Chereads / Justice sword (Revisi) / Chapter 36 - Kaguya berambut hitam

Chapter 36 - Kaguya berambut hitam

Ruang VIP.

Ketika Nirvana berjalan ke ruang ini lagi, seseorang yang agak asing sudah nampak didalamnya. Baik Satella maupun gadis berambut hitam itu sama-sama menoleh.

"Ah, ya ... perkenalkan, guru konseling kita."

Satella memperkenalkan gadis berambut hitam itu. Sementara gadis rambut hitam, menanggapi dengan sinis.

"Siapa orang ini?" Tanya gadis berambut hitam.

"Ah, bukan siapa-siapa, sih--"

Respon gadis berambut hitam membuat Satella agak canggung dan merasa agak sedikit cemas.

"Oy, kamu siapanya gadis kencur ini?" Gadis rambut hitam bertanya sambil menunjuk kearah Satella. Satella mengernyitkan kening akibat tingkah gadis itu.

Setelah mengedutkan alisnya, Satella pun tertawa garing, kembali memperkenalkan gadis berambut hitam itu.

"Orang ngeselin ini namanya Isyana, dia teman satu sekolah ku dulu." Satella pun tersenyum masam sambil menunjuk pada Isyana dengan jempolnya, Satella agak memaksa bibirnya untuk tersenyum lebar.

"Dia orangnya toxic." Satella berbisik. Kala Isyana menyadari Satella berbisik, ia pun menoleh kearah Satella. Saat ditatap oleh tatapan sinis, Satella membuang muka.

"Isyana Sarasvati?" Nirvana tertawa garing.

"Sembarangan saja menambahkan nama orang! Lagipula nama belakang ku adalah parvati tau," balas Isyana.

"Kamu tinggal di India?" Tanya Nirvana.

"Apa pula itu India? Ku tinggal di Vrindavan," ujar Isyana.

"Wew, dimana itu Vrindavan?" Nirvana kaget bahwa beberapa nama yang familiar akan ia temui juga.

"Kamu mau tau dimana desa ku?" Iyalah, Iyalah, kapan-kapan kita akan berkunjung ke desa Vrindavan." Isyana memiringkan kepalanya, memberi mimik menyebalkan.

Dalam hati Nirvana berfikir, gimana bisa nama-nama dari dunianya ada juga dalam dunia baru ini. Namun, meski ekspresinya agak menjengkelkan, Isyana mengulurkan tangannya tuk berjabat tangan.

"Terus, siapa namamu?" Tanya Isyana, mengarahkan jabat tangan pada Nirvana.

Tau-tau Satella mengambil alih.

"Namanya Nirvana," ujar Satella.

"Ha--" Isyana menyipitkan matanya kala memandang Satella.

"Kamu juru bicaranya?" Isyana memberi gestur sinis.

"Aku cuma bilang." Satella menjauhkan diri dari Isyana, dengan wajah cemas.

Isyana membalas Satella dengan gestur berbisik pada Nirvana. Kendati berbisik, suaranya bukan seperti bisikan tetapi itu seperti nada biasa yang bisa di dengar.

"Gadis kencur ini--"

Isyana mengangkat alisnya agak tinggi, matanya sedikit miring kesamping, raut wajahnya menyebalkan. Melihat gestur berbisik yang bisa didengar, Satella paham bahwa itu akan menjadi sebuah olokan.

"Maksudku Satella. Orangnya mudah tuk cemas. Apabila diusilin dengan trik prank, bisa-bisa dia mengompol. Sesaat sebelum perpisahan, dia pernah ngompol loh."

Isyana mengakhiri dengan tawa jail nya. Sementara Satella melipat tangan, alisnya sangat ditekuk atas olok-olokan itu.

"Serius?" Nirvana terkejut, lalu spontan menatap Satella sambil menahan tawa.

"GAK USAH TAWA!" Omel Satella.

Isyana adalah gadis berambut hitam yang tingginya setara dengan Nirvana. Isyana tampil dengan model rambut poni belah tengah, bagian belakang terurai, rambut Isyana panjang sampai sepinggul. Isyana memiliki kulit seputih susu, ini tidak lebih putih dari kulit porselen Satella. Isyana cenderung tampil dengan gaun merah yang dipadukan dengan selendang sutera.

