Satella memiliki dua kakak dari ayah yang sama tapi beda ibu. Satu kakak laki-laki dan satu kakak perempuan. Kakak pertamanya adalah Duke Pegasus, kadipaten Vilenchia tengah. Pertemuan main caracter dengan kakak pertama Satella, membuka beberapa side quest dalam cerita.
__________________________________________________
Sore hari lainnya, Nirvana iseng berkunjung ke training ground dihalaman belakang sekolah. Ada beberapa orang sedang berlatih. Enam orang lainnya latihan tepat dititik lain dari hamparan rumput training ground. Anna pun sedang berlatih disana.
"Hai..."
Nampaknya Anna sudah hampir selesai berlatih spesialisasi senjata rantai. Napasnya cepat, tampak berkeringat. Mungkin Anna telah berlatih sekeras mungkin. Anna menoleh kearah Nirvana yang memberikan tegur sapa padanya.
"Aku masih belum bisa," ucap Anna.
"Apakah kamu bisa menggunakan senjata rantai sebagai laso?" Tanya Nirvana.
"Huh, laso?" Anna terdiam, tidak mengerti.
"Tali tebal yang dipakai oleh para koboi. Dilempar untuk menjerat pinggang lawan."
"Oh, menjerat."
Anna mengangguk atas penjelasan Nirvana.
"Anna akan mencoba menjerat targetnya dengan rantai." Anna bersiap dengan senjata rantai.
Anna melempar senjata rantai nya seperti tali laso. Ternyata menjerat boneka kayu dalam pola ikatan.
Tapi tak lama rantainya lepas dari target karena mengendur.
"Gagal," ucap Anna.
"Mungkin nanti bisa." Nirvana tak henti memberi dorongan.
****************
Selepas dari mengunjungi training ground, Nirvana kembali ke lorong sekolah untuk memantau.
"Ketemu!"
Nirvana menoleh kearah seorang yang membuntuti.
"Ternyata kamu disini."
"Silvia?"
Nirvana terkejut karena bertemu dengan pengawal Keluarga Charlotte.
"Ikut denganku!" Tegas Silvia.
"Kemana?" Nirvana bertanya.
Tatapan yang sekarang bukan dari gadis pemalu lagi, melainkan tatapan kesatria yang tegas. Dengan sorot matanya yang tegas, maju dengan perlahan-lahan.
"Kepala keluarga menyuruh aku menemui kamu dan membawamu!" Tegas Silvia.
"Baiklah," balas Nirvana.
Sore menjelang malam, akhirnya Nirvana pergi mengikuti kepala kesatria keluarga Charlotte. Ketika didepan gerbang luar, ada kereta kebangsawanan menantinya.
Perjalanan dari Geffenia menuju ke ibukota, memakan waktu kurang lebih empat jam. Ketika tiba, hari sudah gelap. Sesampainya disana Nirvana pun langsung diantar keruang kerja kepala keluarga bangsawan itu.
******************
Mansion Charlotte, Las Castella.
Tiba di ibukota, kepala kesatria wanita ini membawa Nirvana ke suatu ruangan. Nampak seperti ruangan kerja.
Di saat pertama masuk, ada meja kerja, ada kursi yang posisinya membelakangi pintu. Mendengar suara pintu dibuka, ia langsung memberikan sambutan kecil.
"Ah, jadi tamu ku sudah datang. Sekarang kamu boleh berjaga-jaga didepan ruangan ku! Wahai kepala kesatria, Silvia Mercedes."
Kemudian sosok yang tadi duduk membelakangi arah pintu masuk segera berdiri.
"...."
Nirvana terkejut. Di hadapannya sosok pria jangkung yang berambut silver panjang. Rambut depannya menutupi satu mata. Pakaiannya sangat formal. Seperti pakaian ala bangsawan di komik manhwa berlatar bangsawan yang Nirvana baca sebelumnya.
Belum memperkenalkan dirinya, memulai dengan kata-kata.
"Saat kecil aku sering bermain ke alun-alun kota. Aku melihat ada ornamen pedang menancap diatas batu. Terakhir kali aku kesana, pedangnya tidak ada lagi diatas batunya. Aku curiga ini ulah adik ketiga. Dia pencuri! Dia mencuri pedangnya. Tidak, ia mendahului diriku. Yang memiliki kualifikasi sebagai pengguna pedang justice bukan cuma satu orang. Sebelum diriku bertemu dengan orang yang dapat menarik pedang, adik kecil menemukan orang lain yang bisa menariknya.
"Sungguh mendahuluiku. Seorang yang tadinya akan ku gunakan jadi tidak berguna. Itu karena tugasnya sebagai penarik pedang ditikung orang lain, dari dunia lain."
Entah kenapa orang ini seperti peramal. Ia tahu segalanya tanpa diberitahu terlebih dahulu.
"Apa--" Nirvana terkejut karena pemuda jangkung ini tahu akan identitasnya.
Terlebih....
Bagaimana ia tahu bahwa yang menarik justice sword adalah orang dari dunia lain?
