Karena Nirvana baru bangun dua minggu kemudian, maka bulan purnama seolah datang dengan cepat. Seolah jarak antar purnama sangat dekat kendati sama-sama empat minggu.
Hari-hari berjalan maju, tak terasa sudah sampai bulan purnama yang berikutnya. Tapi hari masih sore. Menikmati kopi di kafetaria, lalu Nirvana didatangi Elves goddess.
"Lagi!" Nirvana terkejut karena didatangi Elves yang genit.
"Hai, hai...." Sapa Elves goddess dengan wajah centilnya.
Sementara itu seorang yang baru memasuki ruang kafetaria pun terhenti. Siswi kelas dua berambut ungu, agak panjang, ungu purple.
Merasa bete.
"Ternyata," ucap Anna.
Ia hendak putar balik. Tapi malah penasaran dan mengintip.
Kembali kepada perspektif dari Nirvana.
"Mau apa lagi?" Nirvana balas menatapnya.
"Kenapa kamu mau menemani Satella?" Tanya elves goddess.
"Aku terpaksa," jawab Nirvana.
"Jangan bohong. Karena dia imut, kamu menjadi sulit menolaknya bukan, oy." Elves goddess mencondongkan wajahnya, mendekat ke Nirvana.
"...." Tak ada jawaban dari Nirvana. Tidak juga mau balik menatapnya.
"Diam berarti iya." Elves goddess tersenyum penuh arti.
Nirvana tersentak.
Seketika Nirvana teringat momen ketika di ruang inap. Mengapa kok kata-kata ini seperti familiar sekali.
"Diam berarti iya." Kata-kata dari Satella diputar ulang dalam kepala Nirvana. Momen yang familiar.
"Kenapa kalian begitu mirip," ucap Nirvana, sedikit melamun.
"Hah, apa, siapa?" Elves goddess memberi gestur menengok kearah kanan dan kirinya.
"Kamu seperti mirip dengan Satella loh. Tapi anehnya kamu bukanlah kakak atau ibunya," kata Nirvana.
"Ahaha, dengar! Hanya mirip kok. Hanya mirip," ucap elves goddess, terkekeh.
Terdiam beberapa saat. Suasana menjadi canggung. Walau rasa canggung nya hanya sesaat saja.
"Malam ini ada bulan purnama." Elves goddess mengangkat jari telunjuknya.
"Bulan purnama?" Nirvana menanggapi.
"Akan menjadi bulan darah seperti kemarin. Bulan darah, merupakan realitas marmer yang membuat sekutu ras demon menjadi kuat loh. Aku tahu kamu bakalan sanggup menghadapi ini. Walaupun kamu hanya bisa survive untuk dirimu sendiri. Tapi percayalah, kalah sekarang bukan berarti kalah total. Hasil akhir masih jauh. 'Ku percaya kamu bisa kalahkan villain nya."
Nirvana mengerti atas penjelasan elves goddess. Memilih diam tidak menanggapi. Elves goddess duduk, dengan dagu yang bertumpu pada dua telapak tangannya. Sikunya menyentuh meja menopang berat dagunya.
"Huuu, imutnya." Elves goddess memberi gestur mengolok-olok.
"Apa?" Nirvana jengkel.
"Mendekatlah!" Elves goddess memberikan gestur mengulurkan kedua tangan kearah Nirvana.
"Jangan membenamkan kepalaku lagi!" Protes Nirvana, memalingkan wajah kesamping.
"Hehehehe."
Selepas tertawa, elves goddess pun segera merogoh kantung sihirnya. Mengambil item sihir miliknya tuk dipinjamkan pada Nirvana.
"Kali ini bukan pinjaman ya, tapi hadiah dariku untuk kamu." Elves goddess masih merogoh. Tak lama mengeluarkan sebuah kristal yang berwarna bening. Kristal sebening sebuah kaca.
"Benda apa, itu?" Tanya Nirvana.
"Wadah untuk elemental spirit. Di dalamnya ada major spirit, hanya spirit kecil yang biasa-biasa saja. Apakah kamu tahu cara sumoned elemental spirit?" Tanya elves goddess. Mengangkat bahunya.
"Aku tahu." Gandalf berbisik pada Nirvana, melalui jalur telepati.
"Aku tahu. Itu yang dikatakan oleh white mage tengik di dalam bilah pusaka mu bukan. Bagaimana aku tahu? Aku dapat menyadap jalur telepati. Aku ini pakar loh. Sudah ratusan tahun lalu aku disebut sebagai arc mage termuda. Terus, diriku yang sekarang adalah the Empress, di kerajaan ku."
"Dia tahu!" Gandalf terkejut bahwa telepatinya disadap.
"RATU KOK KEKURANGAN BAHAN PAKAIAN!" Nirvana tersentak atas pernyataan elves goddess.
"Apa, kenapa-- Kamu keberatan dengan ini huh?" Elves goddess berdiri, lalu perlahan mendekat kearah Nirvana.
"Ratu mana yang pakai busana seketat itu. Dengan gaun tidur terlampau seksi. Hampir setengah telanjang!" Nirvana memprotes.
