Sudah hampir dua minggu setelah bulan purnama kedua. Nirvana lagi makan siang bersama Anna.
Ruang kafetaria nampak ramai seperti biasanya.
"Angka kehadiran Anna sudah meningkat drastis loh kak." Anna tersenyum riang.
"Aku senang mendengarnya," balas Nirvana.
Tidak lama kemudian Mark datang menghampiri.
"Akhirnya ketemu juga." Mark pun mengatur napas.
"Ye ... orang gak jelas main datang saja.... Kehadiranmu sangat tidak diharapkan." Anna memberikan olok-olokan dengan jengkelnya.
"Berisik!" Tegur Mark.
"Ada apa?" Tanya Nirvana.
"Rekan kita, Rufus Flict menyita benda sihir milik antek-anteknya Ainsworth," ujar Mark.
"Antek-anteknya, siapa lagi itu?" Tanya Nirvana.
Anna segera memotong.
"Kakak gak tahu geng Ainsworth?" Anna dengan mimik terkejut.
Nirvana diam menatap Anna. Saat menyadari ketidaktahuan Nirvana, Anna mulai menjelaskan. Anna pun berdeham, lalu bercerita.
"Keluarga bangsawan Ainsworth. Putra pertama mereka bersekolah disini. Namanya adalah Jovan von Ainsworth. Dia memiliki pengikut sesama anak kelas tiga. Merekalah antek-antek putra Ainsworth itu."
Nirvana menyimak penjelasan dari Ainsworth.
"Bisa-bisanya dia menyita benda sihirnya pengikut putra keluarga Ainsworth." Mark merasa ngeri.
"Benda apa yang disita?" Tanya Nirvana.
"Peta perampokan," kata Mark.
"Salah satu senjata andalan geng murid-murid bandel itu loh kak." Anna menanggapi.
"Jadi penjaga disini memusingkan sekali. Belum lagi kalau ada clash antara geng Ainsworth dan geng blood elves." Mark pun menggaruk belakang kepalanya.
"Blood elves?" Nirvana bernada bingung.
"Jangan bilang, kamu tidak tahu tentang itu juga," seru Mark. Anna mengangguk sambil ikut komen.
"Ya ... ya ... ya, kakak apa-apa gak tahu, apa-apa gak tahu. Kakak ini datang dari planet lain ya?" Anna cemberut kearah Nirvana.
Nirvana mengerutkan kening atas tebakan asal Anna yang jitu. Mark memilih menjelaskan pengetahuan umum ini kepada Nirvana.
"Kelompok suku elves darah yang bersekolah disini, tadinya dibawa Duke Pegasus," ungkap Mark.
"Jangan bilang kakak gak tahu apa elves darah itu. Elves darah adalah salah satu golongan dari sekian banyak golongan elves loh kakak. Lama-lama gemesin." Anna pun cemberut lagi, agak kesal dengan ketidaktahuan Nirvana tentang pengetahuan yang sangat umum.
"Lantas, kemana barang sitaan itu dibawa?" Tanya Nirvana.
Mark menjawab, "Mungkin benda sitaan diserahkan kepada kepala sekolah. Atau pemilik sekolahnya."
Nirvana mengangguk paham, lalu terdiam sejenak. Dibanding Mark, Nirvana tenang-tenang saja.
****************
Ruang kebutuhan.
Memasuki ruang rahasia melalui pintu ghaib.
"Dulunya para pewaris rumah penyihir, berkumpul disini. Dulu, empat ratus tahun yang lalu."
Gandalf berbisik, sang fragmen merasakan aura ruang mistik ini. Menyimak, Nirvana melangkah.
"Kamu lagi?" Minerva menoleh.
"MASUK RUANG RAHASIA KOK SEENAKNYA!" Minerva mengomel.
Di sana masih ada yang lain juga. Sementara Satella menertawakan kemalangan Nirvana yang habis dimarahi ibu kepala sekolah muda yang pemarah ini. Violetta secara diam-diam memberi penerimaan.
Nirvana justru nekat melangkah ke titik tengah.
"Apa kelas mu berseker, Minerva?" Tanya Nirvana, sarkastik.
"Aku close combat mage, dasar!" Minerva mengangkat tinju, raut wajahnya galaknya amat cantik.
"Setiap hari bertemu ku, apa gak puas? Sampai nyusul aku kesini." Satella terkekeh.
"Bukan, aku ada urusan. Ada yang ingin aku tanya." Sanggah Nirvana.
"Iya, jangan sungkan," sahut Satella.
"Kalau pertanyaan aneh, aku kick keluar dalam satu kali lemparan!" Omel Minerva.
Nirvana merinding. Kemudian ia mulai bersuara.
"Barang sitaan seperti apa yang diserahkan pada kalian barusan."
