Ibra yang melihat Arsyad langsung saja menghampiri pemuda itu di pukulnya keras bahu Arsyad
" whats up, brooo "
" wa'alaikumusslam " sinis Arsyad, Ibra terkekeh
" Ar, lo salah kelas kayaknya " Ibra mengkerutkan keningnya karena mereka malah berhenti di depan kelas Dina " woi " panggilnya
Arsyad tidak mengubris dia memilih masuk ke kelas itu, dia mencari Amy setelah menemukannya dia menghampiri gadis itu
" ada apa? " heran Amy, bukan hanya Amy siswa dikelas itu juga kaget pasalnya Arsyad salah satu most wanted sekolah yang jarang sekali dekat dengan perempuan dan sekarang dia ke kelas itu dan menemui Amy yang juga notabenya cewek yang jarang berinteraksi dengan lawan jenis
Arsyad mengeluarkan buku bersampul biru dari tasnya dan dari sampulnya Amy sudah tau siapa pemilik buku itu
" tolong kumpulkan tugas Madina "
" dia tidak hadir kenapa? " Amy menerima buku Dina dan menumpukkannya dengan buku miliknya
" sakit "
" sakit? " Amy membeo " tidak biasanya anak itu sakit, tapi sekalinya sakit anak itu bisa parah " Amy bergumam sendiri " apa dia ada di rumahnya? "
" tidak "
" ehmm... " Amy tampak ragu " saya bisa minta alamatmu? " tanya Amy dia sangat khawatir dengan Madina
Arsyad diam, Dina saat ini masih ada di hotel yang mereka tempati sejak kemarin dia hanya pulang ke rumah mengambil seragam dan perlengkapan sekolah. sebenarnya dia malas ke sekolah hari ini karena panas Dina tidak turun sejak semalam tapi gadis itu melarangnya untuk tinggal dia menyuruh Arsyad sekolah terlebih dia ada quis hari ini, jadi dia meminta sekretarisnya menjaga Madina.
" apa boleh? " tanya Amy lagi menyentak Arsyad
" pulang sekolah nanti kamu ikut saya saja " putus Arsyad
Dan lagi Amy sepertinya bisa di percaya dan Dina juga terlihat selalu tidak enakan menyembunyikan apapun dari gadis di depannya.
" gue juga nebeng ya " Ibra yang tadi berjalan dengannya akhirnya bersuara " ajak Lintang biar rame "
" tidak " tolak Arsyad dia kembali melihat Amy " terimah kasih " ucapnya, Amy hanya mengangguk sopan.
Dia menatap kepergian dua cowok itu, Arsyad menyeret Ibra yang berencana mampir ke salah satu bangku siswi di kelas itu.
" kenapa? " tanya Liam yang berada di belakangnya
" saya merasa pernah melihatnya " ucap Amy
******
Amy berdiri di depan pagar menunggu Arsyad yang belum juga keluar, dia sudah menelfon Umi dan Abinya kalau dia akan lambat pulang karena menjenguk Dina yang sakit
Mobil Arsyad berhenti tepat di depannya, Arsyad tidak bersuara membuatnya bingung mau duduk di mana? Di depan, dia tidak mungkin duduk berduaan dengan Arsyad, dan di belakang? bukankah tidak sopan? Arsyad bukan supir taxi
" tolong duduk di belakang " intrupsi Arsyad, Amy menghela nafas lega
" Ma.. maaf " ucapnya
" tidak apa " jawab Arsyad
baru akan menjalankan mobil, tiba tiba pintu mobil kembali terbuka dan menampakkan sosok Ibra yang masuk dan langsung cengir kuda. Sebenarnya dia juga sedari tadi menunggu tidak jauh dari Amy berdiri
Arsyad menatapnya dingin tapi Ibra tidak peduli dan malah menyandarkan badannya dengan santai
" tidak baik membiarkan laki laki dan perempuan berduaan " ucapnya santai
Baru saja Arsyad akan mengusirnya ponselnya sudah berbunyi lebih dulu, Dia langsung menjawab setelah tau sekretarisnya yang menelfon
" Assalamu'alaikum "
" .... "
" jaga dia sebentar, saya langsung ke sana " Ucap Arsyad dia langsung mematikan telfon dan menancap gas mobilnya.
