Servant disini bukan seperti dalam anime fate. Servant disini mengacu pada bawahan setia kaum ningrat.
Apabila kalian liat anime re zero, disana Roswal berbicara pada maid rambut pink yang bernama Ram.
"Kau adalah Servant terbaik, Ram." Roswal menatap kearah Ram yang terluka setelah melindungi dirinya.
Itu adalah istilah untuk Servant didalam cerita ini.
____________________________________________________
Hari ini Nirvana merasa lumayan letih. Ia letih sebab kemaren telah menjalani boss figth yang kedua. Belum lagi pasukan binatang sihir yang menyertainya. Nirvana juga dalam pemilihan luka akibat sihir tingkat rendah, air bullet. Sihirnya dilempar oleh seorang dengan stat magic power yang overpower jadi lukanya lumayan parah.
Dengan potion mahal, bisa saja mendapat kesembuhan instan. Sumber daya gold yang Nirvana miliki masih sedikit. Ia terpaksa memakai pemulihan yang alami.
Dengan daun green herb ajaib. Sebagai tanaman sihir ajaib ini memiliki pemulihan yang lambat tetapi dapat pulih total.
Seorang penjaga lainnya bernama Jakob mendatangi Nirvana yang berkeliling lorong. Ditengah rute patroli lorong, ia disapa rekanan.
"Hai, teman." Dari kejauhan Jakob menyapa.
Nirvana menghampiri.
"Kamu dicari pemilik sekolah," kata Jacob.
"Baiklah," balas Nirvana.
Nirvana berjalan menuju kantor owner di ruang VIP. Jacob berpisah rute nya dengan Nirvana. Berjalan, Jacob terkejut mendengar suara langkah kaki, tapi disaat menoleh tidak ada siapapun disana.
"Siapa itu?"
Jacob mengangkat bahunya, tak menemukan siapapun.
"Pasti hanya imajinasi ku saja."
Jacob melanjutkan rute nya.
Seorang butler berambut silver pendek di Pomade dengan gaya rambut spikes sedang berpatroli.
Tak lain adalah Theodore, Servant kepercayaan Satella.
"Siapa disana?"
Entah bagaimana, Theodore bisa merasakan hawa kehadiran orang yang tak kasat mata. Theodore itu bukan manusia, ia Phoenix dalam wujud avatar manusia.
Tidak bisa melihat, tapi dapat merasakan.
Theodore berlari, terus mengejar sosok tak terlihat itu. Kemanapun berlari, Theodore terus mengejar.
Hingga ia terhenti di suatu lorong. Menoleh kesegala arah, terdiam sejenak. Memejamkan mata untuk memperkuat sensor nya. Berusaha mencari sosok invicible tersebut.
"Keluar kau!"
Akhirnya Theodore pun tersenyum penuh arti.
Melangkah ke suatu sisi, didekat tembok.
Theodore menendang keranjang sampah besar itu hingga tumpah kebawah. Sampah itu berserakan, kemudian diinjak-injak sosok tak terlihat. Theodore mengejarnya kemudian menendang kedepan.
Bruk....
"Perlihatkan wujud mu!" Theodore menendang kearah sosok invicible yang tak kasat mata. Theodore pun menendang berulang.
"Hentikan.... Tolong hentikan!"
Suara jeritan terdengar, Theodore menghentikan aksinya.
"Perlihatkan wujud mu!" Theodore menggertak.
"Kya.... Ampun, iya-iya aku akan nampak," seru sosok itu, dengan suara jeritan perempuan.
Tak lama sosok invicible segera menampakkan dirinya.
Ternyata sosok invicible tak lain adalah Anna.
"Sakit, sakit, sakit...." Anna hanya merintih sakit.
"Kamu adalah siswi?" Theodore terkejut.
"Aduh sakit," gumam Anna.
"Maafkan wahai pemudi, aku gak sengaja. Kamu terlalu kecil untuk tindak represif seperti ini. Mohon maafkan saya," kata Theodore.
"Lagipula, kenapa kamu memakai sihir menghilang didalam sekolah? Penjaga dapat mengira kalau kamu seorang penyusup loh."
"A-- aku, penasaran," bisik Anna dalam hatinya.
****************
Ruang VIP.
Berada di ruang owner sekolah, Nirvana duduk menghadap sang pemilik sekolah. Satella kelihatan sangat letih akibat kemaren telah memakai sihir tingkat menengah, menghisap udara pembekuan.
Perlawanan mati-matian terhadap demon witch kedua, membuatnya lumayan letih.
Di sana juga ada pegawai lembaga pemerintah.
"Orangnya sudah hadir." Satella menghadap pegawai pemerintah dengan seragam polisi militer.
Diruang VIP Satella dan Nirvana duduk bersama seorang pegawai pemerintah. Enam personil polisi militer adalah anak buah pegawai pemerintahan. Mungkin seperti pejabat teras dalam kerajaan ini.