"Barang seperti apa?" Minerva bertanya. Sementara Satella dan Violetta diam.
"Seorang penjaga menyita barang sitaan. Kupikir kalian menerima barangnya," ungkap Nirvana.
"Apa barang sitaan itu?" Minerva bertanya, wajahnya galak.
"Marauders map," ungkap Nirvana.
"Tidak," balas Minerva.
"Tidak ada satupun dari kami yang menerima barang sitaan." Satella menjelaskan.
Nirvana terlihat bingung. Violetta mengangkat tangannya.
"Mungkin anak-anak itu memakai ramuan polyjus. Mereka menyamar menjadi kepala sekolah, mengambil kembali barang sitaan. Merekapun menipu penjaganya," ujar Violetta.
Satella memberi Marauders map kepada Nirvana.
"Untuk memudahkan pekerjaan. Kamu bisa mengintai anak-anak bandel itu." Satella memasang ekspresi diam yang imut.
Kala Nirvana baru keluar ruang kebutuhan, melangkah sedikit. Tiba-tiba sosok invicible muncul didepan mata. Seperti biasa Anna selalu mengagetkan.
"Bagaimana cara masuk kedalam tembok kak? Tadi Anna coba tapi gagal. Keningku kena tembok, ini sakit." Anna berdiri dihadapan Nirvana. Mereka segera berjalan menuruni tangga.
"Tapi kak, Anna mau bikin pr dulu diruangan astronomi. Kalau gak ada hal yang mau dibahas, Anna pergi kak." Anna terhenti, putar badan.
"Aku temani," kata Nirvana.
*****************
Ruang astronomi.
Ruang astronomi adalah tempat tertinggi didalam kastil. Di dalam kastil, lantai tertinggi yaitu lantai sembilan. Sementara kastil punya bangunan menara yang terpisah dengan bangunan utama. Lantai tertinggi menara adalah ruangan astronomi. Ruang astronomi ada di lantai tiga belas menara kastil.
Lantai sembilan bangunan utama dengan lantai menara sembilan terhubung sebuah jembatan yang dicor batu kuat. Jembatan yang panjangnya seratus meter. Ruang astronomi adalah lantai tertinggi dalam menara kastil akademi.
Ruang astronomi ruang bidang lingkaran, dengan satu teleskop bintang yang besar. Tidak kalah besarnya dengan observatorium bintang di negara-negara Asia tenggara. Padahal ini bukanlah observatorium bintang nasional, tetapi hanya tingkat sekolah.
Selain teropong bintang, terdapat banyak rak buku berjejeran. Ada tangga lipat dari kayu bila ingin mengambil buku di rak paling atas saking tingginya. Juga terdapat banyak meja untuk para pelajar.
Duduk dimeja dekat bola dunia raksasa, Nirvana bercerita kepada Anna. Bola dunia raksasa terletak dititik paling tengah diruangan astronomi. Bahkan ada lempengan garis ekuator planet dan lainnya.
Nirvana selesai bercerita.
"Apa katamu kak? Penjaga ditipu anak-anak bandel itu. Mereka itu antek-anteknya putra Ainsworth." Anna menanggapi cerita Nirvana dengan perasaan tidak percaya.
"Itulah hal yang aku tahu," kata Nirvana.
"Item sihirnya diambil, tapi bisa mengambilnya lagi dengan cara menyamar jadi kepala sekolah? Beneran anak-anak yang gak ada ahlak mereka. Tapi cerdik juga. Apakah kakak gak mau minta bantuan sama Anna?" Tanggapan Anna. Dagu bertumpu ke meja, menyender di telapak tangan.
"Baiklah, kalau kamu berniat membantu," balas Nirvana.
"Yes...." Anna senang karena telah diandalkan.
Kemudian Nirvana memberikan Marauders map pada Anna.
"Ini Marauders map nya?" Anna bingung. Berfikir kenapa barang sitaan sudah ada pada Nirvana.
"Ini bukan milik mereka. Ini item milik owner sekolah. Waktu dia menjadi murid, ia punya satu yang seperti ini," kata Nirvana.
"Aku kaget saat tahu nyonya Stella dulunya murid bandel kaya antek Ainsworth. Malah mungkin dulu sebelum Ainsworth menjadi murid bandel, ada antek Charlotte yang menjadi komplotan murid bandel. Apakah seperti itu?" Komentar dari Anna.
"Kepala sekolah, guru pertahanan terhadap ilmu hitam yang baru adalah antek-anteknya." Nirvana terkekeh menyadari sosok yang dikaguminya ternyata bekas anak bandel disekolah.
"Ternyata, setiap generasi ada juga yang seperti itu," gumam Anna.