Namun kala Nirvana menatap Isyana, yang dapat ia katakan untuk mendeskripsikan sosok cantik Isyana adalah.

"Kaguya berambut hitam," gumam Nirvana.

"Apa yang kamu bicarakan?" Isyana yang mendengar, mengangkat bahunya.

"Tidak, bukan apa-apa." Nirvana segera memalingkan pandangannya.

"Kenapa sih aku harus membawa cewek bermulut toxic ini kesini? Hancur sudah wibawa ku." Satella menunduk murung.

Singkat cerita, hari pun berganti malam.

*****************

Ruang perjamuan.

Kembali ke tempat dimana seluruh orang dalam kastil ini, makan malam bersama. Biasanya kalau ada yang mau diumumkan, sekaranglah saatnya. Yang berada di depan adalah Satella sendiri. Lalu apa yang mau disampaikan olehnya.

"Selamat malam semua, semoga kalian menikmati makan malam ini."

Satella menyampaikan seolah-olah sudah terbiasa bicara diatas mimbar. Semuanya sedang menikmati makan malam sambil pandangan tertuju keatas panggung kayu.

"Akan ada satu pengajar lagi yang mau saya perkenalkan. Kali ini sosok dengan jam terbang yang tinggi. Beliau adalah seorang yang akan ada di kelas kinesis. Kehadiran sosok sensasional ini, akan meningkatkan kualitas di sekolah sihir kita, jadi sambutlah pengajar baru kita--"

Ditengah kata-katanya, seorang pria tua menaiki mimbar yang ada di ruangan ini. Tidak terlalu tua jika dilihat dari caranya berjalan, masih tegak. Tanpa janggut dan rambutnya masih banyak bagian hitam daripada ubannya.

"Beri sambutan untuk Professor Norman." Satella menyambut dengan antusias dan disertai energi hebohnya.

Semua tahu siapa Professor Norman, ia sering tampil di beberapa surat kabar dan acara seminar. profesor Norman sudah puluhan tahun berada di kementerian sihir. Hampir semua mengenali reputasinya.

"Apa kabar semuanya." Profesor Norman memberi sambutan. Setelah ini Satella pun segera menuruni panggung. Ia duduk di jajaran meja para guru, di samping sang kepala sekolah muda.

Berbeda dengan mantra sihir, kinesis biasa disebut dengan pengendalian.

"Saya merasa terhormat karena dipilih sebagai pengajar. Saya akan mengajarkan tentang pengendalian, di kelas kinesis tentunya. Dan, ya, sekali lagi saya ucapkan terimakasih kepada nyonya Stella sang pemilik akademi yang baru ini. Selamat malam semuanya...."

Sekilas, para murid maupun guru-guru memberi penyambutan hangat. Gestur sorakan bangga, tepuk tangan hangat.

"Teruntuk kalian yang ditakdirkan memiliki afinitas sihir yang serba rendah, keluarga dengan silsilah ahli sihirnya yang seumur jagung, tolong jangan berkecil hati. Kalian memiliki asa. Kalian memiliki peluang tuk sukses sebagai Kineser, dengan teknik pengendalian. Untuk kalian para mage yang tidak mewarisi darah ahli sihir yang kuat, kalian masih mungkin menjadi orang yang berbakat dengan teknik pengendalian. Ayo belajar kinesis, latih teknik pengendalian kalian dan jadilah spesialis Kineser."

Tidak semua mage memiliki bakat lahiriah sebagai spell caster, tentu kata-kata dari profesor Norman menjadi motivasi kuat.

"Well, inti dari teknik pengendalian berada di otak tengah. Kinesis itu free mana, kinesis hanya mengandalkan energi mental kalian. Memakai kinesis secara berkelanjutan itu membutuhkan rekan cleric dengan teknik cure supaya energi mental kalian dapat dipulihkan. Pengetahuan lebih lanjut akan disampaikan di kelas kinesis, anak-anak."

Tentu profesor Norman punya beberapa asisten yang akan mengurangi jumlah mengajarnya dalam satu minggu. Tidak mungkin ia menghadiri semua kelas di akademi ini, mungkin akan selang-seling.

****************

Singkat cerita, hari berganti pagi. Nirvana berpapasan dengan Isyana, masing-masing berada diujung lorong. Isyana yang melihat Nirvana, mengabaikan dan bergerak maju.

