Chereads / Justice sword (Revisi) / Chapter 24 - Penyusup

Chapter 24 - Penyusup

Waktu baru menunjukkan pukul sembilan, entah kenapa Nirvana merasa kantuk. Apakah ada yang memberi semacam sihir ilusi.

Dalam kastil akademi terdapat banyak sekutu dengan keahlian tingkat tinggi. Walau kru penjaga hanya dua puluh tujuh orang, ini adalah kastil dalam kota dengan tingkat pertahanan yang kuat.

Berkat keberadaan beberapa mage tersohor yang menjadi pengajar. Keberadaan mereka pasti sangat berguna kala melindungi murid penyihir bukan.

Akhirnya Nirvana tertidur juga.

****************

Protokol utama.

Di depan gerbang kastil akademi adalah jalan raya besar utama. Protokol utama memiliki ruas delapan jalur kereta naga saking besarnya jalur utama itu.

Tepat di trotoar jalan, ada mage bertanduk. Ada dua orang magic caster dan satu jendral raja iblis.

Diablo berjalan memasuki gerbang dinding kastil akademi. Dindingnya melingkar menutupi, melindungi seluruh bangunan kastil akademi.

"Mau apa kalian?"

"Siapa kalian?"

Dua orang penjaga mencegatnya untuk menanyakan apa keperluan, menanyakan identitas juga. Kru penjaga malang tersebut langsung diserang dengan air bullet. Tubuh kedua penjaga seperti diberondong pistol mesin modern.

Tentu keberadaan Violetta sangat berperan dalam besarnya tingkat pertahanan kastil akademi.

****************

Ruang kebutuhan.

Duduk di sofa panjang. Ada bola kristal kaca diatas meja sedang dilihat. Dalam kristal bisa dilihat penampakan gerbang depan telah dilewati beberapa penyusup yang membunuh kedua penjaga.

"Mereka benar-benar membunuh penjaganya!"

Minerva memukul meja, kembali memprotes.

"TANPA KOMPROMI!"

"Tenanglah Minerva. Mereka itu hanyalah ilusi yang aku buat pakai item sihir ini." Satella melepaskan batu cincin hitam meteor.

"Oh, mereka hanya ilusi Satella." Minerva malu sendiri karena tadi marah-marah.

"Tentu saja. Bagaimana bisa? Jelas karena aku telah meramalkan ini." Violetta menyeringai amat seram seperti seorang nenek sihir, kendati wajahnya amat muda dan cantik.

"Sekarang!" Satella berdiri.

Violetta berjalan menuju ke meja yang jadi alas sebuah perangkat. Adalah perangkat kuno berbasis magnet penghantar listrik berdaya kecil. Alat kuno terbungkus kotak kayu besar dengan kesan antik.

Adalah alat siaran yang lebih kuno daripada radio. Ini perangkat siaran era Victoria. Versi belum sempurna daripada perangkat radio.

Setiap dinding terdapat kotak kayu yang terhubung dengan perangkat siaran ini. Sebenarnya itu adalah perangkat sihir untuk mengalirkan kemampuan telepati sihir.

"Perhatian semuannya!"

Sementara dewi Eris duduk manis sambil melihat selembar kertas. Itu adalah item sihir, peta perompak.

Peta yang melihat keberadaan dari suatu tempat.

"Ini dengan guru pertahanan terhadap ilmu hitam."

Suaranya tersalurkan pada semua lorong dan ruangan yang terdapat kotak kayu penyalur telepati.

"Keadaan darurat!"

"Dimohon semua pihak bergegas menuju ke kamar rahasia!"

Apa yang dimaksud dengan kamar rahasia adalah ruangan evakuasi darurat dalam kastil. Akses menuju kamar rahasia adalah melalui jalur ghaib yang disebut door crossing. Konsepnya sama dengan jalur ke ruang rahasia. Hanya saja kamar rahasia eksistensinya lebih umum dikalangan penghuni kastil.

Dewi Eris yang asik melihat peta perampok, menyaksikan beberapa bergegas menuju jalur evakuasi.

"Beberapa orang malah diam saja ditempat!" Nada resah dewi Eris.

"Mungkin mereka tidur lebih awal." Satella berpendapat.

Marauders map kini berganti ke tangan Satella.

"Oh tidak! Nirvana masih berada dikamarnya," seru Satella.

"Berarti dia tidur lebih awal," ucap Minerva.

Satella menaruh peta perampok. Satella menyambungkan jalur telepatinya pada seseorang. Beda dengan Violetta yang telepatinya menjangkau area, Satella hanya terhubung kepada satu orang.

"Silvia, kamu dengar!"

