Chereads / Justice sword (Revisi) / Chapter 42 - Perjanjian dengan sang assassin

Chapter 42 - Perjanjian dengan sang assassin

Di kerajaan terdapat empat akademi sihir. Setiap akademi punya perbedaan. Akademi yang ada di kerajaan adalah Griffin Quen di Geffenia, Blue Rose di kota Juno, Akademi Tristan di ibu kota Las Castella, Akademi knigth Atria kota Ivalice.

Yang terakhir punya build unik yang disebut build knigth mage.

Berikut adalah mata pelajaran di akademi Griffin Quen.

Mata pelajaran Ramuan, mantra, terbang, astronomi, transfigurasi, sejarah sihir, pemeliharaan satwa ghaib, astronomi, pertahanan terhadap ilmu hitam, ramalan.

Setelah mata pelajaran umum itu, ada pelajaran spesialisasi yang mengacu pada build white mage, black mage, red mage, green mage. Setiap akademi punya build masing-masing.

___________________________________________________

Seorang siswa kelas tiga berambut pirang baru saja memasuki ruangan guru, yaitu pembimbing konseling. Jovan duduk dan menatap angkuh kepada guru pembimbing konseling yang baru. Gadis ramping yang berambut hitam terbelah poninya, tubuhnya kelewat ramping hingga lebih kurus dari Satella. Isyana tersenyum penuh arti.

Sementara Jovan tersenyum angkuh dan membuka dengan komentar negatif.

"Ada perlu apa?" Tanya Isyana.

"Jadi ini, guru konseling yang baru? Cuma kalangan bumi datar," ucap Jovan.

"Wha-- what, bumi itu kan bulat." Isyana menimpali.

Kemudian Isyana terdiam sejenak, dan memikirkan artinya. Tiba-tiba Isyana jadi berdelusi, teringat kata-kata ejekan.

"Tapi yang kulihat daratan, bukan bumi."

Isyana tersentak kaget saat mengingat. Seolah-olah ada petir seukuran benang menyambar ujung kepalanya.

"Sakitnya tuh disini," gumam Isyana.

"Sudah lupakan. Aku kesini karena surat panggilan dari kepala sekolah." Jovan pun menjelaskan.

"Dasar, orang galak itu tidak bertanggung jawab." Isyana mengomel sendiri.

Isyana membuka buku catatan sebesar genggaman tangan.

"Kamu Jovan von Ainsworth?"

"Iya benar."

Isyana membaca catatan. Itu berisikan kasus-kasus pelanggaran murid.

"Berkelahi secara ilegal diruang duel ya? Jikalau merasa lebih hebat, kenapa kamu tidak berduel secara resmi saja? Ataupun bertarung di arena koloseum dengan para penyihir kuat lainnya."

Isyana membaca kasus pelanggaran dan memberikan komentarnya. Jovan langsung menyanggahnya.

"Kamu salah sangka. Ini masalah personal dengan ras elves darah itu," ujar Jovan.

"Aku baru tahu, memang ada ras yang namanya elves darah?" Tanya Isyana.

"Elves darah adalah cabang dari ras elves. Mereka memiliki iris mata berwarna merah darah. Mereka memiliki kelebihan yang agak mengkhawatirkan. Setiap mereka memakai energi magis, akan tercampur dengan mana roh. Mana roh mereka berwarna merah darah, makanya disebut elves darah. Kerajaan elves pun mengucilkan mereka. Mereka hidup di dalam kamp konsentrasi, itu seperti penjara dengan kedok pemukim terkonsentrasi."

Setelah mendengar, Isyana mengangguk paham.

"Lantas ada masalah personal apa? Bisa jelaskan, kenapa kamu menganggu murid yang lain?" Tanya Isyana.

Jovan merasa, ini makin mirip dengan sesi interogasi.

Selanjutnya Isyana akan memberi Jovan terapi urat syaraf yang akan membuatnya kapok untuk membuat pelanggaran.

***************

Kebetulan Nirvana melewati lorong dekat ruangan pembimbing konseling. Nirvana melihat Jovan keluar dari ruang bimbingan konseling. Saat pertama kali keluar, Jovan terlihat dengan raut wajah bermasalah.

Seolah Jovan menghadapi sesuatu yang membuatnya stress.

"Guru pembimbing konseling yang baru mewakili mulut tajam seorang ibu cerewet. Cerewetnya tiga kali lipat dari ibuku sendiri. Ditambah lagi, kata-kata cukup toxic."

Jovan berjalan menunduk, ia mengeluh sepanjang jalan.

Jovan pun berjalan ke lorong sebelah kiri, kemudian datanglah Julius dari lorong sebelah kanan. Setelah Jovan keluar dari ruang bimbingan konseling, sekarang giliran Julius untuk diceramahi.

Sementara niatan Nirvana adalah untuk menuju ruang sang owner. Satella telah mengirimkan pesan telepati agar Nirvana menuju ke ruangannya.

Nirvana terus berjalan di lorong....

Orang yang mencarinya ada di depan pintu masuk. Di sana ada Satella dan Silvia Mercedes. Nirvana hapal betul jika sang kepala kesatria ada disana, maka Pegasus yang mengirimnya.