"Hei, tunggu!"

Isyana mengabaikan dan terus bergerak. Nirvana mengikutinya, hingga naik tangga sampai beberapa tingkat. Pada akhirnya Isyana berdiri di sebuah dinding dengan lukisan unik. menoleh kearah sosok yang mengikuti dirinya.

"H-- hah." Isyana menatap dengan senyum penuh arti kearah sosok yang mengikuti. Ekspresi wajahnya seolah-olah sosok yang mengikutinya akan bingung saat dirinya menembus dinding.

Isyana mulai mondar-mandir pada dinding dekat lukisan.

"Apa--"

"Hihihi."

Nirvana terkejut, apa mungkin dulu ada sekelompok siswi akademi sihir yang tahu rahasia fitur door crossing di sekolah?

Benar saja, setelah puas tertawa, Isyana berjalan menembus dinding. Tapi Isyana keliru saat mengira Nirvana tidak tahu akan rahasia fitur door crossing ini. Perspektif berpindah kepada sosok gadis berambut hitam itu, kening lebar akibat model poni terbelah duanya itu.

Ruang kebutuhan.

Di pagi buta dimana murid-murid masih bersiap-siap, kelas belum dimulai, kira-kira apa yang dilakukan beberapa orang. Saat Isyana memasuki ruang kebutuhan adalah beberapa orang yang sedang sarapan dan meminum teh panas.

"Terakhir kali aku kesini, guru dan kepala sekolahnya masih menjadi murid." Isyana memasang senyum yang menjengkelkan.

"Apa--"

"Oh, tidak...."

Satella dan Minerva sama-sama memberi respon cemas. Sementara Isyana meledek dengan gestur mengangguk dan tersenyum.

"ORANG INI!" Minerva menunjuk dengan perasaan cemas.

"Aku hampir lupa bahwa semalam kita kan makan bersama-sama." Bahkan Violetta pun memejamkan matanya, membentuk raut wajah yang cemas.

"Takut dikata-katain?" Isyana membentuk eskpresi wajah menjengkelkan.

Isyana berjalan ke meja yang posisinya berada di paling tengah ruangan.

"Tolong yang baik." Eris mulai bersuara.

Eris, adalah suku vanir dari Midgard. Eris termasuk dari sedikit dewa lemah yang selamat dari peristiwa Ragnarok di dua ribu tahun yang lalu. Selain penghuni Asgard maupun Vanaheim, ada entitas ras dewa lainnya. Mereka berpotensi menjadi musuh dari penghuni Asgard dan Vanaheim.

Selain dari dua alam tersebut, ada entitas yang merupakan keturunan dewi NYX sang dewa primordial. Anak-anak dari dewi NYX merupakan ras dewa yang bahkan menjadi ancaman bagi penghuni Asgard. Pada masa jayanya, dewa Odin bahkan segan kepada entitas seperti dewi NYX.

Kembali ke perspektif Isyana.

Isyana sudah mendekati teman-teman semasa sekolah nya dulu. Dengan tingkah random, ia menunjuk satu per satu teman.

"Kamu--"

"Huh?"

Awalnya Isyan menunjuk kearah Violetta.

"Jalani hidup dengan lebih semangat lagi! Lihatlah wajahmu itu, terlihat mengantuk sepanjang saat. Baru melihat wajahmu aku yakin sepanjang hidupmu kamu habiskan dengan bermalas-malasan."

"Sebenarnya aku orang tekun loh!"

Atas kritikan Isyana, Violetta mengedutkan alisnya.

"Itu kan bawaan lahir." Satella berbisik.

Lantas Isyana langsung beralih kepada Satella, "Kamu juga!"

Isyana menunjuk kearah Satella, sehingga Satella tersentak kaget.

"Kok aku--"

"Scenario jahat apa yang kamu lakukan? Kejahatan yang kamu lakukan tuk dapat kepemilikan tempat ini! Bagaimana bisa, sekolah ini menjadi domain milikmu hei! Monster berparas anak-anak!" Isyana pun menceramahi Satella dengan mode toxic.

"Hu-- ha.... kenapa terjadi--"

"Ya ampun, dia mulai lagi."

Satella berteriak heboh, Minerva berbisik kesamping nya.

