafas, dia menghadap Dina yang menyeret koper dia tidak berniat menjawab omahnya

" apa sudah semua? " tanya Arsyad pada Dina

" Mas-"

" ARSYAD " Dina terperanjat kaget karena seruan omahnya Arsyad " kamu... masuk ke dalam, saya mau bicara dengan cucu saya " ucap Omahnya, dia sedikit menyeret dan mendorong Dina

" Omah " seru Arsyad tidak suka dengan perlakuan omahnya pada Dina. " dek, kamu masuk dulu "

" ok " jawab Dina kemudian berjalan masuk, dia lumayan takut dengan omahnya Arsyad

" Apa yang ada dipikaranmu? kamu akan pindah dengan gadis itu? " omahnya menunjuk ke dalam rumah " jangan bodoh, kamu tau kalau omah akan menjod-"

" dan omah sangat tau kalau aku sudah menikahi Madina, dia istriku, tanggung jawabku, perempuan yang akan menjadi belahan jiwaku, lalu apa salahnya kalau kami akan pindah bersama? "

" Kam-"

" I...istri.. " Kalimat omahnya terputus oleh lirihan Kinan, Arsyad memutar tubuhnya menghadap Arsyad " ini bohongkan Ar? kita akan bertunangan kamu tidak mungkin sudah menikah "

" itu kenyataannya " ucap Arsyad " kamu sudah taukan, jadi jangan mengusik istriku " Arsyad memasukkan koper yang di bawa Dina tadi dan menyusul Dina ke dalam rumah.

Dina dan Arsyad langsung pergi setelah pamit ke kedua orang tua Arsyad, semalam Dina juga sudah mengabari Mama Papanya.

Dina melirik Arsyad, suaminya itu terlihat lebih cerah dari beberapa hari lalu semenjak kedatangan omahnya.

" A' "

" hm? "

" kita ke supermarket dulu ya, persediaan makanan belum ada di kulkas " beritau Dina, Arsyad menganggukkan kepalanya.

Wajah Dina merona melihat uluran tangan Arsyad padahal Dina berpikir Arsyad hanya akan membukakan pintu untuknya.

" Ayo "

Dengan malu malu Dina menerima uluran tangan Arsyad membuat Arsyad menggelengkan kepalanya.

Mereka masuk dengan Arsyad menggandeng tangan Dina. Mereka menyusuri rak memilih memilah makanan untuk mereka

" itu gak sehat, dek " Arsyad meraih mie instan di tangan Dina dan menyimpan kembali di rak

" iih... ini enak Aa' " Dina meraih kembali mie instan itu ke keranjang, Arsyad menggeleng dan mengambil lagi " ih... Aa'... Adek mau makan itu A'.. " rengek Dina.

Arsyad menghela nafas " baiklah. tapi sedikit saja, tidak baik makan itu terus "

" iya " jawab Dina dengan muka di tekuk " ayo cari lagi, Aa' mau makan apa? "

" apa saja "

" oke, mie instan "

" dek " tegur Arsyad membuat Dina cengir.

Setelah membeli bahan makanan Dina kembali menyeret Arsyad ke tempat lain, dia ingin membeli beberapa alat alat dapur yang belum ada di dapurnya. Dia juga ingin membeli alat makan yang imut imut. Arsyad menggelengkan kepalanya, alasan dia tidak betah menemani perempua belanja karena perempuan sangat lama dan pemilih dan sepertinya istrinya juga istri seperti itu.

Dina memicingkan matanya begitu mereka keluar dari supermarket, ia melihat ke pedagang pinggir jalan yang sepertinya dia kenal

" Ketua kelasss... " Dina berseru melambaikan tangannya ke pedagang yang sangat di kenalinya itu. " A' ayo kesana sebentar "

" kamu saja, aku mau meletakkan belanjaan dulu "

" oke "

Dina menghampiri Adam yang tengah melayani pelanggannya, Dina duduk manis sambil melihat lihat

" dari belanja Na? " tanya Adam

" belanja bulanan " jawab Dina, Adam mengangguk " gue juga mau dong, yang pedas ya "

" jangan yang pedas " Arsyad menghampiri dan duduk di samping Dina " dia bisa sakit perut " lanjut Arsyad

" tapi gak enak kalo gak pedes A' " ucap Dina

" ya udah gak pedes pedes amat " ucap Adam menengahi.

" itu baru ketua kelas gue " seru Dina, Adam hanya mengedikkan bahunya.

" Na, tumben lo gak bareng Amy? biasanya lo berdua kek surat dan prangko " tanya Adam menyiapkan pesanan Dina.

Dina merangkul lengan Arsyad " sekarangkan gue sudah ada gandengan, emangnya ketua kelas.. jomblo "

Adam berdecih " songong " Dina tertawa, Arsyad hanya bisa menggelengkan kepalanya " pulang sana kalau lo hanya mau mesra mesraan di depan jualan gue "

" cieee... jomblo iri " ledek Dina " lo jualan sini sampai jam berapa? "

" malem, jam satu lah "

" malam banget " kaget Dina, bukan apa apa.. Adam itu yang selalu juara di kelas mereka kapan dia belajarnya.

" kan gue baru mulai kalau pulang sekolah, Na. kalo gue gak kerja keras kek begitu, adek sama gue makan apa? " ucap Adam.

Dina baru ingat kalau Adam yang menjadi tulang punggung keluarganya semenjak ayahnya meninggal tiga tahun lalu, dan beberapa bulan lalu Ibunya juga meninggal. Adam punya adek yang masih umur empat tahun.

" adek lo? " tanya Dina, Adam menunjuk bangku dimana ada bocah perempuan tidur di sana.

" kamu tidak berniat mencari ruko? " tanya Arsyad akhirnya bersuara, Adam tertawa kecil

" gue tidak punya modal sebanyak itu " jawab Adam, Arsyad mengangguk mengerti.

" mau gabung dengan saya? " Adam dan Dina sama sama menoleh ke Arsyad " saya punya ruko tapi tidak tau mau di apakan, saya belum punya rencana apa apa " ucap Arsyad, Adam diam.

" gue bakal pikirin " ucap Adam " Na, ini punya lo "

" wihh... dari tadi kek "

*******

tobecontinued