Chereads / Justice sword (Revisi) / Chapter 49 - Faksi iblis Diablo

Chapter 49 - Faksi iblis Diablo

Balai kota.

Tidak ada kendala bagi Casper tuk masuk kedalam gedung balaikota. Tidak ada seorangpun yang dapat melihat, bahkan merasakan hawa keberadaan Casper.

Jelas karena ia adalah hantu....

Di dalam ruangan ada iblis betina yang bertanduk, kulitnya ungu, perawakannya sangat jangkung. Seorang setengah iblis sedang duduk bersamanya, ia menikmati minuman.

Casper berdiri dibelakang peminum yang sedang duduk santai dikursi dekat meja bartender.

"Permisi, boleh aku tanya?" Casper berbisik kearah bartender.

"Tanya saja." Bartender sedang meracik minuman dengan metode shakes.

"Siapa penguasa di desa ini?" Tanya Casper.

"Kamu pasti orang baru ya. Sang penguasa adalah raja iblis Diablo. Kamu lihat pria yang lagi duduk diarah jam satu dari pandanganku. Jangan menatapnya seperti itu atau kamu menyinggungnya. Dia pria bertanduk itu dengan pakaian khas ahli sihir. Itulah sang penguasa tempat."

Saat menjelaskan, bartender masih fokus mengocok minuman yang diracik olehnya dalam botol kocok.

"Terimakasih," ucap Casper.

"Sama-sama--" Bartender kaget setelah melihat tidak ada yang berhadapan dengannya.

"Orang tadi kemana? Seperti hantu saja." Bartender dengan nada yang bergurau.

Mulai saat ini Casper duduk dan menguping didekat Diablo.

Casper berfikir, kenapa balaikota dirubah menjadi seperti bar?

Casper masih menunggu.

Empat jam berlalu. Seorang berseragam butler datang untuk melaporkan sesuatu kepada Diablo. Casper bergerak mendekat untuk menguping perkataan mereka.

"Para tamu akan segera tiba, tuan Diablo," ucap butler.

"Persilahkan mereka masuk dan usir saja orang yang bukan tamu undangan. Kalau menolak, ancam mereka bahwa kamu akan melaporkan mereka kepada ku!" Diablo memberi perintah.

"Akan ku laksanakan." Butler pun segera bergegas.

Casper masih menunggu kelanjutannya.

Sekumpulan orang pun datang dengan rombongannya masing-masing.

Casper melihat dengan baik. Ada seorang dengan taring dan mata seperti pamvire. Tepat dipunggungnya membawa pedang great sword. Pedangnya yang sangat besar sekali. Ia memakai jaket kulit warna biru.

"Komplotan pamvire yang kulihat waktu di desa Anvile. Baik, lihat ada siapa lagi," bisik Casper kepada dirinya sendiri.

Diablo berdiri dan merentangkan tangan kearah kelompok pamvire tersebut dengan antusias.

"Inikah para pamvire," seru Diablo.

Pamvire pirang berjaket biru itu berdiri menatap Diablo.

"...." Pamvire masih silent.

"Aku adalah raja iblis Diablo, jadi silahkan nikmati perjamuan ini." Sang tuan rumah memberi sambutan.

"Sehebat apa raja iblis Diablo itu?" Ketua pamvire menatap sinis.

"Kamu tahu, pelaku penyerangan Geffenia, kemudian kementerian sihir? Akulah yang melakukannya." Diablo membanggakan diri.

"Kalau begitu perkenalkan, kami adalah demon hunter. Namaku adalah Adrian Jeageris Helsinki. Namun Alucard adalah julukan ku. Salam perkenalan, raja iblis Diablo." Alucard segera duduk.

"Permisi, demon hunter? Kalian memburu diriku?" Diablo bergurau.

"Demon hunter adalah kelompok pemburu bangsawan pamvire dan tujuan ku adalah membunuh raja pamvire. Julukan ku Alucard bukan tanpa alasan! Alucard kebalikan drakula, yaitu aku sebagai cermin untuk ayahku. Dimana pamvire tak memiliki wujud di cermin. Akulah wujud cermin dari ayahku, akulah yang akan membunuhnya!" Alucard menyatakan penuh rasa emosional.

"Permisi, kenapa kamu berniat membunuh ayahmu sendiri? Aku tidak mengerti, hei, Alucard?" Diablo bertanya, alisnya berkedut.

"Karena ayahku lah penyebab cintaku membenciku. Cinta masa kecilku. Wanita salju, putri salju. Bukan, tapi elves salju ku. Stella ku membenciku. Semua karena ayah Drakula yang hanya peduli dengan ambisi buta nya. Gara-gara keparat tua itu aku dibencinya." Alucard murung.