"Pergi dan antar Nirvana menuju tempat evakuasi. Nanti akan aku arahkan menuju tempatnya!"

Menutup jalur telepati, seseorang dengan seragam butler datang. Ia memiliki rambut perak memakai Pomade dengan gaya spike.

"Theodore?"

Theodore pun melangkah kearah Satella.

"Penyusup menuju kemari. Mereka ada di aula lantai satu, masterku." Theodore datang melapor.

"Iya-iya, kami akan bergegas kok." Satella uring-uringan.

"Baiklah, semua berkumpul dulu!"

"Kita tidak menghubungi markas polisi militer?" Tanya Minerva.

"Jangan! Nanti kalau polisi biasa menghadapi monster itu, bakalan banyak yang tewas. Kita saja pasti cukup. Kalau situasinya bertambah buruk, aku akan menghubungi ke markas polisi militer. Kalau perlu, minta bantuan ke markas pasukan elite royal guard." Violetta memberi sanggahan.

Satella dan semuanya berkumpul dimeja panjang, duduk di sofa masing-masing. Membicarakan rencana yang akan diambil.

"Aku akan memblokade jalur memakai penjara putih. Tembok semu akan menghalangi mereka lewat. Aku hanya bisa memblokir dibeberapa titik," ujar dewi Eris.

"Kita bergegas pergi menuju rute evakuasi!" Satella berjalan keluar ruang kebutuhan.

"Rute evakuasi sekarang ada dua! Untuk yang gagal menuju kamar rahasia, pergilah ke atap kastil ini."

Violetta masih melanjutkan siaran sebelum menyusul Satella.

******************

Asrama penjaga.

Nirvana sedang tidur lelap. Lalu terdengar suara pintu kayu yang dipukul berulang kali. Ketukannya amat keras, Nirvana terbangun.

Mengambil posisi duduk ditepi ranjang. Mengucek mata, Nirvana segera berjalan kearah pintu.

"Siapa disana?"

"Aku kepala kesatria dari keluarga Charlotte. Namaku Silvia Mercedes, aku datang untuk menyelamatkan Nirvana. Apa kamu yang bernama Nirvana?"

"Iya, aku orangnya."

Nirvana membuka pintunya.

"Kita harus pergi menuju ruangan evakuasi, sekarang!" Silvia dengan tergesa-gesa.

Silvia Mercedes.

Kesan pertama Nirvana saat ia pertama melihat, sukses untuk membuat Nirvana membeku.

Wajahnya begitu cantik. Tubuh wanitanya gagah dibalut seragam militer ala kamp kebangsawanan. Kacamata menghiasi wajah cantiknya. Yang paling sempurna adalah lekuk tubuhnya, keindahan dari bukit kembar miliknya. Itu bukanlah sebuah bukit, tapi gunung. Tentu Nirvana terlalu lama menatap wajahnya Silvia yang cantik itu.

"Keadaan darurat, kita harus cepat bergerak! Apa kamu mendengar ku Nirvana?" Tanya Silvia kala melihat lawan bicaranya bengong.

"Aku pergi ke keran air sebentar." Nirvana melangkah ke wastafel. Mencuci muka dengan air yang sangat dingin.

"Apa kamu habis bangun tidur, huh?" Tanya Silvia.

Tanpa menjawab, tentu Silvia saja Nirvana yakin Silvia tahu.

"Sudah beres belum?" Silvia sedikit kesal.

*****************

Nirvana berjalan dilorong bareng kepala kesatria Charlotte yang lagi diutus bantu Satella. Silvia sedang memegang senjata api jenis mauser pistol. Yaitu pistol ala perang dunia kedua. Mauser sering dipakai oleh militer kekaisaran Jepang di perang dunia kedua.

"Apa kamu seorang marksman?" Tanya Nirvana.

"Bukan, aku ini seorang berseker." Silvia menyanggah.

"Berseker? Kamu ini kan memakai senjata api, mana mungkin kelas kamu berseker," ucap Nirvana.

Silvia Mercedes merogoh sesuatu pada kotak peralatannya. Silvia mengeluarkan sebuah botol yang berisi air berwarna sirup merah.

"Lihat! Ini adalah berserk potion. Dengan ini aku mengaktifkan mode mengamuk layaknya berseker pada umumnya." Silvia menunjukkan sebotol ramuan sihir.

"Itu ramuan untuk mengaktifkan mode madness enchantmen kah?" Nirvana menanggapi.

"Iya, persis. Kalau bukan berseker, minum ini bisa mati loh. Gak bisa sembarang untuk menjadi seorang berseker," kata Silvia.

"Ngomong-ngomong, gimana ya ketika kamu marah? Aku penasaran pengen lihat kamu ketika sedang mengamuk," ucap Nirvana, sedikit bergurau.

