Pertarungan sengit antara Diablo melawan Satella yang dibantu oleh Theodore. Seorang pewaris rumah bangsawan memiliki relic sucinya. Rumah penyihir Charlotte dengan pusaka suci, Phoenix yang abadi.
Phoenix didalam wujud avatar manusianya.
"Kamu terkepung!" Satella berdiri menantang, memegang pedang pusaka, Griffin sword.
Seorang pewaris rumah penyihir bersama harta suci miliknya kini sama-sama menghunus pedang.
"Aku bilang sekarang giliran ku. Bersiaplah dengan realitas semu milikku. Sebuah realitas marmer, dimana memberikan buff kuat terhadap ras demon. Yang utama, semua sekutu. Kemampuan ini sebagai bukti kalau aku raja iblis.
"Realitas marmer, bulan darah!"
Seolah mendapat pengalaman dari putaran sebelumnya, Satella paham apa yang selanjutnya terjadi.
"Hati-hati Theodore! Sekarang dia lebih kuat," seru Satella.
"Kenapa kamu selalu menebak dengan akurat semua kartu truf milikku?" Diablo jengkel.
Udara menjadi berubah. Kini udara mendapat rona kemerahan seolah sedang senja hari. Prespektif area sekitar menjadi sore hari sekarang.
"Ini persis dengan keadaan dalam dunia mereka," bisik Satella.
Ketika Satella melewati keretakan dimensi, ia melihat rona seperti ini pada udaranya. Tiba-tiba Diablo menyerang Theodore dengan lebih membabi-buta. Pedang dua tangan beradu dengan tinju besi.
Sementara itu....
****************
Atap kastil.
Pintu besi yang menghubungkan tangga dan atap kastil kini sudah ditutup. Tak ada lagi penjaga yang berdiri didalamnya, semua ada di atap kastil. Nirvana dan Silvia jadi orang terakhir yang tiba disana.
Pintunya dikunci, diganjal lalu dipasang papan kayu agar lebih kencang kuncian nya.
"Kita sampai," ucap Silvia.
"Semua mengungsi di atap? Ini ide yang buruk. Jika musuh muncul, kemana kita akan kabur?" Nirvana mengomentari.
Selepas dari asas praduga Nirvana, tentu Violetta sudah meramalkan. Tentu Satella sudah mengerti akan keputusan yang diambil di putaran waktu yang lalu. Atas pengetahuan dari loop sebelumnya Satella sudah mengantisipasi dengan mengutus kepala kesatria Charlotte, Silvia.
Nirvana melihat beberapa murid dikumpulkan di suatu sisi bersama kru penjaga. Mereka gagal menuju tempat evakuasi.
Tau-tau warna bulan berubah jadi merah. Kendati ada penerangan, warna hitam dari udara malam sekarang tercampur rona merah.
"Spektrum merah macam apa ini?" Nirvana bertanya-tanya. Berusaha memperhatikan sekitar.
"Bulan purnama lebih besar dari biasanya," ucap Silvia.
Spontan Nirvana menatap kearah langit, terkejut.
"Apa bulan didunia ini, warnanya merah darah?" Tanya Nirvana.
"Tidak, warnanya perak." Silvia menatap Nirvana.
Tau-tau Violetta memberi pesan telepati kepada area atap kastil. Telepati area, bukan jalur seorang.
"Kalian semuanya yang ada di atap kastil, dengar! Sesuatu bergerak menuju kesana, hati-hati!" Violetta memberikan tanda bahaya.
Orang-orang di atap kastil menjadi resah.
"Bersiaplah!"
Sementara itu....
******************
Lorong lantai satu.
Setelah demon witch dikalahkan, mulailah muncul binatang sihir. Muncul dari lingkaran sihir, entah siapa sumoner mereka. Adalah imp, demon rendah yang kekuatannya sangat kecil. Setidaknya itu adalah bidak sihir yang menyusahkan kesatria penjaga dalam pertarungan satu lawan satu. Imp berpotensi membunuh kesatria reguler saat bertarung dua lawan satu. Jumlah mereka cukup banyak. Minerva sebagai petarung tangguh, sama sekali tidak gentar melawannya.
Hanya melakukan tinju. Berbekal keahlian beladiri tangan kosong, thaiboxing. Tinju dialiri kekuatan sihir element tanah. Minerva pun meninju mereka satu per satu.
Minerva menyulap tombak tanah runcing yang muncul dari lantai.
Tau-tau sosok demon witch yang semula kalah, bangkit kembali.
"Bersiaplah kalian!" Lantang suara demon witch, menggertak.
"Mode kutukan!"
