Chereads / Justice sword (Revisi) / Chapter 20 - Cute Anna

Chapter 20 - Cute Anna

Apakah kalian pernah menonton fate grand order Babilonia? Apakah kalian menyukai Medusa Lancer yang cute. sekarang coba bayangkan jika Medusa loli sekarang sudah teen, berusia enam belas tahun. Manisnya, cantiknya, huhuhu.

___________________________________________________

Setelah ditemani Satella keliling sekolah, Nirvana bertemu dengan Mark si penjaga sekolah. Alhasil ia meminta ditemani patroli untuk menghadapi anak-anak bandel.

Berjalan dilorong sekolah. Mark memperlihatkan raut wajah yang bermasalah.

"Ya ampun, anak-anak itu sangat bandel." Mark mengusap wajah.

Tau-tau Nirvana terjatuh dilantai ketika asik berjalan.

"Kamu tidak apa-apa?" Mark pun membantu Nirvana berdiri.

Nirvana berdiri, merasakan firasat aneh. Menatap sekeliling dengan perasaan curiga.

"Seperti ada yang menyeleding ku. Seperti ada kaki yang menendang pergelangan kakiku, tapi kok tidak ada siapapun?" Nirvana bingung.

"Sudah kuduga." Mark merogoh sesuatu dari kantung peralatan.

"SIAPA DISANA!"

Tau-tau Mark berbalik badan.

"Suara langkah kaki."

Mark mendengar suara langkah seseorang, tapi Nirvana tidak. Ia memegang sebuah kantung kain. Mark melempar segenggam pasir berwarna ungu. Jarak lemparan cukup jauh. Tau-tau ada seseorang muncul setelah terkena serbuk.

"ANNA!"

Murid tersebut kabur.

"Jangan kabur, atau aku laporkan kepada kepala sekolah!"

Murid perempuan itu tak peduli, tetaplah kabur.

"KAMU AKAN DIKELUARKAN DARI SEKOLAH!"

Atas ancaman Mark, siswi tadi itu berhenti berlari. Ia hanya berdiri ditempat, menunduk agak frustasi.

Nirvana dan Mark berjalan kearah murid tukang bolos itu.

"Kamu terlalu banyak bolos loh." Sambil jalan Mark menceramahi murid itu. Sang murid menutupi kedua telinganya seolah muak.

Akhirnya Mark dan Nirvana lagi mengelilingi murid itu.

Anna malah memberi gestur yang mengolok-olok. Seolah-olah merasa puas karena menjahili penjaga.

Anna.

Anna adalah gadis remaja berusia enam belas tahun. Murid kelas dua berambut ungu. Dengan kacamata bulat yang sangat besar.

"Kamu tidak pakai seragam sekolah lagi!" Tegur Mark.

"Aku tidak mau masuk!" Sikap yang acuh diberikan Anna.

Nirvana menanggapi santai.

"Mungkin kamu ada masalah ya?"

"Eh, serius kamu tanya itu? Guru konseling aja gak peduli. Mereka cuma mengancam agar kita tidak membolos." Seketika Anna merasa suasana yang hangat.

"Kamu nih paling alasan. Bolos ya bolos aja. Alasannya karena kamu pemalas," ujar Mark.

Tau-tau Anna menendang kearah lututnya Mark.

"Aduh, sakit. Ini sudah kesekian kalinya. Kamu akan kena hukuman yang layak!" Mark menegurnya.

"Aku tidak peduli!" Anna ngelawan.

"Yang tadi itu. Kami bisa hilang?" Tanya Nirvana.

"Iya, itu keahlian sihirku. Itu sihir yang agak langka loh." Anna pun tersenyum tipis.

"Agak langka apanya. Sihir itu kan cukup umum dikalangan mage type close combat." Mark memberikan tanggapan sinis.

"Diam! Kamu bikin aku kesal. Aku harap kamu dipecat," umpat Anna.

"Sembarangan." Mark kaget.

"Kalau gitu ikut aku," kata Nirvana.

"Ya sudah. Aku pasrah. Ayo cepat bawalah aku keruang konseling. Nantinya aku akan bilang betapa berat perjuanganmu menangkap Anna, nanti kamu bakal mendapat kredit point dari sekolah." Anna menunduk, raut wajahnya seperti gadis pemalu.

"Tidak, kita akan ke kafetaria loh," ujar Nirvana.

"Loh, kenapa--"

"Nani!"

Anna bingung, sementara Mark kelihatan tidak terima.

"Mark, lanjutkan patroli dilorong sekolah. Aku akan mengurus Anna dulu."

Nirvana membawa murid bolos itu menuju kafetaria sekolah.

***

Kafetaria sekolah.

