Chapter 18 - 18

Arsyad mendekati Lintang yang memainkan basket di lapangan, Arsyad bersedekap seandainya dia punya waktu sesantai itu? Arsyad menggelengkan kepalanya, dia sudah membuat keputusan jadi dia tidak akan menyesalinya dia hanya perlu melanjutkannya.

Lintang duduk lesehan setelah puas melempar bola, karena sudah kelas tiga jadi dia memustuskan untuk keluar dari tim basket tapi sesekali dia masih suka ke sana.

" bisa bicara? " tanya Arsyad, Lintang menoleh ke arahnya

" tentang Madina? " tebak Lintang

" aku dan Madina " jawab Arsyad, Lintang diam dan memilih menatap Arsyad menunggu apa yang akan laki laki itu ingin katakan, tapi sepertinya Arsyad masih enggan, Lintang menghela nafas

" kalian pacaran " kata Lintang, dia tidak bertanya dan membuat pernyataan.

" in relationship Marriage " jawab Arsyad

terkejut? tentu saja, Lintang bahkan langsung berdiri ia tidak beranjak tapi menatap Arsyad tidak percaya

" l...lo? Hah? " Arsyad mengangangguk karena dia yakin Lintang mendengarnya sangat jelas " kapan? "

" beberapa bulan lalu " jawab Arsyad, Lintang tidak berkata apa apa, dia hanya tersenyum kecut

Lintang mengambil bola di sampingnya sebelum menatap Arsyad dengan tatapan yang sulit di artika

PRANG

Arsyad kaget karena Lintang melempar bola ke dinding ring dengan sangat kuat. belum sempat dia bergerak Lintang lebih dulu menarik kerah seragam Arsyad

" Sialan lo Ar, kenapa lo gak bilang ha? lo bikin gue kayak orang tolol "

bugh...

Lintang melayangkan pukulannya ke Arsyad tapi Arsyad memilih tidak membalas, untung lapangan sunyi

" LO ANGGAP GUE APA HAH? "

bugh...

" kenala lo gak bilang Ar? gue kayak berengsek yang mau menikung teman sendiri "

baru akan melayangkan pukulannya lagi tubuh mereka berdua terdorong, Ibra berdiri di antara mereka berdua

" APA APAAN LO BERDUA? " amuknya " kalau mau saling bunuh lihat tempat kenapa? " omelnya

Lintang dan Arsyad tidak menyaut. mereka memilih duduk, Ibra melirik keduanya dan memilih ikut juga jadinya mereka duduk melingkar, Ibta menghela nafas panjang.. yang dia takutkan terjadi..

" maaf " lirih Arsyad.

Lintang dan Ibra hanya saling melirik sebelum menatap Arsyad yang memang merasa sangat bersalah.

Giliran Lintang menatap Ibra " lo tau? " Ibra tidak menjawab dan memilih mengalihkan pandangannya " bangsat lo berdua " ambek Lintang.

Arsyad dan Ibra tertawa. ah... Arsyad merasa lega sekarang meski dia harus merasakan sakit di wajahnya.

" kalian bertiga " mereka bertiga menoleh mendengar pekikan seorang gadis, di pintu masuk lapangan, Risa berkecak pinggang " bel su- ya Ampun Yang..wajah kamu kenapa? " panik Risa

Arsyad menghindar saat Risa mau menyentuhnya, Lintang meraih pergelangan tangan gadis itu saat merasa ada yang janggal pada Risa.

Lintang menyampirkan rambut Risa yang menutupi pipinya dan itu janggal untuk mereka, Risa memang hampir selalu menggerai rambutnya tapi tidak pernah menutupi pipi begitu, dia tidak mau ambil resiko kulit wajahnya jerawatan terkena rambut.

" lo berantem dimana? " tanya Lintang melihat bekas cakaran di pipi gadis itu

" siapa yang berantem, buruan... sudah bel " Risa mendorong bahu Ibra dan Lintang dan tersenyum manis ke Arsyad tapi Arsyad masih sama, datar.

Arsyad melirik Risa yang berjalan di belakangnya, meski gadis itu menyebalkan dan centil tapi Arsyad tau gadis itu tidak ingin temannya dapat masalah karenanya. Dia rela luka asal tidak melibatkan orang sekitarnya itu sisi baik dari gadis itu.

*****

" Yo "

Dina kaget saat Lintang dan Ibra nebeng di mobilnya dan Arsyad, Dina melihat Arsyad tapi pemuda itu tidak bersuara. Mata Dina memicing melihat sudut bibir Arsyad

" Aa' berantem? " tanya Dina, Arsyad tidak menjawab. Dina melihat Ibra dan Lintang tapi dua pemuda itu mengedikkan bahunya.

