Dina memainkan makanan di hadapannya, dia kehilangan nafsu makannya semenjak kembali ke rumah orang tua Arsyad, terlebih melihat gadis di sampingnya yang memasang senyum centil ke suaminya. Kinan, gadis itu selalu mencoba mengajak Arsyad bicara meski Arsyad menjawabnya acuh tak acuh.
" Sayang.... kok makananya tidak di makan? " tanya Dian, Dina mendongak
" dimakan kok Bun " jawab Dina, dia berusaha memasukkan makanan di mulutnya meski dia tidak nafsu makan.
Arsyad melirik Dina, dia mengulum senyumnya tanpa ada yang menyadari tangannya mengusap punggung Dina.
Dina menoleh menatapnya " Apa? " tanyanya, Arsyad menggelengkan kepalanya.
Selesai makan, Arsyad dan Dina berpisah menuju kamar masing masing untuk berganti pakaian, mereka akan ke festival yang dimaksud Lintang. Semenjak pulang ke rumah mereka berdua terpaksa berpisah kamar karena Omah Arsyad mengatakan kalau mereka hanya sepupuan dan mau tidak mau Dina sekamar dengan Kinan.
" mau ke mana? " tanya Omahnya begitu mereka berdua turun, Arsyad tidak menjawab
" ke Festival " Dina yang menjawab.
" festival? " seru Kinan " aku ikut ya.... " Dia memasang wajah memelas, Dina melirik Arsyad yang sudah memasang tampang datarnya " pleaseee... "
" sudah, kalian pergi bersama " putus Omahnya, Arsyad mendengus
" terserah " ucapnya, dia meraih tangan Dina dan menggandengnya keluar membiarkan Kinan menyusul mereka.
Dina tersentak saat ia hendak membuka pintu mobil, Kinan menariknya dan mendahuluinya jadi mau tidak mau dia duduk di belakang.
Arsyad menoleh ke belakang saat yang masuk duduk di sampingnya adalah Kinan, Dina memasang wajah cemberut.
" A' kita jemput Amy dulu " beritau Dina
" Amy? siapa Amy? " tanya Kinan tapi mereka berdua sama sama tidak ada yang mau menyaut, Kinan mendengus kesal.
*****
Setelah menjemput Amy juga Ibra yang tiba tiba meminta dijemput mereka langsung melaju ke tempat yang di maksud Lintang.
" AR.... " Pekik Risa begitu Arsyad keluar dari mobilnya, Risa hendak mengalungkan tangannya di lengan Arsyad tapi cowok itu cepat menghindar
Dina mengelus dadanya " sabar dek... resiko punya suami ganteng " batin Dina
Dia menoleh ke Amy yang menepuk nepuk pundaknya pelan, Dina mendengus sedangkan Amy tertawa kecil menertawai Dina.
" hmp " Dina membuang muka ke samping membuat tawa Amy lebih terdengar.
" kenapa? " tanya Lintang
" tidak kenapa? " jawab Amy, dia menoleh ke Dina saat gadis itu menepuk nepuk lengannya gemas " kenapa? "
" stand makanan " ucap Dina dengan mata berbinar binar, Amy menggeleng... Dina apa apa pasti yang dicarinya makanan dulu.
" kemana? " tanya Arsyad menyadari Amy dan Dina beranjak, Dina menunjuk salah satu stan makanan " jangan jauh jauh "
" siap boss " kata Dina dia meraih tangan Amy menuju tempat makanan.
" dia siapa Ar? " tanya Risa melirik Kinan yang menatapnya sinis
Risa mendengus dan dengan spontan mengangkat dagunya menantang, Kinan menyeringai
" gue tunangannya Arsyad " ucap Kinan dengan senyuman kemenangan
" Hah? " seru mereka termaksud Arsyad
" apa apaan? " kesal Arsyad
" gue serius, Ar " ucap Kinan " omah manggil gue kesini itu karena kita mau tunangan "
Arsyad diam dengan ekpresi lebih dingin dari sebelumnya, bahkan teman temamnya tidak pernah melihat ekpresinya seperti itu.
Ibra melirik Dina yang mematung di tempatnya sepertinya gadis itu ketinggalan sesuatu jadi balik sehingga mendengar kalimat Kinan.
" kamu tidak pantas jadi tunangan saya " ucap Arsyad berlalu
" Ar... " panggil Kinan, Dina mendekat dengan ekspresi dibuat senormal mungkin, dia menatap punggung Arsyad yang menjauh.
" Aa' itu punya pacar " ucap Dina. mereka menoleh menatapnya " dia juga keras kepala, satu satunya orang yang dia dengar adalah Bunda "
Setelah mengucapkan itu Dina kembali berbalik dan bergegas menemui Amy yang menunggunya padahal niat hati mau minta uang jajan ke Arsyad, tapi si pak Suami malah pergi duluan.
" Mi, jajanin gue dulu ya, pak suami kayaknya lagi badmood " kata Dina.
Setelah membeli beberapa jajanan mereka berdua kembali ke rombongan, mereka melihat Kinan dan Risa yang saling menatal penuh permusuhan sedangkan Arsyad belum menunjukkan batang hidungnya.
" kenapa? " tanya Dina tanpa suara pada Lintang dan Ibra yang menatap dua gadis bermusuhan itu jengah
" perebutin laki lo " ucap Ibra terkekeh, Dina memasang wajah memberenggut dia mencibir.