Penyihir tersebut berubah kepada wujud manusia setengah demon. Kulitnya berwarna abu-abu pucat. Pupil matanya berwarna merah seperti setan. Seolah tingginya bertambah. Rambutnya menjadi sepanjang mata kaki, bahkan lebih panjang lagi. Saking panjangnya, bakalan menyapu lantai.
"Ga-- ga, ga ... ga-- GAWAT!" Nada ketakutan Minerva melihat wujud lawannya yang berubah, seram.
"Demon witch yang mewakili the priestes Arcana!"
Demon witch mengeluarkan udara dingin. Pusaran salju yang deras, menghempaskan semua orang ke belakang. Minerva berdiri dengan kuda-kuda yang kokoh, mencoba menahan posisi. Menutup wajah dengan kedua tangan dalam posisi bertahan, Minerva melawan.
"Violetta, tolong aku!"
Datanglah support dari Violetta berupa pesan telepati.
"Sihir es ini hanya bisa dinetralkan oleh Satella. Tahan, aku menyuruh Satella datang membantu. Satella sedang menuju kesana!" Violetta memberikan support sebagai kru navigator yang menjangkau semua sekutu dari balik layar.
Sementara itu....
******************
Lorong lantai tiga.
"Jadi kamu yang memasang medan sihir penghalang ini." Belphegor berpapasan dengan dewi Eris pada satu persimpangan jalan di lorong.
"Aku lagi kurang beruntung," keluh dewi Eris.
Dibelakang dewi Eris tembok semu. Sementara didepannya, Belphegor menghalangi jalan dewi Eris.
"Tenang, aku lagi bergerak menuju kesana!" Violetta memberi pesan telepatinya.
"Tidak, aku tarik kata-kataku. Aku tidak pernah tidak beruntung, itu sudah jelas kan! Karena aku adalah dewi Eris, dewi keberuntungan!" Dengan santainya, berdiri didepan jendral iblis tak bergerak.
Tak lama kemudian muncullah gumpalan kabut hitam. Kemudian berubah menjadi sosok Violetta.
"Kini, aku lawan mu!" Violetta menantang.
"Kau akan menyesal!" Belphegor mengeluarkan unseen hand dalam jumlah puluhan.
Namun third eyes Violetta telah bereaksi lebih dulu. Memakai sihir transfigurasi, berubah ke wujud kabut hitam. Karena sifatnya gas, transfigurasi Violetta tak mampu dicengkeram oleh unseen hand.
Kabut hitamnya menabrak sosok jendral iblis. Belphegor terhempas karena ditabrak transfigurasi kabut hitam Violetta. Spontan dewi Eris berlari melewati Belphegor untuk melarikan diri. Kini Violetta yang menghadapi iblis yang mewakili kemalasan.
Pertempuran ini berjalan berat sebelah. Dimana unseen hand tak mampu menyentuh Violetta, tapi Violetta masih bisa menyerang Belphegor. Tapi Violetta tak bisa membunuh Belphegor karena tak memiliki mantra white magic.
Violetta terus menabrak wujud transfigurasi kepada Belphegor.
*****************
Atap kastil.
"Itu dia disana!" Silvia menunjuk kearah ujung.
Ada tangan semu berwarna hitam mencengkeram pinggir atap kastil. Adalah tangan semu yang dapat dilihat. Seorang dengan tinggi dua meter melangkah kearah kumpulan murid yang sedang diungsikan.
Silvia mengeluarkan pistol mauser, berlari mencegat sosok itu. Setelah jaraknya cukup ideal Silvia mulai menodong pistol kearah sosok asing tersebut. Muncul lingkaran sihir secara vertikal. Lingkaran sihirnya searah dengan moncong pistolnya.
Silvia menembakan pistol mauser. Pelurunya kini memiliki efek sihir ledakan lemah. Saat menyerempet tubuh sosok asing, itu meledak.
Sosok asing terus bergerak menuju kumpulan murid yang dievakuasi. Silvia menembak pistolnya sampai pelurunya habis. Sadar pistol tak efektif terhadapnya, Silvia segera mengganti senjatanya.
Mengeluarkan gulungan sihir. Ia mengeluarkan senjatanya melalui gulungan sihir tersebut. Senjata miliknya adalah pedang berseker. Panjangnya hampir sama dengan justice sword milik Nirvana.
Berseker sword.

Silvia Mercedes berlari mencegat demon witch. Silvia kini berdiri menghalangi jalur lurus antara orang-orang dengan demon witch.