Enam anak buah pejabat teras itu berdiri didekat pintu keluar.
"Ahem." Pejabat teras berdeham.
"Saya pejabat teras, pihak utusan pemerintah kerajaan. Nama saya adalah sir Enzo Xavier. Baiklah, langsung saja!"
Orang tua gemuk itu bergelar sir diawal namanya. Gelarnya bukan karena ia kesatria atau baron, melainkan seorang pejabat dalam lembaga pemerintahan.
"Sebagai sukarelawan yang ikut berjuang mempertahankan kastil kementerian sihir dari terorisme, kalian mendapat point kontribusi."
Lalu masing-masing dari mereka diberikan koin emas putih dengan cetakan lambang tertentu.
Masing-masing mendapatkan dua kepingan. Koin contri berbeda dari coin perak ataupun emas pada umumnya. Koin kontri ukurannya mencapai setengah dari smartphone yang Nirvana miliki. Dengan kata lain, sebesar genggaman tangan.
"Emas putih? Aku percaya bahwa nilainya lebih tinggi daripada emas biasa," kata Nirvana.
"Hush!" Satella memandang galak kearah Nirvana.
Pegawai pemerintah tertawa.
"Boleh saja memakai ini untuk perniagaan. Tetapi koin emas putih ini adalah point kontri. Kalau ini dikumpulkan, akan menjadi satu sertifikat mencapai gelar chevalier knight. Tetapi banyak orang yang menginginkan koinnya demi posisi sebagai grand Marshal, Coba anda pikirkan itu."
Pegawai pemerintah menjelaskan. Satella berbisik kearah Nirvana, ia sedikit sebal.
"Kamu sih!"
Lalu pegawai pemerintah berdiri.
"Dengan ini, saya mohon pamit." Pegawai pemerintah pun segera meninggalkan ruangan.
Lalu Satella menarik kedua lengan Nirvana. Mereka berdua masihlah duduk didalam ruangan.
"Gelar kehormatan knight, apakah menurutmu itu menggiurkan, huh?" Tanya Satella.
"Lalu, butuh berapa banyak koin emas putih untuk mendapat gelar kesatria?" Tanya Nirvana.
"Maksudmu koin kontri? Buruh sebanyak sepuluh keping untuk gelar chevalier knight. Tapi nantinya masih ada posisi yang lebih bergengsi. Tentunya butuh poin kontribusi dengan jumlah lebih banyak lagi. Gelar lebih tinggi adalah grand Marshal."
Satella selesai menjelaskan, tidak ada sanggahan dari Nirvana.
Dalam perniagaan, satu kepingan koin emas putih setara nilainya dengan dua puluh lima koin emas kuning. Satu koin emas biasa itu setara sepuluh koin perak, satu kepingan emas biasa setara seribu keping koin tembaga. Atau satu kepingan koin perak setara dengan seratus koin tembaga.
Karena koin kontri lebih besar dan berat, itu tidak bisa disamakan dengan koin emas putih yang biasa. Setidaknya butuh lebih daripada seratus keping koin emas untuk satu koin kontri. Karena sifatnya yang langka, bahkan koin kontri bisa dibarter dengan begitu banyaknya koin emas.
Untuk nilai beli, katakan saja satu koin emas biasa setara satu juta rupiah di negeri asal Nirvana.
****************
Kafetaria sekolah.
Nirvana menikmati makan siang. Duduk menghadap ke pintu keluar. Cahaya dari atap kaca kafetaria menjadi ciri khas tersendiri. Tapi, diatas kafetaria adalah ruangan. Secara harfiah di atasnya adalah lantai cor. Atapnya disulap oleh mantra ilusi seolah ada kaca yang membawa masuk cahaya mentari.
Mengunyah makan siangnya lalu mendorong dengan minuman.
Disela-sela makan siang, Nirvana menoleh kearah pintu masuk dan melihat seseorang yang ia kenal.
Nirvana menghampirinya, lalu ia duduk bersamanya.
Lalu....
"Apa yang terjadi?" Tanya Nirvana.
Gadis berambut ungu itu hanya terdiam, membisu. Nirvana hanya khawatir karena gadis berambut ungu itu berjalan agak pincang.
"Kenapa Anna tidak mau bicara denganku? Apa aku salah, cepat bicara." Nirvana membujuk.
"Uh-- sebenarnya Anna. Anu, kak. Anna malu bilangnya," ucap Anna.
Anna duduk satu meja bersama Nirvana. Anna kelihatan malu.
"Aku tadi ikutin kakak. Tiba-tiba muncul seorang butler yang bisa menemukan aku yang invicible. Sepertinya dia punya kemampuan sensor gitu." Perlahan Anna mulai menceritakan.
"Apa, seorang butler?" Awalnya Nirvana masih bingung. Sejenak mencoba menerka siapakah itu.
"Ah, aku tahu!" Nirvana segera menjentikan jarinya.
"Apa kakak tahu?" Tanya Anna.
"Servant nya Satella," ujar Nirvana.