Ibra melirik Arsyad, dia hanya pernah sekalo melihat ekpresi khawatir Arsyad seperti itu, hanya saat Bundanya di kembali masuk ke rumah sakit.
Ibra dan Amy hanya bisa mengkerutkan keningnya saat Arsyad membawa mereka ke hotel berbintang
" Kamu mau apa? kenapa membawa ke sini? di mana Dina? " tanya Amy beruntun dia sudah lumayan takut
" dia di sini "
" APA? " kaget Amy dan Ibra bersamaan
Ibra menahan tangan Arshad dia menatap pria itu dengan tatapan kecewa.
Arsyad menghela nafas dan melepaskan cengkraman Ibra " akan kujelaskan nanti " ucapnya
Arsyad berjalan terburu masuk di ikuti Ibra dan Amy, beberapa pengunjung hotel itu menatap mereka curiga terlebih mereka masih memakai seragam SMA lengkap
" Pak " sambut sekretaris itu saat Arsyad masuk ke kamar
" pak? " beo Amy, dia juga mengangguk sopan ke wanita yang jelas lebih tua dari mereka
" jangan kaget begitu " kata Ibra yang berjalan di belakang Amy " Arsyad itu orang penting " ucapnya dengan nada bercanda.
Arsyad mendekati kasur yang di tempati Dina, yang lainnya hanya mengikut saja. Di sentuhnya kening Dina suhu tubuhnya bertambah wajahnya juga makin pucat jauh lebih pucat dari saat ia meninggalkan gadis itu pagi tadi.
" maaf pak, tadi saat saya turun mencari makan... ibu bangun dan Mandi " jelas si sekretaris
" ibu? " Amy dan Ibra kembali menggumam bersamaan
Arsyad mengangguk mengerti, dia melemparkan kunci mobilnya ke Ibra
" tolong setirin mobil saya " ucap Arsyad, dia menyingkap selimut Dina mengambil jaket yang ia lempar asal tadi di atas kasur untuk menyelimuti gadis itu sebelum membawanya ke gendongannya
Sebenarnya sejak semalam dia ingin membawa Dina ke rumah sakit tapi gadis itu ngotot tidak mau.
***
" Bagaimana Om? " tanya Arsyad setelah di periksa, Amy dan Ibra memilih menunggu di luar dengan pemikiran masing masing
" Dia tidak apa hanya demam biasa " ucap Dr. Adit yang memeriksa Dina yang tidak lain sahabat orang tua mereka.
" suhu tubuhnya tidak turun sejak semalam " Arsyad menatap sendu Dina, Dr. Adit mendekat menepuk pundak Arsyad
" tidak usah khawatir, istrimu kalau sakit memang selalu seperti itu. " Dia menatap Arsyad " tapi om mau tanya? "
" apa? "
" kamu juga terlihat tidak sehat, siapa yang menulari siapa? "
" saya om " jawab Arsyad, Dr. Adit menyeringai jail
" kalian habis ngapain? " godanya, Arsyad menatap omnya itu dengan kening mengkerut " om dengar loh janji kamu waktu itu... jangan jangan-"
" saya masih memegang janji saya " kata Arsyad tegas, " Dia mengurus saya semalaman suntuk saat saya sakit " ucap Arsyad dengan nada menggerutu. dia tidak suka di tuduh macam macam.
Dr. Adit tertawa " Om tau. ah.. ngomong ngomong mau sampai kapan acara kabur kaburan kalian? "
Arsyad menyipitkan matanya pada dr.Adit menuduh pria itu
" Ayahmu cerita sama Om "
Arsyad menghela nafas, diliriknya Dina yang masih memejamkan matanya.
