Chapter 16 - 16

Dina menatap Amy seolah bertanya saat ia masuk kelas, kelas begitu ramai sekali tidak biasanya

" kenapa? " tanya Dina, Amy mengedikkan bahunya

" aku juga baru sampai " jawab Amy

" kokoh " panggil Dina, pemuda itu mendekat dengan wajah kesal

" apa? " tanyanya ketus

" ciaaa.... gak baek marah pagi pagi " ucap Dina cekikikan, Liam memutar bola matanya jengah

" kenapa incess zeyeng... "

" ih... jangan panggil sayang sayang, suamiku nanti marah. " ucap Dina centil

" preeeeettt... " Liam dan Amy berseru bersamaan, Dina tertawa

" tumben kelas ramai padahal masih pagi " kata Dina melihat sekelilingnya, dia juga melihat beberapa anak dari kelas lain.

" oh itu... katanya Moudy berhenti sekolah " jawab Liam

" Hah? " Amy dan Dina saling pandang " kenapa? " tanya Dina

" bunting, hami, tekdung " jawab Liam menggerakkan tangannya membentuk bulan sabit di depan perutnya.

" lo gak bercandakan? ya Allah... Moudy gue tid- "

" sudah sudah " Amy menepuk bahu Dina saat merasakan kalau gadis itu mau memulai ghibah, Dina cengir

" maaf " ucap Dina.

Jam istirahat mereka memilih duduk di luar kelas di bawah pohon karena di dalam kelas semua siswa membahas tentang salah satu teman mereka yang berhenti sekolah karena hamil entah itu benar atau tidak

Dina dan Amy mengangkat alis mereka bingung melihat Liam memilih minum softdrink bersama mereka di bandingkan bergabung dengan teman mainnya dan itu tidak biasanya.

" Tumben lo gak gabung dengan geng lo " ucap Dina

" panas kuping gue denger cerita yang sama di seluruh penjuru sekolah " jawab Liam menyesap minumannya. " ngomong ngomong kalian sudah menentukan di mana mau lanjut? " tanya Liam

" belum " jawab Dina kedua temannya itu melihat Dina

" ujian tinggal lima bulan lagi loh Din " kata Liam

" tau kok "

" bukannya kamu mau ke paris ya Din? " tanya Amy, Dina menggeleng

" setelah dipikir pikir jauh sekali " kata Dina dia memainkan tangannya " gue gak bisa ninggalin suami gue " ucap Dina dramatis

Liam mencibir " suami dari jonggol " ucapnya membuat mereka tertawa

" ekhem... " mereka bertiga menoleh dan mendapti Ibra berdiri sambil bersandar di pohon

pemuda itu kemudian melangkah mengambil posisi duduk di samping Liam mencomot snack entah milik siapa tanpa di permisi.

" ngapain lo di sini? " tanya Liam, Ibra mengedikkan dagunya ke Amy

" mau ketemu calon istri gue? kenapa? ada masalah? " tanyanya

Amy memutar bola matanya jengah sedangkan Liam dan Dina mencibir bersamaan.

" gue kesini mau kasih tau lo, Arsyad sudah pulang duluan " kata Ibra dia kembali bangkit

" hah? kok gak ngasih tau? terus gue pulang sama siapa? " rutuk Dina, Ibra mengedikkan bahunya

" mana gue tau "

Dina menghentakkan kakinya sedikit kesal, dia meraih hpnya begitu Ibra pergi

" Assalamu'alaikum A'... aa' pulang duluan kenapa gak bilang? " sungut Dina " hah? rapat?... tapi adek pulang sama siapa? adek gak bawa uang lebih A' " ucap Dina sambil menendang nendang pelan tanah " Aa' jemput?... benar, awas kalo bohong, iya... wa'alaikumussalam "

Dina mematikan sambungan telfonnya kemudian tersenyum, Liam dan Amy hanya saling melirik dan mengedikkan bahu masing masing.

******

Arsyad mematikan sambungan telfonnya, dia menatap amplop di atas meja dan sebelum beralih ke arah orang di depannya.

" kenapa anda menguntit Madina? " tanya Arsyad, tangannya meraih amplop yang berisi foto foto Dina.