"Ak-- aku bukan monster! Aku juga bukan anak-anak! Aku sudah berusia dua puluh tahun!"

Setelah bersuara heboh, Satella kelelahan, mencari napas sebanyak mungkin.

"Domain ini--"

Minerva dan Violetta memegang pundak Satella, seseorang mengusap punggung Satella agar mereda.

"ADALAH SEBUAH HIBAH! DASAR MULUT JAHAT...."

"Ya ampun, keterlaluan." Minerva sampai geleng-geleng kepala.

"Dasar siswi tidak berbakat! Mantra sihir mu sama lemahnya dengan siswi kelas satu tau!" Satella membalas karena kesal. Tapi Isyana memberi ekspresi yang menyebalkan seolah dirinya tak terpengaruh.

"Emang iya, masalah kah? Lagipula aku yang sekarang adalah seorang Kineser yang kuat. Bodo amat mantra sihirku lemah, persetan dengan magic power dan statusku sebagai generasi kedua dalam keluarga ahli sihirku. Lagipula aku seorang Kineser, bukan magic caster." Isyana membalas dengan nada dan wajah yang menjengkelkan.

Satella akan melangkah dan menjambak Isyana. Satella kewalahan menjambaknya. Nyatanya, rambut Isyana menjadi keras dan sangat bertenaga.

"Orang bodoh mana yang mau menjambak pengguna Chaetokinesis? Dua bulan pasca kelulusan aku mulai menemukan bakat ku sebagai Kineser melalui tes bakat, lalu aku mengembangkan pengendalian. Dan tahu tidak, pengendalian yang aku kuasai yaitu mengendalikan rambut dan juga gelombang suara."

Akhirnya Satella menyerah, duduk di sofa sambil menutupi kedua kupingnya. Yang lainnya menghela napas, berharap tidak mendapatkan kritik dari si mulut jahat ini.

"Kalau guru konseling nya seperti ini, maka murid akan kapok membolos karena takut diceramahi," ucap Minerva.

Kini Isyana menunjuk kearah Minerva dan bersiap melakukan komentar jahat.

"Kalau kepala sekolah nya kamu, aku akan pindah sekolah. Katakan, siapa saja yang menjadi korban kegalakkan dari ratu tega?"

"BERISIK!"

Minerva melipat tangan dan memalingkan wajahnya. Tapi Isyana terus mengeluarkan komentar jahatnya.

"Kamu gak pake kutang kekecilan lagi kan? Hati-hati nanti ada yang mau keluar, atau setiap waktu harus membenahi posisinya. Dasar cewek semangka," ucap Isyana.

"KAMU TUH BUMI DATAR!"

"Eh, sudah-sudah...."

Kini Satella yang menenangkan Minerva.

"Jangan emosian, nanti kamu tidak punya pacar. Apakah Violetta akan berkata-- Aku meramalkan, Minerva perawan seumur hidup?" Isyana berlebihan dalam memberi komentar jahat.

"Kok bawa-bawa ramalanku?" Violetta pun melongo atas toxic nya Isyana.

Pada titik ini, Minerva segera melompat ke hadapan Isyana yang dari tadi berdiri.

Isyana menjerat kedua tangan Minerva memakai pengendalian rambut. Rambut Isyana menjadi seperti Kaguya, sangat panjang dan sekeras jarum. Seolah-olah rambutnya memiliki tenaga yang besar.

"Mau adu tenaga!" Minerva menatap sinis.

Minerva memakai semua tenaga, menarik mengayunkan rambut. Isyana pun dibuat seperti wahana kuda yang memutari nya. Kemudian diakhiri dengan melemparkan rambutnya ke pintu.

Satella membantu proses pembullyan ini dengan membuka pintu door crossing.

Nirvana yang sedang berdiri di dekat jalur masuk pintu gaib, tertabrak Isyana yang dilemparkan keluar. Akhirnya mereka pun tersungkur.

Empat menit mencari keputusan masuk ruangan rahasia atau tidak, tau-tau kena getahnya.

"Aku kapok, aku kapok, aku kapok, aku kapok, aku kapok, aku kapok." Ceracau Isyana yang masih terbaring dengan mata berputar-putar karena pusing. Isyana mendapatkan sensasi mabok wahana.

~Bersambung~