" memang Aa' belum balik? " tanya Dina dia meletakkan jajanannya di meja.
" telfon gih, kali aja lo yang telfon dia ngangkat " ucap Ibra, Dina nyengir tanpa dosa
" handphone gue ada di tasnya Aa' " jawab Dina " dompet gue juga di sana makanya jajan pake uang Amy, gue malas bawa tas "
" heh... lo pikir Arsyad asisten lo? dia tunangan gue " seru Kinan, Dina memiringkan wajahnya
" tapi Aa' tidak keberatan tuh, bukannya omah sudah bilang kalo gue Se-pu-punya " kata Dina menekan kata sepupu pada Kinan " sudah ah, laper gue "
Lintang melihat Dina, dia tau Dina bohong karena Arsyad pernah bilang kalau Dina anak teman orang tuanya.
" Din " panggil Lintang, Dina menoleh dengan mulut penuh
" hm? "
" nanti gue mau ngomong sesuatu dengan lo, lo ada waktu? " tanya Lintang
" ngomong apa? "
" ada pokoknya "
" dih... sok bikin penasaran " cibir Dina, Lintang tertawa.
Amy dan Ibra hanya bisa menghela nafas, mereka tau maksud Lintang tapi bagaimana dengan Arsyad?
##
Arsyad menatap cowok di depannya yang seenak udel meminum thai tea miliknya tanpa permisi
" haus gue " seru si cowok " lo sendirian? bini lo mana? " tanya Si cowok
Arsyad menatapnya tidak percaya, cowok itu tau dia sudah menikah?
" pfftt... hahahahaha... lo lupa? bokap gue dokter yang ngerawat nyokap lo "
Arsyad bersandar di kursi, benar juga... cowok itu anak dari dr. Aditya Alfattah... Virgo Septian Alfatah.
" so... dimana Dina? " tanya Virgo
" lo kenal Dina? " Arsyad balik bertanya dan kembali membuat Virgo tertawa
" bro... orang tua kita bertiga itu teman.. otomatis gue kenal tuh anaklah. siapa suruh lo milih sekolah mulu saat para orang tua reuni "
Arsyad mendengus dia kembali memesan minum.
" kapan kamu kembali dari Bandung? " tanya Arsyad dia mengetuk ngetukkan tangannya di meja
" setahun yang lalu " jawab Virgo, Arsyad menatapnya " handphone gue ke jambret jadi ya... gue gak ngasih tau "
" cih alasan... " Virgo kembali tertawa.
Arsyad mengambil minuman pesanannya, tidakkah Virgo kebanyakan tertawa? dan itu bukan dirinya. Arsyad menyeruput thai teanya sambil melihat lihat keluar.
" Ar "
" hn? "
" nikah di usia lo sekarang ini... lo kesulitan? " tanya Virgo
Arsyad menaruh minumannya dia kemudian bersedekap dada, matanya menatap Virgo..
" kamu berniat nikah? " tanya Arsyad, Virgo mengedikkan bahunya, Arsyad menghela nafas " tergantung bagaimana kamu menjalaninya, kalau kamu berfikir itu sulit maka itu akan sulit. "
Virgo mengangguk dia juga menyeruput minumannya.
" gue pikir Dina... bukan tipe lo " kata Virgo, Arsyad mengangkat sebelah alisnya " dia gadis super manja "
" kamu benar " jujur Arsyad " tapi apapun dia bagaimana pun dia... karena sudah menjadi istriku, aku harus menerima apa adanya. " jawab Arsyad.
" gue ngerusak anak orang " ucap Virgo, Arsyad tersedak dia menatap Virgo tidak percaya.... Virgo bukan orang seperti itu " tidak sengaja, dan gue sekarang tidak tau dia di mana " ucap Virgo
" kamu ada fotonya? " Virgo menggelengkan kepalanya " nama? " Virgo juga menggeleng dia memasang wajah frustasi.
Arsyad ikut menghela nafas panjang... dia berniat membantu tapi... mereka tidak punya petunjuk
" gue mau tanggung jawab. tapi gue sama sekali tidak punya apa apa selain mengingat wajahnya "
" kalian lakuin di mana? " tanya Arsyad,
" hotel " jawab Virgo " tapi mereka tidak mau memberikan informasi apa apa, Sekarang Libra sudah ikut mencari "
" Libra? kembaran kamu? "
Virgo mengangguk dia kembali menyesap minumannya sebelum berdiri dia menepuk pundak Arsyad
" titip salam si cerewet " ucap Virgo, Arsyad mendelik " Sans bro.... gue gak ada maksud tersembunyi " kekeh Virgo
Arsyad juga memilih beranjak, dia sudah lumayan lama, setelah membayar minumannya dia kembali mengambil beberapa jajanan yang dia beli.
Arsyad kembali ke tempat mereka berkumpul tadi dan sudah tidak menemukan siapa siapa di sana, salahnya yang main pergi sendirian jadinya dia harus mencari teman temannya.
Arsyad menghela nafas, kenapa pasar malam harus selalu ramai? dia kesulitan mencari teman temannya.
Baru saja akan kembali melangkah matanya menangkap sosok yang sangat di kenalinya, Dina. saat hendak mendekat dia kembali menghentikan langkahnya begitu menyadari Dina tidak sendirian
ada Lintang di sana....
*******
tobecontinued