Afkar berlahan membuka matanya dan pemandangan yang pertama yang dilihatnya adalah Dina yang tertidur di depan wajahnya, Arsyad langsung terbangun menyadari posisi Dina yang masih duduk memangku kepalanya tapi pergerakan Arsyad yang tiba tiba membuat Dina terbangun
" Aa' butuh sesuatu? " tanya Dina dia mengucek matanya yang masih enggan terbuka " Aa' mau minum? " Dina sedikit meringis saat merasakan punggungnya yang sakit karena terlalu lama duduk dan itu tidak luput dari pandangan Arsyad. Baru saja dia akan turun Arsyad langsung mencegahnya " eh A'? Aa' butuh yang lain? " tanya Dina
" apa dari tadi kamu duduk sambil tidur? " tanya Arsyad dengan nada tidak bersahabat membuat Dina mencibir
" siapa coba yang tidak mau lepas "
" Maaf "
Dina mengulurkan tangannya untuk memeriksa suhu badan Arsyad, namun belum juga sempat menyentuh Arsyad sudah menahan tangannya lebih dulu
" Aku sudah baik baik saja "
" sini biar adek periksa dulu " Arsyad menggeleng " dasar keras kepala " dumelnya dia menatap Arsyad kesal.
" coba aja Aa' dengerin adek kita pulangnya pagi saja, lah ini... Aa' keras kepala mau pulang malam, sampai rumah bukannya istirahat malah begadang sampai jam berapa. pulang sekolah langsung ke kantor. Aa' itu manusia bukan mesin, mesin saja kalau di pake terus bakal rusak A'. " omel Dina " apa senyum senyum? Adek marah sama Aa' "
Arsyad berpindah agar dia bersandar di kasur, matanya masih fokus menatap Dina yang mulutnya terus merocos.
" cerewet " ucap Arsyad dia hendak mengelus pipi Dina tapi gadis itu memalingkan wajahnya kesal " dek "
" Adek kesal sama Aa' gak usah ngomong sama adek " ambek Dina dia masih enggan melihat Arsyad.
Arsyad diam, dia sama sekali tidak ada pengalaman mengurusi perempuan ngambek, mau bertanya ke Ibra sama saja, pemuda itu juga tidak pernah pacaran.
" Dek " Arsyad menegakkan tubuhnya tapi dia meringis karena kepalanya tiba tiba berdenyut, efek demam..
Dina yang mendengar itu langsung menoleh dan bertanya, apa suaminya itu baik baik saja?
Arsyad menggeleng dia malah meminta Dina untuk mendekat ke arahnya, mau tidak mau gadis itu mendekat meski masih cemberut.
Dina berbaring disamping Arsyad, baru saja akan menutup matanya dia kembali mendongak menatap Arsyad
" jangan coba coba untuk begadang lagi, Adek beneran gak bakal bicara sama Aa' " ancam Dina.
Arsyad menggelengkan kepalanya saat Dina menatapnya tajam, dia bahkan langsung memejamkan matanya.
beberapa menit dia membuka matanya saat menyadari Dina sudah tidur, Arsyad merubah posisinya menyamping mengambil guling dalam pelukan Dina dan menarik pelan Dina agar makin dekat dengannya tangannya terjulur mengusap punggung Dina karena dia tau gadis itu kesakitan di bagian itu.
Arsyad menatap Dina sebentar, dia mencium pipi Dina yang sudah pulas
" maaf " bisiknya. Dina malah memperbaiki posisi tidurnya.
*****
" A' sudah baikan? " Dian mendekati Arsyad dia juga mengecek suhu badan Putranya, Arsyad hanya mengangguk kecil
" mana istri kamu? " si Omah bertanya dengan ketus " sudah jam segini belum bangun juga, suami bangun duluan mana sopan santunnya sebagai istri "
" Ad- "
" Makanya ibu tidak setuju bundamu menikahkan kamu dengan gadis pilihannya, anak jaman sekarang tidak tau diri sekali "
" Dina tidak begitu bu, Dina anak bai-"
" sudah jangan bela menantumu " bentak si Nenek, Dian hanya bisa diam dia tidak mungkin mau membantah mertuanya " harusnya kamu tegas, menantumu bisa ngelunjak kalau kamu lembek, coba saja kamu menuruti Ibu dan menikahkan Arsyad dengan Kinan bukan anak kam- "
" cukup Omah " ucap Arsyad menghentikan kalimat panjang Omahnya " Dina sudah bangun sejam sebelum saya, dia tidak tidur karena saya yang melarang dia butuh istirahat karena semalaman merawat saya "
" itu kan memang tugas dia " ketus Omahnya " Ar, ceraikan gadis itu dan menikah dengan Kina-"
" pagi " Dina muncul dengan senyum lima jarinya membuat mereka kaget, Arsyad berdiri dan mendekati istrinya itu, dia menatap Dina takut takur kalau dia mendengar ucapan buruk neneknya " kenapa A'? "
Arsyad menggeleng dia mengulurkan tangannya menyentuh kening Dina membuat gadis itu mengkerut
" badan kamu anget dek " lirih Arsyad, dia merasa bersalah.
Dina menyentuh keningnya sendiri " gak ah. " Dina mengalihkan pandangannya ke keluarga suaminya dia tersenyum ramah seperti biasa. " Aa' sudah makan? "
Arsyad menggeleng, Dina menghela nafas dan mulai mendengus.
Arsyad meraih tangan Dina dan menuntunnya ke meja makan, Dina dengan lihai memberikan apa yang Arsyad mau makan.
" sayang, muka kamu kenapa merah begitu? kamu sakit? " tanya Dian saat ia memperhatikan Dina
" gak apa apa Bun " jawab Dina.
