Chereads / Sweetest Love / Chapter 24 - Bab 24

Chapter 24 - Bab 24

Cecil dan Bara selesai menonton saat jam menunjukkan pukul dua belas kurang. Sejak beberapa menit lalu Cecil menguap. Gadis itu tahu kalau dirinya tidak akan tahan berlama-lama ditempat gelap dan dingin seperti itu. Memang dari dulu bawaannya setiap menonton dengan siapa pun itu pasti akan menguap berkali-kali. Bahkan tadi Bara sudah memeluknya agar tidak merasa terlalu kedinginan.

"Hujan..."

Keduanya berlarian menuju tempat di mana mobil Bara terparkir. Memang hujan, tapi belum terlalu deras.

"Dingin banget." Ujar Cecil dengan gigi yang bergemelatuk.

"Harusnya tadi ganti baju dulu baru pergi. Aku malah nggak mikir panjang tadi pas ajak kamu nonton." Ucap Bara yang kini meraih sebuah jaket dari kursi belakang kemudi. "Pake ini." Lanjutnya sambil memasangkan jaket tersebut pada tubuh Cecil.

"Makasih, Mas."

Satu tangan Bara meraih tangan Cecil dan menggenggamnya. "Dingin banget." Ucap laki-laki itu saat merasakan tangan mungil digenggamannya sedingin es.

"Udah anget kok kalo digenggam gini." Ujar Cecil balas menggenggam erat tangan Bara membuat laki-laki itu tersenyum dan mmebawa genggaman mereka ke bibirnya.

"Ayo kita pulang." Ucap Bara yang diangguki Cecil.

Mobil Bara meningglkan area parkiran bioskop dan melaju membelah jalanan di tengah pekatnya malam. Bara menarik Cecil untuk bersandar padanya. Satu lengan laki-laki itu memeluk dan mengelus lengan Cecil menghantarkan kenyamanan dan kehangatana bagi sang empunya tubuh. Perlahan mata Cecil mulai terpejam karena rasa kantuk kembali menyerangnya.

Tiga puluh menit yang Bara butuhkan untuk mengendara hingga sampai di kediaman orantuanya. Suasanya rumah sudah sangat sepi. Hanya ada dua orang satpam yang kini sedang asyik menonton di posko dekat gerbang. Salah satunya tadi membukakan gerbang untuk Bara kemudian kembali bergabung dengan temannya untuk menonton lagi.

Bara memarkirkan sembarangan mobilnya di halaman rumah. Laki-laki itu keluar dan membuka pintu penumpang di samping kemudi. Cecil tampak lelap dalam tidurnya. Gadis itu bahkan tidak terganggu saat Bara mengangkatnya dan membawanya ke dalam rumah.

Dengan pelan Bara membaringkan Cecil di ranjang gadis itu. Cecil sempat bergumam dan menggeliat, namun kembali tenang saat Bara mencium keningnya dengan lembut.

"Mimpi indah, sayang." Bisik Bara kemudian berlalu keluar kamar menuju kamarnya di sebelah kamar Cecil.

***

Iva tersenyum dan keluar dari persembunyiannya. Tidak sia-sia dia menunggu hingga selarut ini. Akhirnya gadis sialan itu pulang juga. Membuat Iva semakin semangat untuk melancarkan aksinya.

"Nikmatilah malam terakhirmu di sini, gadis kampung." Lirih Iva kemudian berjalan menuju kamar Cecil.

Dengan sangat pelan dan hati-hati Iva membuka pintu kamar Cecil. Dilihatnya gadis itu tertidur pulas di ranjangnya. Iva semakin tersenyum saat sudah berdiri di dekat Cecil terbaring.

"Bertemulah dengan ibumu di neraka." Ucap Iva dan mulai mengeluarkan benda kecil dari dalam saku celana tidurnya. Iva menyeringai senang.

"Ini hanya akan sakit sebentar. Setelah itu kamu akan tenang selamanya."

Iva mulai mendekat. Gadis itu duduk di sebelah Cecil terbaring. Meraih salah satu pergelangan gadis itu dan mulai membuka tutup dari benda yang dia pegang. Iva tersenyum lebar.

"Maaf ya, Ce. Kalo aja kamu nggak sama Bara, mungkin aja hidupmu nggak akan berakhir seperti ini. Kamu pasti akan hidup bahagia tanpa gangguan dariku."

Iva mendakatkan ujung benda tajam itu ke pergelangan tangan Cecil. Dan...

"Apa yang kamu lakukan, Ivana?!"