Nirvana duduk di kafetaria sekolah bersama seorang murid kelas dua di akademi sihir.

"Pesan apa?"

"Jadi, kamu menerima suap?"

"Apa maksudmu?"

"Kamu ingin ditraktir agar aku tak dibawa ke ruang konseling bukan?"

Nirvana menawarkan minuman, sementara Anna menaruh sedikit curiga padanya.

"Tidak, tapi aku yang mentraktir."

"Apa, serius?"

Anna sungguh heran dengan sang penjaga sekolah didepannya.

Akhirnya mereka memilih menu minuman masing-masing. Minum kopi beserta menu sarapannya.

"Kamu penjaga baru ya? Tapi kok sepertinya kamu seusia dengan pelajar kelas tiga." Anna meniup cangkir kopi rasa Moca miliknya.

"Usiaku memang baru 18 tahun loh."

"Serius? Kamu hanya terpaut dua tahun lebih tua dariku dan kamu menjadi penjaga? Itu masih terlalu muda, harusnya masih kelas tiga."

Diam beberapa saat, menikmati sarapan masing-masing.

"Tapi aku senang ada penjaga baru. Anna pengen semua penjaga persis seperti kamu. Maksudku kakak."

Nirvana menyimak santai, roti croissant dicelupkan pada kopi capuccino.

"Serius, rotinya di tenggelamkan kedalam kopi?" Anna heran dengan cara sarapan Nirvana.

"Mau coba?" Nirvana memberi tanggapan.

"Permisi, aku minta secuil." Anna mengambil secuil roti Nirvana tuk ditenggelamkan dalam kopi.

Ana mengambilnya dengan sendok teh, dikunyah.

"Wah enak, secuil lagi."

Anna keterusan hingga tanpa ia sadari telah mengambil semua sarapan Nirvana.

"Eh, aku--" Mengetahui tak sengaja telah menghabiskan sarapan milik orang lain, Anna terlihat malu.

"Tidak apa, masih mau? Pesan lagi saja." Nirvana membalas positif.

Selepas sarapan bersama, mereka berjalan dilorong.

"Terimakasih kak--"

"Nirvana, namaku Nirvana."

"Terimakasih kak, Nirvana."

Anna sedikit merenung.

Kenapa kakak ini tidak bertanya tentang alasanku lagi?

Aku tunggu kamu tanya aku lagi. Kapan saja kamu ingin tahu tentang aku, aku bersedia huhuhu.

Mereka berjalan dilorong.

"Astaga."

"Mampus!"

Nirvana terkejut melihat apa yang terjadi. Mark terduduk di lantai dengan kepala yang pusing. Anna malah menanggapi dengan masa bodo campur senang. Mereka pun segera melihat keadaan Mark.

"Walah, ada yang dikerjain lagi nih." Anna dengan nada mengolok-olok.

Mark memegangi kepalanya. Mark segera bangun walau pusing.

"Bocah pirang keparat itu. Berani sekali membuly seorang penjaga sekolah," ucap Mark, agak depresi.

"Oh, kamu dikerjain sama Gil ya?" Anna menanggapi.

"Siapa Gill itu?" Tanya Nirvana.

"Siswa kelas tiga kak. Kamu jangan macam-macam sama Gil. Orang pirang setan itu agak bermasalah."

"Bukan agak lagi! Pirang keparat itulah ketua geng dari anak-anak bandel." Umpat kesal Mark.

***

Berjalan dilorong kepala sekolah. Nirvana bersama Anna hampir sampai di ruang kepala sekolah.

"Kamu menyuruhku memakai lagi seragamku. Lalu kamu bawa aku keruang kepala sekolah. Kamu ini maunya apa sih kak?" Tanya Anna.

"Sudah ikut aku," balas Nirvana.

"Jangan coba jadi penghianat kak! Kamu baik di depanku, terus kamu akan membawaku kepada kepala sekolah. Kalau kebaikanmu hanya bohong, aku merasa dikhianati loh. Awas aja kalau mengkhianati aku." Anna mengomel sepanjang jalan.

Akhirnya mereka membuka pintu ruang kepala sekolah.

Ruang kepala sekolah.

"Tidak ketuk pintu dulu, dasar ya tidak kenal tata Krama. Oh kamu, kenalannya Stella. Ayo masuk jika kamu ada perlu." Sambut Minerva.

"Iya aku ada perlu," kata Nirvana.

"Duduklah." Minerva Memberi penerimaan hangat.

"Aku sudah memilih murid untuk menjadi prefek sekolah." Nirvana mengungkap niatnya.

"A-- apa, frefek?" Anna shock.