Nirvana betul. Memakai gaun tidur ketika beraktivitas di siang hari itu kebangetan. Memancing mata yang haus akan wanita matang. Terlebih kalau gaun tidurnya itu kelewat seksi sampai-sampai hampir membuat seolah laki-laki membayangkan bahwa gaun adalah kulitnya.
Bukan merasa malu, dewi elves memberi pernyataan kontroversial.
"Apa katamu?" Elves goddess pun menolak pinggang.
Terlalu dekat, Nirvana resah.
"Itu bukan busana yang pantas dikenakan oleh ratu tahu. Kamu pakai gaun tidur senonoh, bepergian memamerkan bentuk tubuhmu." Nirvana tidak menatap wajahnya.
"Ini pakaian tradisional ala kaum elves. Bahan yang sehalus sutera, motif seperti daun lancip disetiap ujungnya." Elves goddess berdalih.
"Ya terserah," balas Nirvana.
"Lagipula baju ku-- Eh, itu, aku tidak pakai. Gaun tidur ini adalah sihir gelap. Darkness creation. Memanipulasi element gelap untuk membentuk busana gaun hitam yang seksi ini. Jadi Basicly, aku ini--" Elves goddess menunda kata-kata, memberi gestur centil penuh arti.
"Telanjang?" Nirvana tersentak, mengetahui bahwa busana yang dikenakan dewi peri adalah sihir element gelap.
Elves goddess pun mengangguk perlahan. Mengangguk dengan ekspresi genitnya. Ujung jarinya menyentuh dagu Nirvana. Elves goddess akan menarik kepalanya hingga senderan pada dirinya.
"Apa, telanjang!" Tau-tau tersentak kebelakang. Bahkan hidungnya kini mengeluarkan darah.
Mimisan.
"Walah, baru seperti itu aja sudah kalah duluan." Elves goddess pun terkekeh. Menutupi bibir dengan ujung jarinya.
Mencengkeram bahu Nirvana, lalu elves goddess mengangkutnya agar kembali duduk. Elves goddess ada dibelakang Nirvana.
"Apa itu, menempel dipunggung!" Protes Nirvana.
"Ops, maaf. Pegunungan dempet." Elves goddess menahan tawanya.
Mereka pun telah duduk kembali seperti sediakala.
Nirvana memegang benda yang semula diberikan oleh dewi peri. Memegang kristal bening sebesar genggaman tangan.
"Memanggil elemental spirit tuk membantu bertarung. Yang ini wujudnya sudah berbentuk, ini bukanlah roh kunang-kunang lagi. Sudah berbentuk. Setan salju, ini mampu menahan serangan ice. Serangan sihir apapun apabila itu berelement es, akan di block tanpa terkecuali."
"Keren," seru Nirvana.
Elves goddess berdiri, melangkah memutari posisi duduk Nirvana.
"Apabila kamu mengendalikan spirit mu ke dalam mode pasive, kamu akan mendapat buff defensif dan ofensif. Tetapi kamu mendapat properti persis dengan elemental spirit mu, ini disebut--" Elves goddess men-jeda sejenak.
"Ter-persona!"
Elves goddess mengulangi.
"Persona!"
Elves goddess berhenti dibelakang Nirvana, meletakkan dua telapak tangan diatas bahu Nirvana. Elves goddess pun tersenyum penuh arti.
"Kekuatan ada di tanganmu. Aku sarankan, bersenang-senanglah sedikit." Elves goddess memeluk Nirvana dari belakang, begitu erat.
"Ya ampun." Nirvana terkejut.
Elves goddess menaruh bibirnya didekat telinga Nirvana seolah mau membisiki.
"Ara ara.... Santai lah dulu sejenak."
"Ini tidak nyaman," balas Nirvana.
"Bilang tidak nyaman, padahal suka kan." Elves goddess memberikan lirikan yang sangat genit.
"...." Nirvana terbungkam.
"Baiklah, sudah saatnya aku pergi."
Untuk saat ini, pertemuan dengan elves goddess berakhir.
Nirvana merenung.
Pasti nanti balik lagi.
Pikirnya, kurang tenang, agak risih.
"Lagipula aku harus pergi menuju ruangan owner sekolah." Nirvana meninggalkan kafetaria sekolah.
*****************
Lorong sekolah.
Berjalan dilorong, lalu berpapasan dengan Anna. Nirvana berpapasan tanpa sengaja. Melihatnya lewat tanpa menyapa, Nirvana menjadi bingung. Berbalik badan, memberi tegur sapa kepadanya.
"Hei," seru Nirvana.
Menoleh sesaat, ia kembali berjalan tanpa balik menyapa.
"Selamat sore," ucap Nirvana.
Melanjutkannya jalan dilorong, Gandalf menginterupsi.
"Aku penasaran, siapa elves tadi," ucap Gandalf.
"Aku juga," balas Nirvana.