"Putri salju, Stella ya? Apa aku kok familiar. Putri kecil, bangsawan Charlotte, lalu gaun hitam, rambutnya yang panjang berwarna perak. Apa itu Stella yang kamu maksud?" Tanya Diablo.

"Iya, benar raja iblis. Aku ingin membawakan jasad ayahku pada Stella ku sebagai balas dendam untuknya. Agar menghilangkan kebenciannya padaku. Tak peduli berapa tahun pun, aku tunggu!" Alucard bertekad, dengan senyum di wajahnya.

"Pamvire dan elves, mereka abadi," gumam Diablo.

Casper pun mendekat agar lebih jelas menguping.

"Ambisi drakula?" Gumam Diablo, dengan nada lebih jelas.

Hanya seorang raja dikalangan pamvire saja yang boleh disebut sebagai sang drakula.

"Ayahku berambisi mengalahkan generasi pedang naga suci. Para pewaris Keluarga Scarlett, suku rambut merah. Adalah klan pendekar pedang tersohor dikalangan umat manusia. Ambisinya membuatnya sinting!" Alucard uring-uringan.

"Aku juga pernah bertarung sekali dengan pedang naga suci. Aku pun dikalahkan olehnya. Pedang naga suci itu bukan lawan sembarangan. Sangat kuat dan terlalu kuat," ujar Diablo.

Para pengikut Alucard pun memberi gestur seperti mengiyakan. Tidak satupun pamvire pengikut Alucard menyanggah pernyataan Diablo.

"Tapi bersatu kita kuat!" Diablo mengangkat gelasnya.

"Mohon maaf raja iblis. Aku tidak tertarik dengan mengalahkan sang pedang suci. Sedikitpun aku tidak tertarik!" Pernyataan Alucard.

"Mungkin aku akan berpartisipasi dalam berperang melawan drakula," ucap Diablo.

Alucard tersenyum penuh arti.

Tidak ada lagi obrolan lebih lanjut. Kesan pertama Diablo dengan para pamvire pun berjalan cukup baik Kelompok pamvire di sekeliling Alucard, ada enam belas orang.

Namun yang semeja dengan Alucard hanya tiga orang.

Tak lama, kelompok lain datang.

Sekelompok orang dengan jubah abu-abu. Masing-masing mereka membawa pedang merah seperti terbuat dari tembaga atau bahan sejenisnya. Entah bagaimana kulit mereka dibalut perban putih.

"Kenapa mereka pakai perban?" Bisikan Orang-orangnya Alucard. mereka mulai membicarakan kelompok baru.

"Selamat datang para sekutu ku, dari alam muspellheim!" Diablo memberi sambutan yang antusias.

"Sekutu lama ku, raja iblis Diablo. Menurut kabar yang ku dengar, Lucifer mengkudeta tahta mu sebagai raja neraka?" Orang-orang dari alam muspellheim masing-masing telah mengambil duduk. Sang penguasa alam muspellheim berbicara akrab dengan Diablo.

"Benar sekali! Aku terbunuh sekali. Pengikut setia ku telah menghidupkan diriku kembali. Jiwaku dimasukan kedalam vassal manusia setengah demon. Walau vassal ku yang baru tidak sekuat dulu. Tapi ini masih sangat kuat kok." Diablo tampak akrab dengan raja muspellheim.

"Senang bisa bersekutu lagi," ucap penguasa muspellheim.

"Aku juga, Slurt raja muspellheim," balas Diablo.

Ada bisik-bisik dikalangan para pamvire.

"Sihir Relife? Sungguh aku ingin memiliki sihir mahakuasa seperti sihir itu." Para kelompok pamvire bisik-bisik.

Kemudian datang lagi, dua orang. Sepasang pria dan wanita.

Wanita ahli pedang dengan gaun kebudayaan Chinese. Ahli pedang memiliki rambut seperti wanita di kebudayaan Chinese. Semenjak seorang yang bersamanya pakai pakaian ala Nazi. Tak sedikitpun kulitnya terlihat, semua ditutup.

Laki-laki Nazi tersebut memakai masker gas anti racun, itu satu paket dengan helm nya. Seolah ia sedang mengendarai pesawat. Seolah ia adalah pilot angkatan udara Nazi.

"Hey, kamu tidak sedang menaiki biplane kan?"

"Hey kau, diam!"

Seseorang dari barisan pamvire bergurau, temannya menegur.

Jadi di universe ini sudah ada teknologi pesawat terbang selain airship zephelyn. Biplane adalah model paling kuno dari pesawat di bumi abad 21, disisi lain adalah yang paling modern di universe ini.

Republik western peradabannya sebanding dengan era steam punk. Lantas pesawat model kuno di era sekarang pakai bahan bakar apa?

"Aku pengen tahu rasanya naik biplane," bisik Casper.

Casper belum pernah melihat biplane selain dari buku. Karena kerajaan lebih memilih Griffin sebagai unit angkatan udaranya, jadi biplane adalah hal langka di Vilenchia.