"Langsung saja! Ayo, ikut aku ke mansion utama!"

"Lagi?"

"Ah, iya, bawa juga anak itu!"

"Isabelle?"

"Iya, itu dia namanya."

Akhirnya Nirvana mengikuti sang kepala kesatria menuju tuannya.

****************

Mansion Charlotte, Las Castella.

Duke Pegasus sedang berada di ruang kerjanya. Mencelupkan pena bulu angsa ke botol penuh tinta hitam. Ia menulis kata dengan huruf yang tidak dikenal di bumi. Bukanlah alphabet, bahkan hurufnya ada segitiga, garis berliku dan sebagainya.

Sepertinya Duke Pegasus menulis surat formal pada kerabat, atau sekutu. Inilah sarana yang umum di era ini untuk bertukar pesan kepada orang lain.

Akhirnya Duke Pegasus menyelesaikan suratnya. Setelah memastikan tinta sudah benar-benar kering, Pegasus memasukkan kertasnya kedalam amplop. Menulis untuk siapa surat itu dituju.

"Masuk!"

Ketika Pegasus berseru pada seorang yang berada dibalik pintu, bahkan orang itu baru saja akan mengetuk. Ketika Duke Pegasus meminta orang itu masuk, jari si pengetuk berjarak satu centimeter dari pintu. Meski kaget, si pengetuk seperti sudah terbiasa. Adalah Silvia, sang kepala kesatria Keluarga Charlotte.

"Aku mengantarkan orang itu, kemari."

"Persilakan masuk!"

Ternyata kepala kesatria hanya mengantar tamu dari Duke Pegasus.

"Baik--"

"Satu menit dari sekarang, bawa anak itu kemari."

Silvia hanya mematuhi saja perintah dari pewaris keluarga Charlotte ini.

Lantas siapa orang itu?

Tidak lama masuklah seorang perempuan dengan muka bagian bawah ditutupi oleh selembar kain hitam semi transparan yang menutupi wajah bagian bawahnya. Cukup tinggi dan ramping dengan kulit gelap, atau hitam manis, tidak terlalu gelap. Tingginya masih dibawah Silvia. Wanita itu berambut ungu panjang dikuncir ekor kuda. Wanita tersebut memakai gaun hitam agak seksi, memamerkan bahu atletisnya. Anting bulat besar di kedua kupingnya.

"Selamat datang assassin."

"Langsung saja, ya!"

Ternyata yang diundang Pegasus ke dalam ruang kerjanya, adalah seorang assassin.

"Sepertinya kamu seorang assassin yang sangat ahli."

"Itu, sudah jelas kan."

Mereka duduk dan saling berhadapan satu sama lainnya. Pegasus kelihatan membaca buku artefak sihir miliknya. Buku yang bisa membuka jalannya permainan, buku guide book kehidupan. Cara kerja ini seperti buku guide book dalam video game. Cara kerja artefak ini, seperti kunci jawaban seluruh teka-teki puzzle dalam video game, dan semua rahasia tersembunyi dalam game dapat dibocorkan. Tentu ini bukan game, melainkan analogi nya demikian persis.

"Jadi, kamu adalah Roxanne, kan?" Tanya Pegasus.

Assassin wanita itu terkejut atas identitas yang diketahui lawan bicaranya. Sebagai seorang assassin, ia biasa memakai nama palsu. Roxanne tidak terbiasa memberikan nama asli pada sembarang orang, termasuk kepada rekan misi atau orang-orang dalam misinya. Nama aslinya, tidak sembarangan orang bisa tahu.

"Bagaimana--"

"Adikmu Isabelle, saat ini bersekolah di akademi Griffin Quen."

"Mustahil...."

Roxanne geleng-geleng kepala, ia heran tentang kenapa orang lain bisa dengan mudahnya tahu identitasnya. Roxanne perlahan mulai hati-hati, cemas dan mulai waspada pada lawan bicaranya. Roxanne mencurigai Duke Pegasus.

"Tidak usah cemas, kamu adalah sekutu bagiku."

"Sekutu bagi mu? Menjadi sekutu seorang bangsawan kerajaan ini, ya. Sepertinya aku mencium banyak harta disini. Aku adalah assassin kelas atas, rate ku untuk dapat mengeksekusi target sangatlah tinggi loh. Katakan, siapa targetnya?" Tanya Roxanne.

"Assassin ahli dalam hal membunuh, kan. Bagaimana kalau seorang assassin punya tugas melindungi seseorang dari assassin lainnya," ujar Duke Pegasus.

"Assassin melawan assassin? Sepertinya menarik," ucap Roxanne.

"Sebagai seorang assassin papan atas, pastinya kamu khawatir saingan sesama assassin atau musuh-musuh mu akan melukai keluargamu kan? Tenang, karena keluargamu akan kami beri perlindungan apabila kamu menjadi sekutuku." Pegasus mengajukan kerjasama.