"Pengetahuan tentang elemental spirit kelas major, pengetahuan langka. Sampai era ini, pengguna elemental spirit masih sedikit. Kebanyakan mage di era ini hanya memakai elemental spirit minor dalam kondisi pasive untuk dapat buff sihir element. Tapi membuat spirit berwujud, pengetahuan sihir tersebut adalah lanka. Rekan ku dimasa lalu, hanya pewaris rumah penyihir saja yang paham. Untuk kalangan umum, mustahil mampu mengkreasikan elemental spirit major." Gandalf memberi asumsi.
Awalnya Nirvana terhenti sejenak untuk menyimak Gandalf. Lanjut berjalan sambil memberi opini.
"Kita simpan prasangka ini. Aku ikutan penasaran," kata Nirvana.
Berjalan dilorong, mereka pun berpapasan dengan seorang lagi.
"Hai, hai...." Seorang menyapa, nadanya memberi kesan pemalas.
Nirvana sampai berfikir.
Apa ini versi genderbender dari profesor Snape, novel Harry Potter? Atau pembawa acara seeial, ada dunia lain di televisi.
Cewe paranormal, dengan aura indigo, memberi kesan mistik.
Nirvana menatap Violetta cermat. Menatap dari bawah sampai atas. Violetta menatap sambil menyipitkan mata sayu miliknya. Violetta menguap sejenak.
"Tidak mau membalas sapaan ku? Apakah kamu tidak suka dengan keberadaan ku?" Nada dari wajah sedikit ekspresi seolah mempertanyakan Nirvana yang enggan menyapa balik.
"Selamat sore," sapa Nirvana, nada yang ia keluarkan cukup canggung.
"Apakah kamu tahu material yang dibutuhkan untuk membuat wadah elemental spirit?" Tanya Violetta.
"Mana aku tahu, aku tidak pernah sekolah di akademi sihir manapun."
"Kamu hanya perlu menunggu ada arwah yang memberitahukan itu padamu," kata Violetta.
Ketika Nirvana menyanggah, lalu Violetta mengarahkan pada sosok Gandalf. White mage legenda yang sudah menjadi arwah di dalam pedang. Nirvana pun terbungkam.
Apa dia tahu eksistensi Gandalf?
"Tidak mungkin nyonya ini hanya kebetulan dalam menyinggung keberadaan arwah. Sejak awal ia mengetahui keberadaan ku. Pasti nyonya ini adalah peramal." Bisik Gandalf, melalui telepati.
"Yup, aku adalah peramal," kata Violetta.
"Bagaima--" Gandalf tersentak, ia terkejut bahwa ada orang lainnya yang mampu menyadap jalur telepatinya.
"Aku peramal nomor satu di kerajaan ini loh. Meskipun aku menyembunyikan kemampuan ku," ujar Violetta.
"Pastinya, kalian tahu bahwa ras hantu bisa dirubah menjadi spirit bukan. Major spirit dengan elemen dasar netral," ungkap Violetta.
"PENGETAHUAN DARI MANA?" Gandalf lebih kaget lagi.
"Baiklah, sebagai bekas pewaris rumah penyihir centauri, aku hapal bahan-bahan untuk wadah spirit. Baik elemental spirit ataupun ghost spirit, sama saja. Daftarnya akan aku sediakan, tapi total biayanya cukup expensive."
Setelah Gandalf memberitahu wawasannya, Violetta memberi tanggapan enteng.
"Ayahku adalah tuan tanah sekelas Baron di Vilenchia bagian timur. Dan ya, kalau cuma masalah uang, aku bisa mencarinya sendiri. Sebagai peramal, aku bisa meraih kekayaan dengan mudah." Violetta tidak menanggapi ucapan Gandalf perkara biaya material.
Seketika Nirvana teringat dengan anime bergenre judi. Ada waifu tukang judi yang cantik menggoda. Lantas jika paranormal seperti Violetta main ke casino, bukankah sebuah kecurangan. secara real itu sah-sah saja, hanya terkesan nge-cheat.
"Aku akan tuliskan list material dikertas, segera," kata Gandalf.
Mereka berpisah dilorong, dengan Nirvana menuju ke ruang pemilik akademi sihir.
****************
Protokol utama
Berdiri di jalan raya utama dengan ruas jalan sangat luas. Letaknya ada disebelah kastil akademi itu sendiri.
Di sana ada satu kereta naga yang terparkir, untuk putri Charlotte menaikinya. Ada lima penunggang naga darat kelas Kirin.
Kirin dragon.
Salah satu penunggang nya adalah seorang yang sudah dikenal. Satu lainnya adalah pengawal biasa.
"Terimakasih sudah mau datang. Kepala kesatria, Silvia Mercedes." Satella memberi tegur sapa.
"Saya senang bisa memberikan pengawalan pada putri Charlotte. Suatu kehormatan, nyonya Stella." Masih duduk diatas naga darat, kepala kesatria memberi gestur hormat pada Satella.
Satu mata Silvia masih diperban.
"Apakah luka itu permanen?" Bisik Nirvana, berfikir dalam hati.
Satella menatap Nirvana.
"Kamu, ayo cepat masuk kedalam kereta naga!"
Akhirnya mereka segera memasuki gerbong kereta naga.
Perjalanan keluar dinding kota, menuju kastil kementerian sihir.
~Bersambung~