Merapihkan tugas mata pelajaran astronomi yang telah selesai. Anna mengambil Marauders map yang didapatnya. Lalu Anna menenteng buku-buku tugasnya.
"Peta perampok Anna ambil ya kak." Anna sudah mau pergi dari ruang astronomi.
*****************
Training ground.
Untuk ketigakalinya Nirvana ikut melihat latihan Anna.
"Sebelumnya Anna latihan dengan sembunyi-sembunyi. Habisnya aku malu kalau kelihatan gagal waktu mempraktekkan seni senjata rantai ini. Anna hanya mau ngasih lihat setelah menguasai." Anna mulai menggulung rantai setelah selsai pemanasan dengan mengayunkan rantai secara santai.
"Mulai lah!" Nirvana berdiri di sana.
"Sudah cukup sesi pemanasan nya. Anna akan mulai!" Anna dengan eratnya menggenggam belati dari senjata rantai.
S
uara rantai yang merenggang itu sungguh berisik. Anna melempar rantainya dengan kuat. Menancap pada boneka kayu lebih dalam lagi dibanding terkahir ia tunjukkan.
Tangan kanan menggenggam kuat rantainya. Tangan kiri membantu menggenggam rantainya. Tangan kirinya menggenggam belati rantai dengan tiga jari, dan jua jarinya memegang rantai ditangan kanan.
Ditariknya kuat dengan kekuatan kedua tangan.
Pada tarikan pertama boneka kayu hanya dibuat bengkok menunduk. Balok Kayu sebagai kaki boneka terputus setelah tarikan keempat.
"Setelah ujung belati menancap sangat dalam, aku bisa mencabut boneka kayu dari tanah saat aku menariknya." Anna dengan bangga memamerkan hasil latihannya.
"Tapi kamu tidak mencabut dalam sekali tarikan." Nirvana memberi koreksi.
"Setidaknya itu butuh fisik orang dewasa. Anna masih remaja usia enam belas tahun kak!" Sanggah Anna, sedikit menunduk.
"Kamu bilang tenaga sihir dapat memperkuat serangan fisik kan," balas Nirvana.
"Itu butuh latihan berkelanjutan." Anna menggulung rantainya.
Saat kamu menarik rantainya, apa bisa memegang belati dengan pakai dua jari saja?" Tanya Nirvana.
"Mana bisa kak! Belatinya jatuh," sanggah Anna.
"Jika kamu menguasai keahlian melempar belati, kamu mampu memegang belati dengan dua jari saja," kata Nirvana.
"Begitu--" Anna semula menunduk, tau-tau kaget.
"Darimana kakak mendapatkan pengetahuan itu? Melempar pisau belati adalah keterampilan para assassin. Mereka yang dilatih di serikat assassin," ujar Anna.
"Belajar dari seorang teman," kata Nirvana.
Anna terdiam.
Nirvana mempelajari trik lempar belati dari Chanel YouTube. Hanya melempar pisau kecil ringan dari bahan murah. Chanel milik atlet melempar pisau. Di dunia Nirvana dinamakan olahraga lempar pisau.
Bahasa daerahnya adalah lempar sangkur. Salah satu keterampilan cabang dari budaya persilatan.
Anna berdiri dihadapan Nirvana. Memegang belati dengan dua jari, namun gemetaran dan terjatuh.
Anna memungutnya.
"Lihat! Bagaimana bisa dipegang dengan kedua jari saja kak?" Anna memberikan belatinya kepada Nirvana untuk minta dicontohkan.
Nirvana memegang gagang belati rantai dengan dua jari, dan itu sungguh stabil. Anna terbengong.
"Apa kamu bawa belati yang tidak pakai rantai?" Tanya Nirvana.
"Ah, ada." Anna memberikan satu belati pada Nirvana.
"Untuk teknik melempar, cukup gunakan tiga jari seperti ini saja!" Nirvana memegang gagang belati dalam teknik lempar sangkur.
"Range nya harus dekat." Nirvana mengakui bahwa lemparannya terbatas pada jarak. Tapi memang jenis senjata ini tidak bisa untuk jangkauan terlalu jauh.
Setelah cukup dekat, Nirvana pun melempar. Lemparannya terkena boneka kayu dan menancap. Anna cukup terkesan melihat teknik itu.
Memungut belati kembali.
"Ini adalah cara jika melempar dengan dua jari saja!" Nirvana memegang dengan jempol dan telunjuk. Mengapit ujung bilah.
"Apa bisa--" Anna terkejut bahwa lemparannya sukses.
"Aku baru tahu." Anna terdiam.
"Lanjutkan latihannya! Tidak usah latihan melempar pisau. Latihan melempar belati rantai saja," ujar Nirvana.
Anna melanjutkan latihan senjata rantai, sore itu.
~Bersambung~