Pria itu masih diam dan enggan membuka suara,

" baik, anda bisa pulang. kita akan bertemu lagi di kantor polisi " ucap Arsyad, dia betdiri dan mengambil hpnya " jangan salahkan saya kalau keluargamu ikut terlibat karena anda lebih dulu mengusik istri saya "

pria itu langsung mendongak dia bisa melihat keseriusan di wajah Arsyad, meski masih sangat muda tapi Arsyad sangat tegas dan itu terlihat dari sorot matanya

" sa.. saya akan mengatakannya, tapi jangan libatkan keluarga saya " kata si Pria, Arsyad masih bergeming " saya mohon, saya akan mengatakannya.

Arsyad menghela nafas, dia kembali duduk di tempat semula.

" katakan "

" saya di bayar seseorang untuk mengawasi nona ini " pria itu melirik foto Madina yang tersenyum cerah mengahadap laki laki yang Arsyad tau itu ketua kelas Dina " dia meminta saya agar memotret gadis itu ketika bersama seorang laki laki yang bukan anda, saya butuh uang karena itu saya menerima tawarannya "

" siapa? " tanya Arsyad dingin

" dia... " pria itu tampak ragu dia kembali melirik Arsyad yang masih memasang ekspresi yang sama, dingin.

******

Arsyad membanting pintu mobil dengan keras dan masuk ke rumah, rahangnya mengeras menahan amarah bahkan dia tidak mengubris sapaan ART rumahnya.

" A' ? " Dian kaget mendapati keberadaan putranya yang semestinya masih ada di sekolah sekarang. tapi yang makin membuat Dian khawatir adalah Arsyad marah. " A', Dina mana? "

" Dimana orang itu Bun? " Arsyad balik bertanya, Dian mengkerutkan keningnya bingung

" orang itu, siapa A'? " tanya Dian, Arsyad menatap bundanya " omah? Mereka ada di belak- A' " kaget Dian karena Arsyad langsung berlalu sebelum dia menyelesaikan kalimatnya.

Kinan, omahnya Arsyad dan neneknya Kinan terkejut begitu Arsyad meletakkan amplop coklat sedikit kasar di depan Kinan.

" A.. Ar? "

Kinan mendongak dia menelan ludahnya melihat wajah Arsyad yang lebih dingin dari sebelumnya. Kinan meraih amplop itu dan membuka isinya matanya membulat sebelum kembali menatap Arsyad

" a..apa maksudnya ini Ar? " tanya Kinan

" harusnya saya tanya ini, apa maksudmu? "

" a... aku tidak mengerti " cicit Kinan tapi Arsyad masih menatapnya nyalang, karena merasa terpojokkan Kinan berdiri " iya, aku yang lakuin kenapa? kita akan tunangan tapi kamu malah hanya peduli sama sepupu kamu, dia sepupu kamu Arsyad, SEPUPU " teriak Kinan

" Madina bukan sepupu saya, dia lebih dari itu " ucap Arsyad, membuat Kinan diam "jangan coba coba membuat saya marah "

" Arsyad " Omahnya berdiri " kenapa kamu seperti ini? gadis itu pasti berpengaruh buruk padamu, kam- " Arsyad mundur saat Omahnya mau menyentuhnya " Ar? "

" gadis itu punya nama omah, Madina Dirgantara setelah lulus nanti namaku akan resmi ada di belakang namanya "

Arsyad berbalik badan tapi baru selangkah dia kembali menoleh ke Kinan masih dengan ekpresi yang sama

" jangan mengusik Madina, karena kamu akan berhadapan langsung dengan saya " ucap Arsyad

" A' " lirih bundanya yang hanya memandanginya sejak tadi dari pintu

" Ar mau kembali ke kantor, bun. Assalamu'alaikum "

******

Dina memasang wajah cemberutnya, Arsyad bilang akan menjemputnya tapi dia belum muncul juga.

