Amy mengikuti langkah abinya, mereka baru saja menghadiri kajian. Umminya tidak ikut karena menemani si bungsu yang ada kegiatan bersama teman sekolahnya.
Sebenarnya Amy sedikit penasaran dengan siapa yang tadi mengaji sebelum kajian di mulai.
Amy menghentikan langkahnya saat Abinya menyapa salah satu jamaah yang sepertinya ikut kajian, Amy berdiri di belakang Abinya.
" Amy kan ya? " Amy mendongak dan terkejut melihat siapa pemuda yang menyebut namanya. " pantas saja seperti kenal, eh anaknya pak Ustadz " cengir pemuda itu.
" kalian kenal? " pria yang lebih dewasa bertanya.
" kami satu sekolah " ucap Pemuda itu.
Amy mencibir di belakang Abinya, pemuda itu terlihat sangat berbeda dengan penampilannya di sekolah.
" oh iya pak ustadz, saya boleh tanya? " tanya pemuda itu, Abinya Amy mengangguk " persyaratan menikahi putri pak ustadz bisa di ubah tidak? berat sekali "
Amy melototkan matanya kaget, dia menatap Ibra yang memasang tampang tak berdosanya.
yap... pemuda itu Ibra, Ibrahim Muhammad Al'Habsyi.
Yang lebih membuat makin kaget adalah mendengar Abinya tertawa.
" persyaratannya tidak akan Abi ganti " Senyum Amy mengembang dan menatap Ibra sinis " tapi kamu sepertinya pengecualian "
" Abiii.... " seru Amy, Abinya mengusap kepala Amy sedangkan matanya menatap Ibra " Abi... Ummi nyuruh jemput " beritau Amy.
" Kalau kamu serius, saya tunggu kamu di rumah, saya tidak akan mengingkari janji. " ucap Abinya Amy, Ibra tersenyum beda dengan senyuman candaannya tadi kali ini dia tersenyum tulus.
" iya, Bi "
" oh ya ini salah satu janjiku waktu itu " Amy melihat Abinya mengulurkan alqur'an yang sangat ia inginkan, tapi Abinya tidak pernah memberikannya katanya itu hadiah untuk salah satu muridnya saat ia berhasil menyelesaikan semua hafalannya
tunggu, berarti...
Mata Amy membulat, itu berarti Ibra sudah menyelesaikan hafalannya dan dia memenuhi syarat Abinya.
" Amy ayo " ajak Abinya.
Amy mengikuti langkah Abinya tapi masih bleng, dia kembali melihat ke arah Ibra, pemuda itu mengedipkan sebelah matanya sambil tersenyum
" dia yang mengaji tadi " Abinya memberi tau.
Amy? dia syok berat... pemuda itu tidak seperti kelihatannya.
Ibra menatap alqur'an di ?, alqur'an yang ia inginkan karena sangat menyukai sampulnya yang membuatnya mati-matian menamatkan hafalannya.
" Dad, let me marry her " ucap Ibra
" kau yakin? "
" aku sudah menyukainya dari pertama melihatnya lagi di sekolah " beritau Ibra.
*******
Dina duduk di dalam ruangan Arsyad menunggu suaminya itu yang sedang rapat. Karena tidak mau di tinggal sendiri di apartemen jadi dia ikut tapi pada akhirnya dia tetap sendirian.
cklek
Dina menoleh ke arah pintu dan mendapati seorang pemuda berdiri dia ambang pintu, pemuda itu masih lengkap dengan seragamnya menatap Dina dari atas ke bawah
" siapa lo? " tanya pemuda itu, Dina mengangkat sebelah keningnya
" harusnya gue yang tanya, siapa lo? " ucap Dina. pemuda itu tidak menjawab dia menatap Dina tajam " apa liat liat? gak sopan banget " Kata Dina
" cih... " decihnya " lo salah satu perempuan tidak tau diri yang mau menggoda Rama? mending lo pulang. dia tidak akan tergoda dengan cewek murahan meski berparas innocent kayak lo "
" jaga mulut lo " marah Dina " gue bukan perempuan yang akan dengan mudah melemparkan diri kepelukan laki laki dengan tujuan tertentu "
" oh ya? " Pemuda itu bersedekap " gue sudah muak ngadepin cewek kayak lo yang hobinya ngegang-"
puk
Setumpuk file menimpuk kepala pemuda itu membuatnya spontan menoleh dan mendapati Arsyad dengan wajah marah
" tarik ucapanmu " ucap Arsyad berjalan masuk dia mendekati Dina, dia bisa melihat mata Dina berkaca kaca " kamu tidak apa apa? "
" dia bilang adek murahan A' " tunjuk Dina pada pemuda itu, air matanya akhirnya jatuh " Adek gak murahan.. "
Arsyad mendelik tajam ke pemuda itu yang menatap Arsyad kaget melihat Arsyad memperlakukan perempuan di depannya. Arsyad bahkan tidak sungkan memeluk perempuan itu
" lo kenal dia Ram? " tanya pemuda itu tidak percaya.
