Bara mengajak Cecil mengunjungi salah satu tempat bersejarah dalam hubungan mereka. Tautan tangan Bara tidak terlepas sejak mereka turun dari mobil. Cecil tersenyum saat matanya berkeliling menilai setiap sudut dari tempat ini yang tidak banyak berubah. Ingatan Cecil kembali berputar pada delapan tahun lalu. Begitu banyak kenangan manis yang tersimpan di sini.
"Di sini aku nembak kamu." Ucap Bara saat keduanya berjalan dengan langkah pelan melewati lapangan basket.
"Di sini juga kamu nampar aku." Ucap Bara lagi membuat Cecil tertawa.
Saat itu Cecil berusia tujuh belah tahun dan Bara dua puluh dua tahun. Cecil yang saat itu duduk di bangku kelas tiga SMA diberi kejutan indah oleh Bara yang notabennya adalah alumni dari sekolah ini dan merupakan senior famous di kalangan juniornya. Lelaki itu menembaknya di lapangan basket saat Cecil dan teman-temannya sedang latihan di sore hari. Memang tidak banyak yang menyaksikan, tapi momen itu sangat berkesan.
"Aku nampar kamu karena apa ya, Mas? Lupa."
Bara mendengkus. "Kamu lihat aku jalan sama Bianca di Mall, terus pas aku jemput kamu ke sini, kamu marah-marah ngatain aku tukang selingkuh dan segala macem. Aku mau jelasin, tapi keburu di tampar."
Cecil tertawa puas sambil mendekap erat satu lengan Bara. Wajah gadis itu memerah dan sudut matanya berair karena banyak tertawa. "Dulu kamu cukup bar-bar loh, Sayang." Lanjut Bara dan mendapat pukulan di lengannya. Cecil mengerucutkan bibirnya karena jengkel dibilang bar-bar.
"Habisnya kamu lemot banget mau jelasin soal itu aja. Gagap lagi." Ejek Cecil dan kembali tertawa. Bara diam-diam tersenyum melihat gadisnya banyak tertawa. Cecilnya sudah kembali.
"Namanya juga gugup. Mana kamu marah-marah di depan orang banyak lagi."
Cecil masih tertawa dan Bara jadi gemas dibuatnya. Ditariknya tubuh Cecil untuk menempel pada tubuhnya. Kemudian Bara menempelkan bibirnya pada bibir Cecil. Gadis itu langsung terdiam karena mendapat serangan mendadak.
Perlahan bibir Bara bergerak mencecap bibir gadis di dekapannya. Lengan Bara semakin mengeratkan belitannya pada pinggang Cecil. Gerakan bibir Bara dibalas Cecil secara naluriah. Untung saja tempat mereka berada sekarang sepi karena memang murid-murid SMA Candika libur pada hari Sabtu.
Lama keduanya saling mencecap. Cecil mendoorng pelan dada Bara saat dirasanya dirinya butuh okisigen. Bara melepaskan tautan bibir mereka. Napas keduanya saling bersahutan karena terengah. Jempol Bara mengusap sudut bibir Cecil yang belepotan karena lipstik gadis itu. Cecil menatap mata Bara. Dirinya hanyut dalam lembutnya tatapan laki-laki itu padanya.
"Bibir kamu ada lisptik." Ujar Cecil. Refleks Bara meraba bibirnya. Cecil terkekeh dan mengeluarkan tisu basah dari dalam tas kecil yang ia bawa.
Setelah cukup lama menghabiskan waktu untuk berkeliling sekolah lama mereka, kemudian keduanya mencoba jajanan yang dulu sering mereka singgahi saat sedang berkencan. Maklum, dulu saat Cecil masih sekolah dan Bara masih kuliah, uang jajan mereka masih dari orangtua. Jadi kalau berkencan hanya ke tempat-tempat biasa. Kecuali kalau sudah merayakan hari jadi mereka atau merayakan hari penting lainnya seperti ulang tahun, barulah keduanya mencari tempat yang agak mewah dan mahal.
Seharian mereka habiskan untuk mengingat kembali momen-momen indah mereka kala remaja. Cecil sangat terhibur dan sangat menikmatinya. Baginya hari ini sangatlah berharga karena bisa kembali mengenang sejarah cintanya dengan Bara.
"Mau ke mana lagi, Mas?" tanya Cecil saat Bara bukannya melajukan mobil ke arah jalan pulang ke rumah orangtuanya.
"Ke apartemen. Aku nggak mau ketemu Cecil di rumah."