"Dimanakah dewi helheim yang tercantik sejagad raya itu?" Diablo bertanya.

"Yang mulia Dark lord sedang ada urusan. Diriku ditunjuk mewakilinya kesini. Aku adalah tangan kanan paduka raja undead, niflheim. Aku adalah Robert Inggemar Bernard. Aku adalah Elder Lich!" Sang tangan kanan dari dewi kematian melangkah menuju barisan pamvire.

Berdiri dekat seorang yang tadi ketahuan membicarakannya.

"Aku bukanlah pilot biplane, jangan salah sangka dulu. Aku adalah undead!" Robert segera membuka helm, wajah undead nya diperlihatkan.

Pamvire itu terkejut.

"Zombie hidup!" Ia merinding.

Itu jelas skeleton. Matanya bersinar dengan rona merah, tanpa bola mata.

Mata undead yang menyeramkan, membuat merinding.

"Semakin sedikit yang kamu tahu, semakin bagus!" Elder Lich pun memakai helmnya kembali. Ia pergi menuju ke kursi awalnya.

Casper pun melihat satu persatu pihak yang hadir.

"Kelompok mumi hidup yang bisa berfikir seperti orang hidup, lalu kelompok Pamvire, skeleton yang mewakili raja undead. Inilah sarang Monster," bisik Casper.

Pelayanan di ruang bar balaikota mulai mengantar sajian.

Datanglah iblis ungu betina yang sangat jangkung. Adalah tangan kanannya raja iblis Diablo sendiri.

"Wanita jangkung, ungu bertanduk?" Casper memperhatikan.

Diablo didatangi tangan kanan sendiri.

"Tamu berikutnya sudah datang. Salah satu dari tujuh pangeran dari neraka. Sosok yang dulu menjadi jendral mu," kata Belphegor.

"Aku tidak percaya dengan para jendral pengkhianat itu!" Diablo bernada geram.

"Tidak, serahkan saja ini padaku." Tangan kanan Diablo dengan nada seolah pada pasangannya.

Datang seorang pria dengan zirah besinya tanpa helm, tak bawa pedang. Tapi malah membawa tongkat kayu. Perawakan cukup tinggi besar, sekitar 188cm. Rambutnya agak keriting, dengan warna hitam. Membawa pedang hiasan dipinggangnya.

"Tunjukkan wujud aslimu!" Diablo sudah mengetahui bahwa para jendral iblis yang terdahulu tidak satupun punya wujud yang menyerupai manusia. Para jendral punya wujud terkutuk layaknya iblis.

"Aku adalah Asmodeus!" Kesatria berambut ikal hitam memberikan gestur berlutut pada Diablo.

Dibelakang kesatria rambut ikal, Asmodeus, ada empat wanita yang lumayan cantik juga proporsional. Mereka wanita bak model dengan pakaian gaun penari timur tengah. Gaun penari ala kerajaan Persia peradaban bumi abad ke delapan.

Bisik-bisik terdengar dikalangan pamvire.

"Mereka wanita penari dari benua middle east?"

"Penari dengan tubuh molek. Aku akan mencuri satu dari si kesatria bejat itu."

"Menghadiri acara resmi dengan sekutunya, tetapi sambil membawa party haremnya? Apa-apaan raja Harem bejat ini!"

Asmodeus dalam wujud kesatria manusia menoleh ke barisan para pamvire. Bergetar, geram, marah, mengepalkan tangannya.

"Legiun pamvire, adalah sekutu berharga!"

Diablo menginterupsi, Asmodeus terhenti sejenak. Menoleh kearah Diablo, namun teringat kembali kata-kata para pamvire. Kembali memanas, Asmodeus melangkah kembali ke meja para pamvire.

"Aku tidak akan mentolelir kalau kamu berani macam-macam pada legiun pamvire!" Diablo menegur kembali.

Terhenti sejenak, Asmodeus pun berusaha meredam emosi. Tetapi mulai melangkah.

"KUPERINGATKAN!" Diablo dengan nada serius.

Asmodeus berdiri menunduk dan bergetar.

"Aku masih membenci para jendral yang terlibat pemberontakannya di masa lalu loh. Kalau kamu berani macam-macam dengan kelompok pamvire, aku sendiri yang akan membunuhmu, disini!"

Asmodeus menatap kearah Diablo dengan aura permusuhan.

"Memang kamu pikir aku tidak menyimpan kekecewaan pada mu atas kejadian masa lalu?" Diablo menatap Asmodeus. Aura permusuhan pun terasa diantara mereka.

"Bisa jelaskan, kenapa kamu membawa pengkhianat itu kemari?" Diablo menatap Belphegor.

Suasana bar menjadi agak hening karena ketegangan ini.

~Bersambung~