" dia istriku " jawab Arsyad, pemuda itu menganga dia tidak percaya. " aku tidak bercanda "
" akh... kapan? kenapa gue tidak tau? " tanya Pemuda itu.
" beberapa bulan lalu, lebih sedikit yang tau itu bagus untuk kami " ucap Arsyad
" bego, tolol lo " kata pemuda itu, dia duduk di sofa melihat Dina yang sesenggukan " sorry, gue benar benar minta maaf, banyak banget cewek yang sering ke sini mengaku teman rama padahal cuma mau merayu si tolol itu. "
Dina menghapus airmatanya, dia mendongak menatap Arsyad yang tersenyum ke arahnya tangan Arsyad terulur menghapus air mata Dina.
" dia Andry, sepupuku " beritau Arsyad.
" okelah, gue kesini cuman mau mengantar apa yang lo minta " Andry meletakkan map diatas meja.
Andry mengangkat wajahnya melihat pasangan itu, mengerti situasinya Dina memilih keluar ruangan Arsyad berniat mencari dapur umum karena dia butuh minum.
" jadi? " tanya Arsyad
" aa... gue merasa bersalah banget sama bini lo, kalau ada yang penting harusnya lo ngomongkan? " omel Andry, Arsyad menghela nafasnya karena dia sadar dia salah disini.
" maaf "
" sudahlah " Andry mengibaskan tangannya " terus, untuk apa lo cari dia lagi? " tanya Andry melihat ke arah Map itu
Arsyad tidak menjawab dan memilih membuka map itu, beberapa foto dan alamat.
" ini benarkan? "
" gue sudah menyelidiki itu selama seminggu dan insting gue jangan lo ragukan " sungut Andry
Arsyad mengagguk, dia tidak pernah meragukan sepupunya itu terlebih dalam hal selidik menyelidik. itu makanan sehari harinya.
" ribet banget hidup lo " Andry menyandarkan punggungnya.
Tak lama Dina masuk dengan nampan yang berisi minuman camilan di tangannya. Setelah meletakkan minuman itu Dina mengambil posisi duduk di samping Arsyad.
" gue benar benar minta maaf untuk yang tadi " ucap Andry lagi.
" lupakan saja toh lo begitu buat melindungi sepupu lo " ucap Dina " tapi gue masih sakit hati "
Andry meringis tidak menyangka kalau istri sepupunya itu benar benar blak blakan sekali.
Arsyad tersenyum, tangannya dia lingkarkan memeluk pinggang Dina. Andry yang melihat itu hanya memutar bola mata jengah.
" siapa nama lo? " tanya Andry
" Madina " Arsyad yang menjawabnya, Andry mendengus lagi. " urusan kamu sudah selesaikan? mendingan pulang sana "
" emang lo mau ngapain kalo gue pergi? " Andry tersenyum menggoda
" kamu masih terlalu muda untuk tau urusan suami istri "
puk
" Anjirrr " seru Andry melempar Arsyad dengan pulpen di atas meja itu sedangkan Dina jangan di tanya lagi karena mukanya sudah merah padam.
Dina melihat Arsyad yang baru kali ini tertawa lepas seperti itu, tanpa sadar dia tersenyum dan sepertinya dia harus berterimah kasih ke Andry karena berkatnya dia bisa melihat tawa Arsyad.
*******
Arsyad menutup laptopnya dia baru saja mengirimkan file pekerjaannya ke ayahnya melalui email. Dia menoleh ke samping dan mendapati Madina sudah terlelap dari tadi, mungkin gadis itu kelelahan karena menemaninya seharian tadi.
Setelah menyimpan laptopnya, Arsyad kembali naik ke kasur
" adek, geser sedikit " bisiknya sambil mendorong pelan tubuh Dina
"hmm.." gumamnya dalam tidur
Arsyad merebahkan tubuhnya menghadap Madina, gadis itu... tidur ataupun bangun tidak adanya, sama sama aktif.
Arsyad menyampirkan rambut Dina kebelakang menatap wajah lelap istrinya, sebenarnya ini kali pertama dia melihat lekat wajah Dina, dia sangat jarang memperhatikan wajah tidur istrinya itu. Bulu mata lentik dan bola mata yang sangat jernih kalau kelopak mata itu terbuka, hidung Dina mungil tidak pesek ataupun mancung, pipinya chubby dan memerah karena kulit gadis itu memang putih dan bibir pink ranum Dina.
Dina mengeliat tangannya memeluk pinggang Arsyad bahkan sebelah kakinya naik ke atas paha Arsyad, Dina benar benar aktif bukan dan menurut Arsyad dia benar benar menyiksa untuknya.
" kapan lulusnya sih? " gerutunya sambil menurunkan kaki Dina, dia menarik tubuh Dina kepelukannya. Arsyad mencium pipi Dina sebelum dia ikut memejamkan matanya dan menyusul Dina yang lebih dulu tiba di alam mimpi.
*******
tobecontinued