Pasca insiden terlukanya seorang siswi, Nirvana pergi menjenguknya diruang rawat sekolah.
Memasuki ruang rawat inap dan mencari letak dari siswi berambut ungu. Di sana ada siswa berambut perak duduk, disisi Anna. Anna masihlah terlelap, belum sadar.
"Kenapa jadi begini?" Nirvana mendatangi lokasi Anna. Ruang perawatan yang disekat tirai.
Nirvana berdiri, menatap siswi berambut ungu yang terbaring di dalam perawatan.
"Ia menjalankan tugasnya dengan baik, sebagai prefek sekolah," ucap Julius.
"Benarkah," balas Nirvana.
"Silahkan duduk." Julius segera berdiri. Mempersilahkan Nirvana duduk di sisi Anna.
"Namaku Julius Eclaire. Aku telah diselamatkan dari duel yang tak penting. Aku tersulut, aku terima tantangan berduel dengan Jovan von Ainsworth. Anna datang mencegah kami," ujar Julius.
"Aku senang mendengarnya," balas Nirvana.
Menatap kearah Nirvana. Julius sedikit takjub, akan cara Nirvana menghargai tindakan seseorang.
"Ia juga sangat membanggakan seseorang. Yaitu sosok yang telah memberinya kepercayaan pada dirinya," ucap Julius.
"Aku mulai suka dengan Anna," gumam Nirvana, seraya mengelus rambut berwarna ungu purple itu.
"Aku mohon pamit. Titip ucapan terimakasih ku kepadanya." Julius memberi gestur hormat sebelum meninggalkan ruangan.
Nirvana ada disana sampai waktu berganti malam.
***************
Hari sudah malam, Nirvana masih duduk disana. Kursi ada di sebelah ranjang pasien. Menjaga Anna, lalu sesuatu datang menyapa.
"Anna cantik kan."
Nirvana menoleh, terkejut oleh sosoknya.
"Kamu lagi?" Nirvana jengkel.
"Kamu, kenapa kamu seperti itu padaku? Harusnya kamu tidak memanggilku seperti ini, kalau aja tahu siapa aku." Sosok dengan gaun tidur hitam tipis, mengeluh.
Elves goddess menemui Nirvana untuk kesekian kalinya.
"Satu tahun lagi Anna, bakalan sangat cantik loh. Pada usia 17 tahun Anna akan sangat cantik. Pada usia 18 tahun, kecantikan Anna gak ada lawannya. Kamu tidak merasa rugi setelah dua tahun menghabiskan waktumu bersama Anna." Elves goddess, berpendapat.
"Ya." Nirvana, sedikit cuek.
"Kata perawat, sejak sore kamu mandangin Anna terus. Emangnya Anna boneka porselen apa?" Elves goddess berbisik dengan ekspresi genitnya.
"...." Nirvana menoleh kearah elves goddess, menatap jengkel.
"Ulala.... Aku jadi berdelusi dan membayangkan kalau pasangan ku berubah ke versi tsundere. Aku gak sabar cerita kepada pasanganku nantinya, saat aku pulang." Elves goddess berdiri melipat tangannya sambil menggoyang-goyangkan tubuhnya dengan gestur genitnya.
"Kamu punya pasangan?" Tanya Nirvana.
"Aku sudah menikah. Tapi aku rasa ada rahasia yang mengejutkan mu nantinya," ujar Elves goddess.
Nirvana jadi tambah penasaran tentang identitas elves goddess.
"Siap-siap nego dengan hantu ya!" Elves goddess memijat pundak Nirvana, dengan pijatan lembut.
"Nego dengan hantu?" Nirvana tak mengerti.
"Nanti Vio, akan datang padamu," jawab elves goddess.
Nirvana menoleh kebelakang setelah elves goddess berhenti memijat pundaknya.
"Apa katamu? Jangan hentikan, ya. Sudah kuduga. Aku belajar teknik pijatan dari seorang selir raja loh." Elves goddess melanjutkan pijatan lembut dipundak Nirvana.
"Uh--" Nirvana semakin gelisah.
"Ini bagian terbaiknya!" Selagi memijat lembut, elves goddess mendorong-dorong tubuhnya kedepan. Membuat pegunungan besarnya menekan-nekan pada punggung Nirvana.
"Ap-- apa, apakah kamu mengenal Violetta?" Tanya Nirvana, sangat canggung.
"Kami berteman." Elves goddess semakin intens mendorong. Elves goddess semakin keras memberi tekanan lewat daging kenyal.
"Bi-- bisa hentikan itu?" Nirvana semakin canggung.
Melepas tangan, sedikit mundur. Merentangkan tangan selebar mungkin. Elves goddess terkekeh.
"Aku sudah mandi!" Elves goddess segera memeluk Nirvana dari arah belakang. Dekapan yang sangat erat. Bahkan sampai bergeser ke kanan dan ke kiri.
"Ada apa ini!" Nirvana menegur.
"Hanya sedikit fan servis." Elves goddess bernada sarkastik.