" Din " Dina menoleh dan mendapati Lintang berjalan ke arahnya " belum pulang? "

" belum di jemput " jawab Dina masih memasang wajah masamnya, Lintang terkekeh

" biar gue anter " usul Lintang, Dina menggelengkan kepalanya

" Aa' mau jemput gue " jawab Dina, Lintang mengangguk mengerti " lo duluan saja "

Lintang menyandarkan tubuhnya di tembok

" gak ah, gue kasian sama lo, sekolah kita ini banyak makhluk tak kasat matanya... angker " ucap Lintang menakuti, Dina mendelik ke arahnya

" makhluk kasat mata jauh lebih angker " cibir Dina membuat Lintang tertawa.

tak lama mereka terdiam, sebenarnya Dina masih canggung bertemu Lintang setelah dia menolak pemuda itu

" kayaknya Ar lama, biar gue anter " ucap Lintang

" gak, nanti Aa' datang gue gak ada " jawab Dina memainkan jarinya, Lintang menatap Dina dengan tatapan sendunya

" lo segitu dekatnya ya sama Ar? apa apa harus bareng dengan dia? " lirih Lintang, Dina menatapnya

" hah? lo ngomong sesuatu? "

" gak, gak ada " jawab Lintang " arsyad sudah datang tuh "

Dina menoleh dan benar saja mobil Arsyad sudah terlihat tak lama mobil itu berhenti di depan mereka.

" Aa' kenapa lama banget sih jemputnya? " sungut Dina begitu Arsyad keluar dari mobil

" ada urusan sebentar " jawab Arsyad

Lintang menghela nafas panjang, dia tidak bodoh sampai tidak mengerti dengan hubungan mereka, dia juga paham dengan tatapan Arsyad. Arsyad tidak pernah menatap lembut gadis manapun kecuali Dina, di tambah lagi dengan sikap Dina yang tidak sungkan bermanja manja pada Arsyad.

" iya bawel " ucap Arsyad ketika Dina mengatakan kalau dia tidak boleh lagi terlambat menjemputnya.

" Lintang, gue duluan ya " ucap Dina, Arsyad menoleh dan baru ingat kalau ada Lintang di sana

" duluan ya " pamit Arsyad sambil menutup pintu mobil begitu Dina masuk

Lintang menatap mobil yang melaju meninggalkannya sambil tersenyum kecut.

Dina melirik Arsyad dia sadar suaminya itu dalam mood yang buruk tapi dengan iseng dia menoel lengan Arsyad

" apasih dek? "

" Aa' cemburu ya sama Lintang? " goda Dina, Arsyad meliriknya

" tidak " jawabnya membuat Dina cemberut

" kok ngak "

" memang tidak " jawab Arsyad lagi

" ihh... cemburu dong... " rengek Dina " pokoknya Aa' harus cemburu "

Arsyad terkekeh mendengar ucapan Dina, tangannya yang bebas mengelus rambut halus Dina

" lain kali ya " canda Arsyad

" tau ah " Ambek Dina, dia menepis tangan Arsyad " adek mau tidur, soalnya Aa' gak cemburu "

Dina mengeliat saat merasakan seseorang menepuk pipinya pelan, ah sepertinya dia benar benar tidur padahal tadinya dia hanya mau pura pura.

" kita sudah sampai " ucap Arsyad begitu Dina membuka matanya

Dengan ogah ogahan Dina menegakkan duduknya dia mengedarkan pandangannya ke luar jendela mobil

" A' kita di mana? " tanya Dina heran menatap gedung bertingkat di depannya. " kita mau ke apartemen temen Aa' dulu? "

Arsyad tidak menjawab dia malah membuka pintu penumpang dan mengambil beberapa kresek yang Dina yakini isinya makanan.

" ayo masuk " ajak Arsyad.

Karena tidak menjawab Dina memilih mengikut saja tanpa memberi pertanyaan. Kening Dina makin mengkerut saat Arsyad mengeluarkan kunci dan membuka salah satu pintu unit apartemen di situ.

Dina mengedarkan pandangannya dan menatap sedikit takjub, Apartemen itu sudah terisi lengkap perabotan dan Dina yakini kalau semuanya masih baru melihat semuanya masih di bungkus plastik.

" A', in- "

" apartemen kita " jawab Arsyad

" hah? " bingung Dina

" ini apartemen kita, dan Kita akan tinggal di sini " Arsyad memperjelas.

" beneran? " Arsyad mengangguk

Dina tersenyum dan langsung memeluk Arsyad senang

" yey.. adek tidak usah ketemu sama Kinan kinan itu " serunya " thanks A' "

Arsyad mengangguk kemudian mengacak pelan rambut Dina dengan gemas.

" hm " gumamnya sebagai jawaban

********

tobecontinued