" Vio bilang, Risa di pukul sama anak SMK depan " beritau Arsyad

" kenapa? " Arsyad melirik Lintang saat mendengar nada suara pemuda itu berubah dingin

" Risa tidak sengaja menumpahkan makanan ke baju cewek SMK itu " beritau Ibra " dan yang pukul Risa bukan cewek tapi cowok "

" Banci " umpat Lintang

Dina melirik ketiga pemuda itu, dia tidak masuk dalam obrolan karena menurutnya itu urusan internal mereka.

Ibra tertawa terbahak, Lintang itu selalu berkelahi dengan Risa tapi dia orang pertama yang akan berdiri di depan Risa kalau ada yang mengusik gadis itu.

" kamu bisa menanyakan langsung ke Risa soal itu " ucap Arsyad yang fokus menyetir

" hmm.. Ar, gue yang buta arah.. atau memang lo salah jalan? ini bukan jalan ke rumah lo " beritau Ibra

" tidak " jawab Arsyad singkat.

Mereka berdua menatap takjub isi apartemen Arsyad sedangkan Dina seperti orang linglung

apa Arsyad tidak takut ketahuan lintang?

Dina menatap Arsyad yang membalasnya dengan senyum kecil. Dina beralih ke Lintang yang duduk manis di sofa

" gila... direktur memang hebat " ucap Lintang mengagumi sofa Arsyad

" dan kamu belum berniat mencoba? " tanya Arsyad, Lintang mengedikkan bahunya

" gue masih pada pendirian gue. " kata Lintang " Din, buatin minum napa? "

" gue bukan babu lo " kesal Dina, dia meletakkan tasnya di sofa yang kosong dan menuju dapur.

" wih Din... lo kayaknya akrab banget dengan rumah ini " goda Lintang, Dina menghentikan langkahnya.

Arsyad menendang kaki Lintang dan memolototi Lintang yang menggoda Dina

" ampun bos " canda Lintang

Arsyad berdiri dan mendekati Dina, dia mendorong pelan bahu Dina berjalan ke dapur

" lo tidak apa? " tanya Ibra yang menyadari kalau pemuda itu menatap kepergian Dina dan Arsyad

" sakit Ib " beritau Lintang " tapi... gue pastikan perasaan ini, gue bakal buang jauh jauh "

bukh...

" gaya lo " ucap Ibra setelah melempar bantal sofa ke Lintang. Lintang mengambil bantal itu dan membalas Ibra jadinya mereka saling lempar.

Dina diam menatap Arsyad yang menggantikannya membuat minum karena pemuda itu lebih tau kebiasaan temannya.

" Lintang sudah tau " beritau Arsyad

" hah? "

" Lintang sudah tau pernikahan kita " kata Arsyad

Pemuda itu mendekati istrinya saat menyadari perubahan wajah istrinya.

" jangan merasa tidak enak begitu " Arsyad menyampirkan rambut Dina " Lintang pasti akan mengerti "

" WOOIII... KAMI MASIH DISINI, JANGAN LUPA " teriak Ibra dari luar

" ayo "

Dina menatap tidak percaya, sofanya berantakan, dia berkecak pinggang sebelum menghela nafas.

" beresin " suruhnya, Ibra dan Lintang saling menatap dan kembali menatap Dina " beresin gak? kalian pikir mengatur sofa berat itu tidak capek " kesal Dina

" iya iya, galak banget.. Na " ucap Lintang, Ibra mengangguk setuju.

******

Arsyad membuka pintu kamar mereka dan mendapati Dina sudah tidur, salahnya yang pulang larut.

Dia langsung ke kamar mandi untuk berganti pakaian dan membersihkan badannya.

" Aa' kapan datang? " tanya Dina begitu dia keluar, Arsyad sedikit kaget.

" kenapa bangun dek? " tanya Arsyad sambil naik ke kasur.

" kebangun " jawab Dina dia menegakkan duduknya dan merangkak mendekati Arsyad.

Arsyad menghela panjang, Dina memakai pakaian yang sedikit tipis dia remaja normal dan dia pasti tergoda tapi dia sudah berjanji pada dirinya sendiri.

" adek ganti baju gih " suruh Arsyad memalingkan wajahnya

" kenapa? " bingung Dina, Arsyad diam " Aa' mikir jorok ya? " tuduh Dina.

" aku cowok normal Madina, kalau kamu tidak mau aku apa apain ganti baju sana " usir Arsyad masih memandang ke arah lain.

" males "

" Madina " Arsyad menggeram dia menatap Dina, dia berdecak sebelum menarik tengkuk Dina

cup

Arsyad mengecup cepat bibir Dina dan beranjak, wajah gadis itu memerah padam begitupun Arsyad

" A...aku ke ruang kerja "

Dina menggigit bibir bawahnya masih membatu, begitu dia sadar dia langsung bergegas ganti baju yang lebih tebal, jangan sampai mereka kebablasan sebelum lulus sekolah karena biar bagaimanapun mereka sudah suami dan istri

*******

tobecontinued