Setelah beberapa saat, cukup lama, akhirnya elves goddess melepaskan dekapan manjanya.
"Aku pulang."
Ketika Nirvana menoleh, sosoknya sudah menghilang.
Elves goddess telah pergi. Tak lama datanglah seseorang.
"Sudah kuduga! Kamu pasti sedang berada disini," kata Violetta.
"Ada apa?" Tanya Nirvana.
"Sebentar lagi waktu makan malam loh. Mari pergi ke ruang perjamuan segera!" Violetta melipat tangannya.
"Sebentar lagi," kata Nirvana.
"Tinggalkan saja dulu sebentar!" Violetta menarik paksa tangan Nirvana. Entah mengapa, meski kelasnya adalah caster tapi otot lengannya sangat kuat.
Kekuatannya persis seperti betapa jangkung dan berisi tubuhnya, agak atletis juga untuk ukuran bukan petarung fisik jarak dekat. Violetta berhadapan dengan Nirvana. Itu bertata muka sangat-sangat dekat.
Tau-tau Violetta mengendus.
"Kamu bau Stella?"
"Apa?"
Nirvana tak paham dengan yang dikatakan Violetta.
"Seperti kalian habis menyatu saja. Apakah anak itu puber terlalu dini untuk ukuran elves? Aku mencium aroma Stella pada tubuhmu," kata Violetta.
"Aku baru bertemu Satella pagi. Sekalipun aku belum melakukan kontak fisik. Bahkan memegang tangan pun tidak," balas Nirvana.
"Kita pergi keruang perjamuan sekarang!" Violetta menarik lagi lengan Nirvana.
"Baiklah," balas Nirvana.
"Tengah malam, temui aku lagi!" Violetta memaksa.
"Ada apa nanti, tengah malam?" Nirvana melamun sambil terus melangkah.
**************
Lorong sekolah.
Tepat tengah malam, Nirvana ada dilorong. Nirvana janjian dengan Violetta, si gadis paranormal itu.
"Hei, hei...." Suara datar, Violetta tau-tau ada dibelakang Nirvana. Memegang bahunya, caranya yang muncul tiba-tiba sukses membuat Nirvana kena serangan jantung.
"COPOT!" Nirvana terkejut.
"Waktunya uji nyali! Bertemu lagi dengan saya. Pembawa acara ini, Violetta Luciana. Silahkan duduk, berkomunikasi pada kamera. Jika menyerah, tolong lambaikan saja tangan kearah kamera." Violetta berakting sebagai cewe paranormal yang menjadi pembawa acara di saluran uji nyali.
"Dari mana kamu datang!" Nirvana jengkel.
"Aku kan pengguna transfigurasi berwujud kabut hitam. Dengan perwujudan sihir transfigurasi berkualitas expert, kehadiran ku mustahil terungkap," kata Violetta.
"Untung saja kamu orang baik ya. Kalau orang sehebat kamu menjadi jahat, maka kerajaan ini bakalan menderita." Nirvana terkekeh.
"Kalau begitu, terimalah proposal lamaran dariku. Kalau ditolak, aku akan jadi orang jahatnya." Violetta bergurau dengan nada datarnya.
"Proposal lamaran?" Tanya Nirvana.
"Aku melamar mu untuk menikah!" Canda Violetta.
"Kebalik!" Nirvana mengerutkan kening.
"Di dunia ini, emansipasi itu nyata loh," balas Violetta.
Nirvana terdiam, canggung.
"Jangan canggung!" Tegur Violetta.
"Ngomong-ngomong, kamu tahu acara tv, kamera, sampai saluran dunia lain itu dari mana?" Tanya Nirvana, disertai rasa jengkel.
"Aku menerawang kamu. Sekalian mencerna segala pengetahuan yang kamu punya," balas Violetta.
"Termasuk--"
Violetta memotong kata-kata dari Nirvana.
"Termasuk pengetahuan negatif!"
Nirvana terbungkam, malu.
"Oke langsung ke intinya! Jadi, apakah kamu siap bernegosiasi dengan hantu?" Tanya Violetta.
"Negosiasi dengan hantu?" Tanya Nirvana.
"Kalau begitu, ayo!" Tanpa nunggu balasan, Violetta memaksa untuk diikuti.
Mereka berjalan kesatu lorong yang gelap. Bebatuan bercahaya, redup disana. Harusnya itu terang, tetapi energinya seperti diserap sesuatu.
"Para hantu kadang membuatnya redup," gumam Nirvana.
"Pengetahuan dari saluran acara paranormal kan." Violetta memberi tebakan.
Yang mereka lihat adalah sosok pelajar bertubuh perak. Terjebak didalam lingkaran sihir yang agak menyala. Rona glow in the dark. Di sekitar lingkaran sihir itu terdapat cahaya emas dari sihir Excorcism.
Sosok manusia remaja bertubuh perak ke abu-abuan.