"Ah, iya, adikku yang lucu sangatlah rapuh. Jika ada asuransi bahwa adikku tak akan terlibat oleh pekerjaan ku dan tidak terlibat bahaya maka aku senang. Aku mau yang seperti itu." Roxanne terlihat senang atas tawaran itu. Menyukai usulan bahwa adik perempuannya akan dijaga agar aman.

Duke Pegasus sesekali melihat ke arah jam kayu setinggi lemari. Seolah-olah Pegasus sedang menunggu jarum menit dan detik terhenti di angka tertentu. Sesuai prediksi artefak guide book miliknya.

Seperti sebelumnya, sebelum seorang yang berdiri dibalik pintu sempat mengetuk, Duke Pegasus telah mengetahuinya.

"Masuklah!"

Pintu pun terbuka, dengan seorang yang menggaruk-garuk kepalanya. Merasa aneh dengan hal cenayang itu. Tapi Pegasus bukanlah paranormal atau indigo, ia punya artefak buku yang bisa memprediksi suatu kejadian. Alih-alih memiliki kemampuan paranormal, buku artefak nya lah yang memiliki kemampuan paranormal tersebut.

"Kamu bawa anak cute itu?" Tanya Duke Pegasus.

"Iya," balas Nirvana, seraya menutup pintu.

Nirvana menutup pintu tanpa membawa masuk anak yang dimaksud. Bukan, tapi memang sudah masuk. Di ruang tersebut terlihat ada tiga orang. Duke Pegasus dan Roxanne, lalu Nirvana.

Tiba-tiba....

"Huhu ... aku dibawa kesini. Iya, inilah aku, anak cute itu." Tau-tau seorang gadis cilik muncul, keluar dari penyembunyiannya.

"Isabelle...." Roxanne menunjukkan suka citanya. Merentangkan tangan, kemudian Isabelle pun datang melompat ke arahnya untuk memberi pelukan kepada kakak perempuannya.

Semula Isabelle memasuki ruangan ini dengan sihir invicible. Kemudian Isabelle segera membuka kedok penyembunyian untuk memberi kejutan pada kakaknya.

"Aura penyembunyian mu makin senyap. Kakak hampir tidak menyadari, huh dasar tuyul kecil." Roxanne mencubit pipi adik perempuannya agak gemas campur kesal. Cubitan yang keras sampai-sampai Isabelle kewalahan dan meronta.

"Udah dong, kakak!" Isabelle meronta, memprotes.

Isabelle berjalan ke sisi lain, sementara Roxanne terdiam sejenak di kursinya.

"Tenang saja, adikmu dalam pengawasan kami," ucap Duke Pegasus.

"Ah, kak Nirvana selalu menjaga diriku loh kakak. Selalu bertanya, apa ada orang yang menggangguku. Isabelle jadi merasa aman loh." Isabelle tidak henti menampakkan sisi periang nya.

"Aku senang mendengarnya." Roxanne tersenyum, menampakkan rasa lega.

***************

Waktu berlalu, sore pun tiba. Di sana Duke Pegasus berjalan di depan mansion sambil melihat artefak nya.

"Tidak perlu invicible, jika ingin melakukan pengawalan maka tunjukkan saja dirimu, Roxanne!"

Tau-tau Roxanne si hitam manis dengan lekukan tubuh seksinya muncul di sebelah kanan Duke Pegasus.

"Dari mana kamu tahu? Apa kamu punya kemampuan sensor?" Tanya Roxanne.

"Artefak sihirku, algoritma guide book bisa meramalkan masa depan," jawab Pegasus.

Kemudian Roxanne mulai bertanya sesuatu yang penting.

"Big Mama memerintahkan juniorku tuk mengawasi adikku. Secara tidak langsung membuatku tidak tenang. Seolah ia ingin menggertak lewat adikku. Seolah berkata, Kamu harus menjalankan lebih banyak pekerjaan yang sulit dan pantang gagal, adikmu kami pantau. Aku tidak bisa begitu saja membiarkan adikku dijadikan jaminan supaya aku menjadi anggota serikat yang patuh dan patuh mutlak."

Roxanne mengutarakan unek-uneknya.

"Tentang para assassin kelas bawahan, detasemen kami sudah mengeksekusi semuanya. Sehingga mereka gagal untuk menjadikan adikmu sebagai tawanan."

"Ah, aku berterimakasih pada anda tuan bangsawan. Aku juga berfikiran untuk meninggikan serikat assassin. Tapi aku menunggu kesempatan untuk itu terjadi."

Duke Pegasus mengangguk atas keinginan Roxanne.

"Ajak juga rekanan lain yang mau pergi. Nantinya akan ada skema dimana kita akan membebaskan orang-orang yang terikat dengan serikat assassin."

Akhirnya Roxanne tahu bahwa Pegasus memiliki niatan baik.

Apakah di tanah yang dikelola oleh klan Charlotte, tanah sekelas duchy dengan unit militer kebangsawanan punya detasemen yang cukup kuat untuk berhadapan dengan serikat assassin. Mungkin detasemen itu adalah kumpulan magic archer seperti spesialisasi yang Starla miliki, mungkin.

Mungkin suatu saat, detasemen yang ada dalam militer Charlotte akan berperang melawan serikat assassin.

~Bersambung~