Minerva menatap sosok Anna dari bawah sampai atas. Tentu Minerva masih baru, jadi belum begitu kenal dengan lingkungan sekolah beserta murid-muridnya. Kemudian yang dikatakan Minerva adalah.

Prefektur akademi dipilih untuk memberikan contoh kepada sesama siswa. Sebagai murid terbaik dan paling cemerlang di tahun mereka."

Minerva memberi nasihat kecil kemudian Anna gemetaran.

"A-- aku, prefektur? Aku contoh?" Nada pemalu Anna terdengarnya seperti setengah bisikan walaupun suaranya adalah suara biasa.

Muka Anna tampak menegang dan tidak rileks.

"Ka-- kakak ini langka ya? Kakak ini aneh banget ya," ucap Anna dalam mode pemalu berat, sangat gugup.

Dalam hati, Anna merasa sangat tersanjung. Di sisi lain Anna paham posisinya sebagai murid pembolos tidak disiplin. Siswi yang sering melanggar aturan menjadi contoh. Orang yang ada dihadapannya pasti tidak waras. Tapi disini Anna mulai merasa, dunianya mulai berubah.

"Kenapa, kamu keberatan? Kamu terus terang saja gadis kacamata besar," ucap Minerva.

"A, a-- apa yang harus kulakukan?" Anna sangat kaget, sangat gugup.

"Singkatnya." Minerva mengangkat tangannya, mulai menjelaskan.

"...." Anna menyimak.

"Kamu tandai pembuat onar yang terbesar disekolah. Gunakan cara terbaik untuk mengancam siswa pembuat onar! Aku juga dulunya prefektur sekolah loh. Aku yang terbaik, aku sangat galak, jadi yang paling tegas loh," ujar Minerva.

"...." Anna menatap Nirvana. Anna terdiam gugup, seperti wajahnya bermasalah.

"Aku percaya, kamu akan menjadi yang terbaik dari para prefektur lainnya." Nirvana menyemangati.

Anna tersipu malu, menunduk dan membuang muka.

***

Lorong sekolah.

Nirvana sedang mengantar Anna menuju kelasnya.

"Mulai sekarang, belajarlah dengan giat."

"Eh?"

Anna terdiam atas masukan dari Nirvana.

"Kedepannya kamu akan menjadi prefek sekolah yang efektif dalam menegur anak-anak bandel," ujar Nirvana.

"Kamu mempercayakan padaku?" Anna kembali pada mode pemalu. Suaranya terdengar malu-malu.

"Aku melihat, dimasa depan kamu menjadi prefek sekolah yang paling pemberani." Nirvana memberikan motivasi.

Nirvana akan membukakan pintu kelas. Anna menahan juga menarik tangan Nirvana.

"Aku sudah terlambat tiga SKS. Aku masuk disaat kelas sisa satu SKS aja, kamu bercanda?" Anna gugup.

Nirvana membuka pintunya.

Yang ditemukan adalah seorang pengajar.

"Ada apa seorang penjaga sekolah mendatangi kelas?" Tanya guru.

"Permisi. Saya menemukan siswi terkunci didalam sebuah gudang. Mungkin dia terlibat sesuatu lagi dengan anak bandel itu." Nirvana mencoba membela Anna.

"Oh begitu, terimakasih penjaga. Terimakasih karena mengantar seorang murid kurang beruntung menuju kesini," ucap guru.

Anna berjalan memasuki kelas dengan perasaan malu.

"Duduklah Anna!" Suruh guru.

"Baiklah profesor Miche." Anna segera duduk.

Nirvana pergi keluar kelas. Mulai terdengar suara bisik-bisik.

"Penjaga itu seperti seusia dengan pelajar kelas tiga."

"Malah aku sempat berfikir bahwa penjaganya seusia dengan kita."

Nirvana menoleh sebentar, lalu kembali melangkah.

"Dikunci di gudang?"

"Anna, apa gadis malang itu telah menerima pelecehan?"

"Kamu lupa? Anak gorgon itu kan memiliki mata mistik ular balisik."

"Peristiwa satu tahun lalu ya?"

Nirvana menutup pintu, berjalan dilorong.

Peristiwa satu tahun itu apa?

Mereka menyebut Anna sebagai anaknya gorgon?

Nirvana berfikir-fikir.

Gandalf memberi pesan telepati.

"Kamu serius?"

"...."

Nirvana bungkam, fragmen roh didalam pedang kembali bersuara.

"Kamu terlalu lunak pada anak bermasalah itu," ujar Gandalf.

"Dia bisa tak terlihat. Aku percaya siswi itu punya potensi." Nirvana menyanggah.

Gandalf tak memberi komentar lagi.

~Bersambung~