"Apa katamu?" Silvia menunjukan wajah pemalu yang cute. Pipinya memerah, lekuk bibirnya tambah lucu, mata sedikit membesar dan kening mengkerut malu.

"Jangan katakan hal memalukan seperti itu. Aku tambah canggung loh." Protes Silvia dengan wajah malu-malu yang mereda.

"Kita disuruh cepat!" Silvia segera menggenggam tangan Nirvana. Ia memaksa untuk berlari kedepan.

"Apa, disana ada musuh? Baiklah, Silvia belok ke kanan sekarang."

"Kamu ngomong sama siapa?"

"Nyonya Stella."

Mereka terus bergerak. Tapi disaat baru saja menuruni tangga, disaat mereka bertemu sesuatu.

"Yo, ketemu lagi." Diablo menyapa lawannya.

Sungguh sial bisa bertemu dengan raja iblis dunia lain.

"PUTAR BALIK!" Silvia bereaksi secepat mungkin.

Setelah menuruni tangga, mereka malah menaikinya.

"Kita harus segera ke atap!"

Seorang butler ada didepan mata. Silvia sempat kaget, tapi tak lama kembali tenang.

"Itu kan Theodore. Dia bawahan Satella," kata Nirvana.

"Syukurlah." Silvia bernapas lega. menarik tangan Nirvana, bergegas menuju atap kastil.

Nirvana pergi, Theodore mencegat Diablo agar tidak bergerak.

"Apakah kamu adalah war butler?" Diablo berhadapan dengan lawan dilorong.

"Sejatinya, aku adalah Phoenix."

"Sang Phoenix?"

Masih saling berhadapan.

Munculah sosok merpati hitam mendarat dilantai. Sosoknya pun berubah menjadi gadis imut.

"Kamu lagi!" Diablo pun menunjuk kearah Satella dengan jengkelnya.

"Ya, ini aku lagi." Satella dengan ekspresi yang mengolok-olok.

Suara langkah kaki menuruni anak tangga.

"Siapa lagi itu?" Diablo menoleh kearah gadis jangkung berambut ungu panjang.

"Jadi ini kah penyusunnya. Aku mampu mengalahkannya dengan mudah loh." Violetta menguap.

"Bisa-bisanya menguap. Wajahmu seolah meremehkan ku!" Diablo menjadi kesal terhadap Violetta.

"Wajahku? Wajahku sudah begini sejak lahir tau. Jangan menghina wujud gen keturunan orang lain!" Violetta membalas, langkah demi langkah menuruni tangga.

"Jangan ikutan! Kamu urus saja mahluk tanduk berkulit ungu itu. Kekuatan ajaibnya tak mempan kepadamu, kurasa." Satella pun memerintahkan Violetta. Sebagai Esper Violetta paham, ia langsung hapal dimana lokasi lawan yang Satella maksud.

"Apa? Gadis wajah lesu ini dapat mementahkan kekuatan authority jendral iblis ku? Mustahil sekali," ucap Diablo.

Violetta menguap, menampakan wajahnya yang pemalas.

"Aku dapat mengalahkannya loh. Bagaimana aku tahu, karena aku meramalkan," kata Violetta.

"Oh, jadi kamu seorang peramal?" Diablo menunjuk kearah Violetta.

Tidak ingin berlama-lama Violetta berubah ke wujud transfigurasi. Jadilah wujud kabut hitam yang bersifat gas, bukan benda padat. Kabut hitamnya sengaja melewati Diablo. Saat kabut hitam runcing melewati Diablo, tubuh manusia tanduk itu terhempas kesamping.

Transfigurasi Violetta memiliki kekuatan serang yang tinggi. Sihir transfigurasi kabut hitam adalah serangan terkuat Violetta. Apapun yang ditabrak kabut hitam akan terkena serangan fisik. Malahan terkena efek knok-back. Diablo terhempas, punggungnya terkena dinding. Dindingnya retak karena kuatnya benturan itu.

Atas kuatnya daya serangan kabut hitam, Diablo memuncratkan darah dari mulutnya.

"Huek...."

Terbatuk beberapa saat.

"Wanita jalang itu bukan orang sembarangan!" Umpat Diablo.

"Sekarang, aku akan membalas dendam atas kejadian waktu itu!" Satella menunjuk kearah Diablo.

Sementara Theodore memotong.

"Jadi, keparat ini yang membuat masterku cidera!" Theodore amat marah mengetahuinya.

"Iya, dialah orangnya." Satella berbisik karena malu bilangnya.

Menatap Diablo, Theodore telah dikonsumsi kemarahan.

~Bersambung~