" mata kamu juga beler gitu " ucap Dian lagi, Dina menggeleng meyakinkan.
" berapa umur kamu? " si Omah bersuara dengan nada mencemooh
" tujuh belas Omah "
" Kamu hamil ya " tuding si Omah, Dina mengkerutkan keningnya
" tidak "
" jangan bohong, mana mungkin kalau tidak kamu mau menikah di umur segitu, anak seperti kamu terlihat kok gampangan. "
" Bu " tegur Aryo yang akhirnya bersuara " ap- "
krek
Mereka beralih ke arah Arsyad yang berdiri dengan kasar, dia menatap si nenek
" A'? " kaget Dian
Arsyad meraih tangan Dina yang tertunduk dia tau istrinya pasti merasa sakit hati dengan kalimat omahnya.
" hari ini saya ada dinas di keluar kota " Dina langsung mendongak menatapnya, oh jangan lagi.... Arsyad belum sehat " Dan saya akan bawa istri saya "
" A'... Aa' belum sehat " cicit Dina, Arsyad melihatnya sambil tersenyum
" batalkan " ucap si Omah " Kinan akan datang dengan neneknya "
" bukan urusan saya. " Kata Arsyad dia menarik Dina berdiri " satu lagi, kami menikah secara baik baik, kalau nenek tidak yakin, kita ke rumah sakit untuk periksakan sekarang "
" A' " lirih Dina
" pesawatnya akan berangkat, kami permisi " Arsyad menarik tangan Dina dan berlalu
" Ar " panggil Ayahnya, Arsyad menoleh masih dengan tampang dinginnya " bawa Dina ke om Adit sebentar "
Arsyad menghela nafas dia melirik Dina yang memerah, mata dan hidungnya beler. Dia mengangguk dan kembali berbalik.
*****
Arsyad membawa Dina ke hotel karena dia berbohong soal perjalanan Dinas keluar kota, dia memang selalu malas berada di rumah kalau Omahnya di sana, dulu dia akan memilih tidur di kantor tapi sekarang ada Dina dia memilih mencari hotel karena tidak punya apartemen pribadi. Bukan karena dia tidak mampu membeli tapi dia hanya malas dan dia tidak berfikir akan menikah di umurnya yang se-muda itu.
Arsyad menatap Dina yang gelisah dalam tidurnya, semenjak sampai dia langsung tidur tadi.
" Dek, bangun dulu, makan dan minum obat ya " Arsyad menepuk pelan pipi Dina, tapi Dina hanya menggumam " Dek... "
Karena merasa sedikit terganggu, Dina membuka matanya dan melihat wajah Arsyad
" makan setelah itu minum obat " ucap Arsyad dengan suara sangat pelan, Dina menggeleng. " dek... "
" gak enak... " lirih Dina dia bahkan membalikkan badannya memunggungi Arsyad
" Dek " Dina menggeleng " tiga sendok saja, ok "
Arsyad menggeleng dia meraih bahu Dina mendudukkannya membuat gadis itu sedikit menggerutu.
" ayo makan "
" gak, gak enak " Dina menatap jijik bubur di tangan Arsyad, dia memang tidak suka bubur.
" kalau sakit semua makanan tidak enak dek, makan sedikit saja hanya untuk obat "
Dina menggelengkan kepalanya dia bahkan memalingkan wajahnya begitu Arsyad menyodorkan bubur ke mulutnya dia bahkan menutup mulutnya dengan tangan, dia benar benar tidak suka bubur.
Arsyad meletakkan bubur itu dia meraih tangan Dina hingga tangan gadis itu lepas dari mulutnya
" Adek gak suka bubur A' " rengek Dina " jijik euh... " Dina menunjukkan wajah ingin muntah.
" terus adek mau makan apa? "
Dina menggeleng " adek tidak lapar... mau tidur saja "
Dina menenggelamkan wajahnya di lutut yang memang ia tekuk, Arsyad mencium puncak kepalanya dan berdiri.
Dina mendongak " kemana? ikut "
" hanya sebentar, Saya hanya ingin mengantar ini sama Mamangnya " ucap Arsyad mengangkat mangkuknya
Arsyad benar benar hanya sebentar karena dia mengkhawatirkan Dina sendiri di kamar. Arsyad meraih ponselnya dia ingin menelfon asistennya.
" Assalamu'alaikum, Dim batalkan meeting hari ini, istri saya sakit "
".... tapi pak, ada meeting dengan pak Doni hari ini tentang pembangunan di pul-"
" batalkan " tegas Arsyad
" baik pak "
Setelah selesai dia baru membuka pintu kamar, dia mendapati Dina sudah kembali tertidur.
Arsyad berjalan mendekatinya mengelus pipi Dina yang menjadi kesukaannya belakangan ini, raut wajah Dina gelisah tak lama mata gadis itu kembali terbuka
" kenapa bangun, dek? " tanya Arsyad
" kebangun " jawab Dina.
Arsyad duduk di sudut kasur, menatap wajah Dina yang sayu karena sakit
" maaf " ucapnya tulus, Dina menatapnya dengan kening mengkerut
" untuk apa? Aa' ada salah sama Adek? "
Arsyad diam membuat Dina menghela nafas panjang.
" A', rawat Aa' itu tugas Adek jadi jangan pikirkan " Dina senyum
Arsyad menarik nafas dia kembali menatap Dina saat gadis itu menarik narik ujung bajunya
" Adek lapar A' " ucap Dina
" kamu ini " cibir Arsyad " mau makan apa? " tanya Arsyad dia menyampirkan rambut Dina ke belakang telinga.
" apa aja... yang penting bukan bubur " rengek Dina
" ok, tunggu di sini " Arsyad mengusap kepala Dina dan berdiri.
" jangan lama lama "
" iya, bawel "
*******
tobecontinued