Orang dari dunia lain pastinya mengacu pada Nirvana.
Apa yang dikatakan orang ini sungguh bernada sarkastik.
"Pasti kamu akan bertanya. Tetapi kamu tidak bertanya. Kamu ingin tahu, kenapa aku bisa tahu semua tentang identitas mu?" Orang itu terhenti disini. Segera mengambil buku dengan cover kulit binatang berwarna hitam. Kulit yang telah diwarnai pewarna tekstil.
"Bagaimana aku bisa tahu? Tentu karena aku pemilik kode mistik, algoritma guide book adalah istilah yang cocok bagi dunia mu. Tetapi nama originalnya adalah kitab kebijaksanaan. Buku yang akan memberitahu banyak rahasia dan pengetahuan tak terjamah pada penggunanya. Ini adalah relic yang setara dengan pedang naga suci."
Orang itu menunjukkan relic yang berbentuk buku, tanpa membuka lembarannya.
"Lalu, siapa anda?" Tanya Nirvana.
"Anda? Seperti itulah cara orang di duniamu bicara pada bangsawan? Tentu saja, karena kamu tinggal di tempat yang bukan kerajaan. Tidak menjalankan monarki kerajaan."
"Bagaimana--"
"Planet bumi, negara enam dua plus kan."
Nirvana baru akan menyuarakan nada terkejut, orang itu memotong Nirvana.
"Sekali lagi, saya tanya anda!"
"Ah, aku lupa. Perkenalkan diriku, Duke Pegasus Eduard Charlotte." Dengan gestur bangga, orang itu memperkenalkan dirinya.
Nirvana memiliki pengetahuan tentang Inggris. Di sana umumnya terdiri dari orang kerajaan dan keluarga kebangsawanan. Duke adalah gelar bangsawan tertinggi.
Apabila kerajaan sukses dengan penaklukan dan mendirikan koloni sendiri, maka pengelola adalah bangsawan sekelas arc Duke. Itu adalah pengetahuan yang didapat Nirvana dari komik ala kerajaan.
"Langsung saja, Nirvana!" Belum memberikan nama, tapi sang Duke sudah mengetahui.
"Tapi--"
"Baiklah, kalau ingin secara formal maka silahkan perkenalkan dirimu segera," ujar Duke Pegasus.
"Iya benar. Saya Nirvana, seorang penjaga sekolah sihir. Saya datang dari dunia lain." Dengan jengkel memperkenalkan secara formal.
"Tunjukkan, saint grafik milikmu!"
Nirvana tahu apa yang ia maksud. Nirvana pun segera memunculkan justice sword. Menyodorkan, ujung bilah terarah kebawah.
"Jadi kita ini sesama pengguna kekuatan saint grafik. Ahli sihir di jaman dulu menyimpan fragmen jiwanya didalam benda. Dengan sisa-sisa kekuatan tersimpan di dalamnya. Kalau begitu akan aku perlihatkan saint grafik milikku!"
Duke Pegasus menyisir rambut depannya. Semula mata itu masih terpejam, lalu terbuka. Mata yang Heteromorfik. Iris matanya biru, tetapi mata satunya memiliki iris berwarna kuning.
"Mata kuning pemecah mantra!"
"Relic itu!"
Setelah mata dengan iris kuning ditunjukkan, Gandalf berbisik.
"Beberapa white mage memiliki spesialisasi pemecah mantra. Itu mampu membatalkan mantra kutukan, membuat pemantra jadi gagal melepaskan mantra nya. Ini bukan proses transplantasi mata orang lain ke mataku. Ini bukan operasi pencangkok organ. Sebuah mata dari daging roh. Saat relic di tekan kedalam satu mataku, ini menyatu. Mataku menjadi mata pemecah mantra yang ajaib."
Duke Pegasus selesai menjelaskan, lalu duduk. Mempersilahkan tamu untuk duduk. Duke Pegasus mulai menceritakan.
"Di dataran middle east, kerajaan dikudeta. Penguasa jahat telah memimpin, rakyatnya sengsara. Banyak penduduk yang melarikan diri kesini. Kebanyakan dari para pengungsinya tergabung didalam organisasi bawah tanah. Serikat assassin. Seorang assassin wanita menyembunyikan adiknya sebagai pelajar di akademi sihir yang kini dikelola adikku. Bagaimana caraku mengetahui ini? Tentu, relic yang ku pegang memberitahu semuanya."
"...." Nirvana menyimak.
"Kamu lebih pendiam. Karakter protagonis sejati."
Kemudian Duke Pegasus langsung menuju intinya.
"Tugasmu adalah menjadikan adik dari assassin wanita, pengikut setia mu!" Duke Pegasus memberi satu pekerjaan.
"Itu quest nya?" Nirvana memberi tanggapan.
"Jangan khawatir, akan ada reward disetiap quest," kata Duke Pegasus.
"Aku paham." Nirvana mengambil quest.
"Namanya Isabel. Gadis ungu itu mengenalnya," ujar Duke Pegasus.