" Ar, kamu tau Omah mu memang begitu, Papanya Dina juga memahami itu "
" Papa tau? "
" menurutmu? Ar, Dina itu anak satu satunya dan tentunya orang tuanya tidak akan berhenti meminta informasi ke orang tuamu " Adit kembali menepuk pelan pundak Arsyad " sudah jangan cemas, istrimu baik baik saja dia akan menginap di sini malam ini karena harus di beri asupan karena kurang cairan, dia hanya butuh istirahat untuk obatnya nanti om kasih "
" terimah kasih, om. "
Dr. Adit mengangguk sambil berjalan keluar tapi begitu di ambang pintu dia kembali menoleh " sesekali kalian ke rumah, Virgo sudah di ibukota sejak setahun lalu "
" anak itu " dengus Arsyad, Dr. Adit tertawa dan berlalu.
Setelah dokter Adit keluar Amy dan Ibra langsung masuk ke dalam ruangan
mereka mendapati Arsyad menatap lurus Dina dengan wajah bersalah dan sendu.
Amy mendekat menyentuh kening Dina membuat Arsyad langsung mendongak
" Apa kata dokter? " tanya Amy
" hanya demam biasa " Jawab Arsyad, Amy mengangguk mengerti
Ibra di belakang menatap Arsyad dengan tatapan ingin tahu super akut.
" jadi? " tanya Ibra pada akhirnya yang sudah tidak sabaran.
" kami sudah menikah " kata Arsyad tanpa mengalihkan tatapan dari Dina
" apa? " tanya Ibra lagi
" beberapa bulan lalu " kata Arsyad lagi.
Amy terkejut tentu saja, tapi hanya sebentar dia menarik nafas lega... artinya temannya memang yang terbaik menjaga prinsipnya.
" kenapa lo tidak bilang. lo tidak percaya sama gue? " tanya Ibra
Amy menghela nafas " tidak semua tentang temanmu harus kamu tau " ucap Amy
Ibra menatapnya " lo... tidak marah? "
Amy menggeleng " Dina sahabat saya, apapun yang dia lakukan selama itu tidak melanggar norma saya akan mendukung, meski sedikit kaget dengarnya "
" sebenarnya kami akan memberitau setelah kelulusan " kata Arsyad dia berdiri saat merasakan Dina mulai mengeliat " kami masih sekolah kalau kamu lupa "
" Mi... " gumam Dina saat yang dilihatnya pertama saat dia membuka mata adalah Amy " kok lo ada di sini? "
" menurutmu? " ketus Amy, Dina menggelengkan kepalanya tidak tau
" kenapa mandi? " Dina kaget mendengar suara dingin Arsyad yang tiba tiba, dia berlahan menoleh mendapati wajah tidak bersahabat Arsyad dia berlahan duduk di bantu Amy
" A'? "
" kenapa mandi? " ulang Arsyad, bukannya menjawab, Dina memilih menunduk dia tidak pernah melihat tatapan dingin Arsyad padanya " Madina Dirgantara Narenra "
" tadi adek gerah, badannya juga lengket jadi... adek mandi " cicit Dina di ujung kalimatnya. Dia memilih memalingkan wajahnya dengan menatap sekelilingnya dia kembali menatap Arsyad saat menyadari dia di rumah sakit bukannya di kamar hotel " kenapa adek di sini? "
" panas kamu tambah tinggi, jadi kamu bawa ke sini " Amy yang menjawab dia mengangguk mengert, dia melihat Arsyad yang sepertinya masih kesal
" Maaf merepotkan " lirih Dina, Arsyad menarik nafas dia berlahan membawa Dina kepelukannya
" jangan seperti tadi lagi " Dina mengangguk tangannya terangkat membalas pelukan Arsyad
" ekhm... kami masih di sini " seru Ibra " jangan anggap kami tranparan "
Dina dengan cepat melepaskan pelukannya dia baru menyadari keberadaan Ibra dan menyadari sesuatu dia mendongak
" mereka sudah tau " Kata Arsyad tanpa suara, Dina membulatkan matanya dan langsung menatap Amy
*******
tobecontinued