Menghunuskan pedang berseker dengan tangan kanan, Silvia tidak gentar sedikitpun. Nirvana tepat berada di belakang Silvia. Sedang memantau dari jauh, Violetta pun menghubungi telepati tunggalnya terhadap Nirvana.
"Hati-hati, dia akan menembak mantra api kuat!" Skill third eyes Violetta aktif.
Gandalf ikut mendengar telepati apapun yang terhubung kepada Nirvana.
"Aku alirkan tenaga white magic terhadap bilah pedang!" Gandalf memberi support.
Seberkas cahaya emas muncul di bilah pedang justice sword. Pedang dialiri efek enchant white magic.
"Arahkan bilah pedangnya dalam posisi bertahan!" Gandalf memberi arahan.
Nirvana memasang pedang pada posisi defense stance.
Demon witch memiliki delapan tangan semu hitam yang keluar dipunggungnya. Masing-masing tangannya memegang pedang proyeksi. Pedang dua tangan yang panjang. Lalu ada enam tangan lainnya berfungsi sebagai kaki, menopang tubuh manusianya.
Demon witch kini berjalan dengan enam tangan semu, seolah seperti cara jalan seekor laba-laba. Tetapi dengan begitu movement speed demon witch menjadi lebih cepat.
"Akulah demon witch dalam mode kutukan! Aku dmon witch yang mewakili kekuatan iblis magician Arcana!"
Jadi setiap demon witch memiliki jenis-jenis kekuatan yang mewakili nama kartu Arcana.
Berjalan bagai laba-laba, sosoknya semakin dekat. Sementara Silvia menghunuskan pedang berseker.
Kemudian demon witch melepas mantra api tingkat menengah. Itu ledakan yang cukup besar, radius ledakan lumayan luas. Apinya merambat keatas sangat tinggi.
"Kya...."
Silvia terhempas jauh kebelakang. Sementara Nirvana hampir saja terjatuh tapi masih tegak berdiri. Mungkin efek hentakannya cukup kuat hingga Nirvana hampir jatuh, tapi masih tetap berdiri. Seberkas cahaya pada bilah justice sword pecah karena menahan mantra api.
Ternyata bantuan enchant white magic oleh Gandalf, memberikan ambang batas shield absorption.
Sementara Silvia tergeletak saja dilantai. Mata kanannya tertutup pelipis matanya berdarah-darah mengalir ke pipi. Rembesan darah mengenang dari paha kanan dan tangan kiri Silvia Mercedes. Kini kepala kesatria Charlotte sedang tergeletak sekarat dilantai.
Pandangan Silvia, nampak kabur.
"Lari!" Suara Silvia sangat lemah, nyaris tak terdengar. Malah mirip suara bisikan daripada teriakan.
Spontan Nirvana berlari kearah kanan secepatnya. Ia lupa bahwa movement speed demon witch melebihi dirinya. Hingga Violetta memberikan pesan peringatan.
"Apa yang kamu lakukan! Mahluk tersebut menuju kearah Silvia dan orang-orang," seru Violetta.
Bahkan dari kejauhan Violetta sempatkan diri untuk melakukan clairvoyance dan third eyes. Itu dukungan navigasi oleh Violetta.
Nirvana terlalu banyak melangkah ketika berbalik badan dan melihat demon witch mengincar Silvia.
Mengarahkan telunjuk kirinya, Nirvana melepas pyrokinesis.
Dua sampai tiga dilepaskan, semua kena. Tetapi kurang berpengaruh kepada mahluk terkutuk tersebut.
"Pyrokinesis mu tidak sakit! Cepat gunakan lifrasil untuk perkuat pyrokinesis!" Gandalf mengusulkan.
"Aku mengorbankan lif point ku untuk memperkuat pyrokinesis."
"Lifrasil!"
Mana roh atau lifrasil, merupakan buff legendaris yang sangat kuno. Satu-satunya white mage dengan liferasil terkuat adalah Gandalf. Kemudian grafik saint ini menjadi warisan dari Gandalf, kini Nirvana mengemban kekuatan dari sosok penyihir legendaris tersebut.
Mengarahkan telunjuk kiri kearah demon witch.
Pyrokinesis !!
Satu tembakan berefek ledakan rendah. Tembakan api Keuda telah dilepaskan. Tubuh demon witch tersentak kesamping pertanda ia merasa sakit dengan pyrokinesis.
"Baguslah, kini pyrokinesis mu rasanya sakit," ujar Gandalf.
Berbalik kebelakang, kini fokus demon witch adalah menyerang Nirvana. Nirvana terus melepas pyrokinesis, demon witch kini melompat kesamping menghindari serangan api ledakan Nirvana.
~Bersambung~