"Hantu adalah jejak dari jiwa mahluk yang pernah hidup. Hantu biasanya keturunan penyihir. Mereka berdaging, daging roh--"
"Aku tahu apa itu hantu."
Karena Nirvana memotong, maka Violetta melotot sebal.
"Aku sedang mencoba jadi seorang pengajar. Kelas ilmu pertahanan terhadap ilmu hitam. YOU KNOW!"
Akhirnya Nirvana pasrah, diam menyimak.
"Hantu tidak dapat memiliki banyak pengaruh fisik. Mereka terlihat, dan muncul sebagai penampakan perak keabu-abuan dari diri mereka yang dulu hidup. Mereka melewati benda padat tanpa merusak diri mereka sendiri atau material, akan tetapi menciptakan gangguan pada air , api dan udara. Suhu turun di sekitar hantu. Kehadiran mereka juga bisa mengubah api menjadi biru."
Violetta pun tersenyum penuh arti pada Nirvana. Sementara Nirvana memandang kagum kepada sosok pengajar berbakat ini. Violetta pun melangkah, mendekati hantu nya.
"Lepaskan aku!" Hantu merengek.
"Namamu!" Violetta memandang hantu dengan aura kejam. Seolah Violetta yang membuat hantu jadi ketakutan bukan sebaliknya.
"Namaku Casper." Hantu merasa takut dengan Violetta.
"Dulunya kamu apa?" Violetta bertanya.
"Dulunya aku pelajar kelas dua! Kemudian mati karena ledakan diruang alkimia sihir." Casper menerangkan kronologi kematian.
"Baiklah Casper. Kamu punya dua pilihan! Pertama, menjadi artificial spirit. Kedua, aku bunuh dengan mantra Excorcism!" Ancam Violetta.
"Ba-- baiklah. Aku mau dijadikan artificial spirit," jawab Casper.
"Perkenalkan partner mu!" Tangan Violetta menunjuk Nirvana.
"Namaku Nirvana!"
"Aku Casper!"
Mereka saling berkenalan, berjabat tangan. Setelah berjabat tangan, Nirvana melihat telapak tangannya dan merasa jijik. Pada telapak tangannya ada lendir kehijauan.
***************
Hari pun maju sehari. Anna masih belum sadarkan diri. Jam sepuluh malam Nirvana menemui Violetta. Violetta memberikan batu kristal pemanggilan spirit kelas major.
Ahli sihir dapat memanggil enam minor spirit sekaligus. Sementara untuk major spirit, mereka hanya dapat memanggil satu. Ahli sihir memanggil beberapa minor spirit berbeda element tuk memadukan element mantra. Dengan kombinasi minor spirit, mereka menciptakan perpaduan mantra element. Ini akan menjadi build yang akan muncul di arc mendatang.
Mantra sihir bisa dipadukan, fusion spell.
Misalnya mantra line untuk dua perpaduan elemen, triangle untuk perpaduan tiga elemen, square tuk memadukan empat elemen yang berbeda. Sejauh ini hanya empat elemen sihir yang bisa dipadukan.
"Kamu tahu cara memanggil spirit kan?" Tanya Violetta.
Nirvana mengangguk dan menatap Violetta, lalu berkomentar.
"Apakah spirit ini untukku?" Tanya Nirvana.
"Tentu saja." Violetta tertawa kecil.
Memegang batu kristal katalis pemanggilan. Sebenarnya kristal katalis juga berfungsi sebagai rumahnya roh. Di dalam kristal, mereka bisa menyerap mana dari alam, meregenerasi mana point.
Lingkaran sihir, artificial spirit muncul.
Artificial spirit sekilas mirip wujud Casper. Hantu ini punya beberapa skill bawaan yang tidak dimilikinya ketika belum jadi artificial spirit lainnya.
"Darimana Violetta tahu akan pengetahuan ini?" Gandalf berbisik. Mempertanyakan kenapa orang seperti Violetta tahu caranya mengubah hantu menjadi wujud artificial spirit. Yang lebih umum biasanya teknik merubah monster ataupun binatang sihir menjadi artificial spirit. Sementara yang dilakukan Violetta, bukan hal yang umum.
"Yo ... Nirvana." Casper menyapa.
"Panggil ia dengan sebutan rekan!" Perintah Violetta.
"Baik ibu guru," balas Casper.
"Hai rekan," seru Casper.
"Ya?"
Setelah Nirvana memberi sahutan, Casper menjelaskan.
"Sebagai major spirit, aku punya beberapa skill. Aku juga dapat berganti ke posisi pasive, sehingga tidak menjadi feeder karena aku tergolong spirit yang lemah dan mudah mati. Daging hantu ku ini darahnya tipis. Mana point yang kumiliki juga sangat tipis. Tetapi diriku punya keunggulan--"
"Nanti saja tutorialnya!" Violetta memotong.
"Yes, mom." Casper menunduk.
"Ayo bubar!" Violetta menyudahi.
Nirvana kembali ke dormitori. Spirit masuk kedalam rumahnya, di dalam kristal putih.
~Bersambung~