Chereads / Sweetest Love / Chapter 16 - Bab 16

Chapter 16 - Bab 16

"Bara, astaga! Cecil kenapa?" Pekikan Kinan menyambut Bara yang membopong Cecil masuk ke dalam rumah.

"Kenapa Cecil bisa keluar rumah, Ma? Dia belum sehat. Badannya aja panas begini."

Kinan mengikuti langkah putranya menuju kamar Cecil yang sekarang dipindahkan di samping kamar Bara.

"Mama nggak tahu, Bar. Tadi habis makan siang Cecil tidur. Terus Mama sibuk di taman belakang. Nggak tahu kalau Cecil pergi."

Bara membaringkan Cecil dengan hati-hati. "Bara telpon dokter Haris sebentar."

"Ce... sayang..." panggil Kinan sambil mengelus pipi Cecil namun gadis itu sama sekali tidak merespon. "Bar, kita bawa ke rumah sakit aja. Mama khawatir, Bar." Kinan duduk di samping Cecil setelah Bara berlalu keluar kamar.

"Bagaimana kamu bisa sama Cecil?"

Kinan bertanya saat Bara kembali masuk ke kamar dan duduk di sofa dekat sudut ruangan. "Tadi Bara lihat Cecil berjalan di tengah jalan raya, Ma. Hampir ketabrak mobil." Bara meremas rambutnya. Kepalanya tiba-tiba pusing.

"Tante,"

Pintu kamar kembali terbuka dan masuk sosok Iva. "Cecil kenapa? Tadi Iva dengar ribut-ribut dari luar."

"Cecil keluar rumah. Untung Bara yang nemuin. Sekarang dia nggak sadarkan diri."

"Astaga. Tapi dia nggak kenapa-napa kan, Tan?"

Kinan menggeleng. Sedangkan Bara mendengkus jengah melihat sikap sok baik dari perempuan di depannya.

"Nggak usah sok perhatian." Ucapnya dingin.

***

Setelah diperiksa oleh dokter Haris –dokter keluarga- barulah Bara dan Kinan bernapas lega. Cecil hanya terlalu banyak pikiran sehingga tubuhnya menjadi down. Dan soal melihat sosok ibunya, Cecil hanya berhalusinasi karena terlalu merindukan ibunya. Hal ini memang sering gadis itu alami. Tapi tidak pernah sampai membahayakan diri seperti hari ini.

"Terima kasih, Dok." Kinan mengantar dokter Haris sampai ke pintu utama. Sedangkan Bara masih di dalam kamar menemani Cecil yang sekarang tampak mengerang kecil di tidurnya. Iya, Cecil sudah siuman tadi, dan setelah di berikan suntikan oleh dokter Haris, gadis itu terlelap.

"Ssstt... aku di sini." Bara berbisik di teling Cecil sambil mengelus kening gadisnya. Kerutan samar di kening Cecil perlahan menghilang dan napasnya yang tadi agak memburu kembali normal.

"Bar, kamu jagain Cecil bentar ya. Mama mau mandi dulu."

Bara mengangguk. Jam memang sudah menunjukkan pukul lima sore. Kinan tidak bisa mandi lewat dari jam lima. Bisa-bisa wanita itu masuk angin dan jatuh sakit. Meskipun air yang digunakan untuk mandi adalah air hangat, tetap saja efeknya akan sama. Memang serentan itu pertahanan tubuh ibu Bara tersebut.

"Kamu ngapain masih di sini?" tanya Bara dengan sinis.

Iva yang tengah duduk di sofa sambil memainkan ponselnya mendongak menatap Bara. "Aku mau nemenin kamu." Ucapnya santai.

Bara mendengkus. Dengan kesal ia berjalan menghampiri Iva. Menarik dengan kasar lengan gadis itu dan menyeretnya untuk keluar kamar. "Kamu apa-apaan sih, Bar! Sakit!"

"Diam! Suara kamu bisa mengganggu Cecil." Desis Bara tajam. Iva mencebikkan bibirnya kesal. Bara selalu saja memikirkan gadis lemah seperti Cecil. Iva tidak suka pada gadis itu sejak dulu. Bahkan sekarang rasa tidak sukanya meningkat berkali-kali lipat.

'Dasar anak yatim piatu sialan.' Batin Iva menggeram marah.

Setelah Iva keluar dari kamar Cecil, Bara menutup pintu dan kembali berjalan ke arah kasur. Bara ikut berbaring di samping Cecil. Mengusap lembut pipi gadis itu. "Aku nggak akan biarin kamu terluka lagi, Ce. Aku akan melindungi kamu semampuku." Bisik Bara dan mendekatkan wajahnya pada wajah Cecil. Diberikannya satu kecupan pada kening Cecil.

"Aku sayang kamu. Selalu."