Nirvana pun kembali ke Geffenia. Karena perjalanannya memakan waktu empat jam, waktu berlalu besoknya. Nirvana langsung saja beristirahat dan tidur saat sampai.
***
Kafetaria.
Waktu istirahat datang. Nirvana berniat menjalankan quest dari kepala keluarga Charlotte. Ia akan bertanya kepada gadis ungu.
"Apakah kamu mengenal Isabel?" Tanya Nirvana.
"Tidak kenal," balas Anna.
"Berarti--"
Cukup terkejut. Dari sini Nirvana memahami.
Ternyata yang Duke Pegasus sebut gadis ungu, bukan Anna.
Gadis ungu itu, Violetta!
Nirvana mengangguk, terdiam melamun.
"Ada apa kak?"
"Tidak, bukan apa-apa?"
Anna bertanya, Nirvana menolak memberitahu.
"Permisi."
"Kamu lagi!"
Mark datang, Anna memberikan sambutan sinis. Mark menghela napasnya, jengkel pada Anna.
"Kamu disuruh menghadap ke ruangan guru pertahanan terhadap ilmu hitam, segera!" Mark datang karena suatu tugas kecil. Nirvana langsung mendatangi panggilan.
***
Ruang guru.
Nirvana tiba didepan pintu ruang guru pertahanan terhadap ilmu hitam. Ragu-ragu, seruan datang.
"Masuklah!"
Selalu saja, memberi kesan seolah seperti paranormal.
Nirvana memasuki ruangan guru. Violetta duduk bersama seorang murid kelas dua. Tubuhnya cukup mungil dengan rambut pendeknya. Rambutnya berwarna ungu gelap. Kulitnya pun gelap. Tidak putih seperti Anna. Isabel punya warna kulit yang hitam manis.
"Kamu pasti mencarinya. Murid ku yang teladan ini, Isabel." Violetta membimbing Nirvana kearah orang yang ia cari.
"Bagaimana--"
"Apa katamu? Bagaimana aku tahu? Tentu saja, aku meramalkan," ujar Violetta, dengan wajah yang minim ekspresi. Sedikit senyum dibibirnya yang dihiasi warna gelap.
"Sudah kuduga. Si Miss word ini emang paranormal sejati," bisik Nirvana, dalam hati.
"Aku dengar!" Violetta menegur.
Nirvana melangkah, mendekati.
"Kakak, ada apa mencari ku?" Tanya gadis berperawakan imut itu.
"...." Nirvana terdiam.
"Kata ibu guru, kakak cari aku ya?" Tanya Isabel, mengulangi.
Isabel seumuran dengan Anna, tapi perawakan Isabel jauh lebih kecil.
Di usia 16 Anna setinggi 160cm, sementara Isabel 133cm. Karena ia dalam masa pertumbuhan, Isabel dapat setara Nirvana kalau sudah berusia delapan belas, mungkin.
"Isabel gak nakal kan?" Semakin gelisah karena tak dijawab.
"...."
Nirvana masih bingung untuk memulai. Lalu Isabel memotong.
"Aku--"
"Kakak ini kenalan kakak ku yah?"
Gila, dikira teman kakaknya. Aku bingung mau jawab apa.
Itulah isi kepala Nirvana.
"Habisnya, kakakku bilang akan mengirim seseorang tuk menjaga Isabel," seru Isabel dengan riang.
"...." Nirvana tidak bisa jawab.
"Imut kan," seru Violetta.
Isabel menoleh kearah Violetta dengan pipi memerah,."H, eh--"
"Ibu guru...." Isabel cemberut.
***************
Mansion Charlotte, Las Castella.
Adalah delapan jam sebelum Duke Pegasus bertemu dengan Nirvana.
Seorang putri kecil dengan wajah identik dengan Satella, memasuki ruangan.
"Adikku, Starla." Duke Pegasus menyambut.
"Kakak tiri," Starla dengan cuek.
"Aku ada misi untukmu!"
"Kalau berhasil Starla diberikan hadiah apa?"
"Apapun yang dik Starla inginkan. Hari itu juga akan aku belikan."
Starla terdiam sejenak, bingung mengenai hadiah yang diminta. Sementara DukeĀ Pegasus masih menunggu.
"Apa ya? Duh, Starla bingung."
Duke Pegasus memberikan usulan. Mengangkat tangan, memberikan usulannya.
"Frost wyvern itu jinak terhadap snow elves loh. Bagaimana kalau hadiahnya, sebuah ekspedisi. Aku menyediakan kamp militer klan Charlotte untuk mengantarmu ke daratan Northern. Di sana kamu dapat menjinakkan Frost wyvern!"
"Ah, naga es, Starla mau."
"Deal?"
Starla mengangguk setuju. Duke Pegasus segera memberikan misi untuk Starla.
"Kamu hanya perlu membunuh seorang assassin!"
"Apa itu mata-mata?"
"Kamu tidak perlu tahu. Jalankan tugasnya, akan kuberi pasukan ekspedisi!"
"Iya kak."
"Begini ciri-cirinya!"
Akhirnya Starla pergi, setelah ia diberikan identitas target.
~Bersambung~