"Um, maksudnya nyonya Stella pemilik sekolah? Apa Servant?" Apakah kakak kenal dengan orang itu?" Tanya Anna.
"Theodore, Servant setia," ungkap Nirvana.
"Servant lagi? Apa sih maksudnya. Apakah dia semacam war butler?" Tanya Anna, terus menanggapi.
"Servant kan sebutan buat pengikut setia kaum aristokrat. Khususnya pengikut setia yang paling tuannya percaya. Bagi Theodore, Satella itu master. Hubungan Servant dan matser nya. You know dunia para aristokrat itu," kata Nirvana.
"Aku mana tahu tentang budaya orang-orang ningrat kak. Latar belakangku aja cuma kaum jelata kak," balas Anna.
"Oh, aku penasaran tentang kisah kamu. Aku kepengen tahu latar belakang mu," ucap Nirvana.
Anna terdiam, menunduk, segera menoleh kesamping.
"Lain waktu kak." Anna membuang mukanya.
Hening beberapa saat.
"Intinya Servant berseragam butler itu, jelas bukan orang sembarangan." Anna bergumam.
"Jelas bukan," seru Nirvana.
"Huh?" Semula bengong, Anna pun sedikit kaget kemudian ia tersadar dari lamunannya. Lantas menatap kearah Nirvana.
"Theodore sejatinya adalah relic rumah penyihir Charlotte. Dia itu Phoenix," ungkap Nirvana.
"Eh, aku baru tahu." Anna sedikit terkejut.
Hening beberapa saat. Menikmati kudapan sejenak.
"Aku mau laporan!"
"Oh, yeah?"
Nirvana segera mendengar cerita Anna.
"Ada anak yang suka dibully. Aku kasihan melihatnya. Kadang Anna hanya menonton, tapi kasihan juga sih. Apa yang harus Anna lakukan kak?" Tanya Anna.
"Kenapa kamu tidak membelanya?" Nirvana memberi feedback.
Atas jawaban Nirvana Anna pun terdiam sejenak, mencerna.
"Kenapa?"
"Apa?"
Anna masih goyah.
"Kenapa Anna harus membantu, padahal orang itu bukan siapa nya Anna. Dia bukan orang yang Anna kenal. Kenapa pula Anna menolong orang, padahal Anna gak pernah ditolong siapapun," balas Anna.
"Apa kamu pernah punya teman?" Tanya Nirvana.
"Teman sekelas?" Anna balik tanya.
"Bagaimana rasanya punya teman?" Tanya Nirvana.
"Biasa aja," jawab Anna.
"Berarti kamu belum tahu," balas Nirvana.
"Oh--" Anna termenung.
"Anna harus melakukan nasihat kakak kan, supaya tahu bagaimana rasanya?" Anna menanggapi.
Hening beberapa saat. Yang pasti mereka lagi menghabiskan waktu bersama beberapa saat meski itu banyak diam nya.
****************
Ruang VIP.
Duduk disofa panjang yang ada mejanya, beralas karpet. Nirvana duduk tenang, dibelakangnya ada beberapa set lemari kayu artistik.
Disudut sana ada satu kursi dan sebuah meja. Di atas meja terdapat papan nama bertuliskan owner.
Tak lain adalah meja kerja Satella.
Satella duduk disebelah Nirvana, tetapi sofa yang berbeda. Itu sofa singel, Satella membaca koran.
"Apa kau tahu berita yang ada di koran-koran?" Tanya Satella.
"Mana aku tahu! Aku tidak dapat membaca tulisan di dunia ini kan," balas Nirvana.
"Ku ... Ku ... Ku...." Satella menahan tawa. Memberi mimik wajah yang menjengkelkan, mengolok-olok.
"Bisa jelaskan, bagaimana kamu sanggup berbicara dengan bahasa yang Stella pakai, huh?" Satella kembali memberikan mimik wajah tang mengolok-olok.
"...." Nirvana mengerutkan kening karena tak bisa jawab.
"Tidak tahu kan?" Satella dengan ekspresi menjengkelkan.
Setelah menaruh ujung jarinya dibibir, tertawa tanpa suara, lalu Satella mulai menjelaskan.
"Waktu disana, aku menanamkan fitur multiverse language. Adalah program up lift yang menaikan tingkat peliharaan sihir--" belum selesai, sudah diprotes.
"APA KATAMU!"
"Tenang dulu! Aku gak ngatain loh. Adalah artificial Intelegent, wadah dari mistical creature adalah cairan yang aku beri pada kopi mu," ujar Satella.
"APA!" Nirvana memprotes.
"Apa katamu, kenapa aku bisa berbicara denganmu Sebelum aku menanam multiverse language kepadamu kan? Karena aku udah memiliki fitur itu sebelum kamu."
Atas penjelasan Satella, Nirvana memilih diam.
"Intinya! Koran ini menjelaskan bahwa menteri sihir yang lama terbunuh. Aku pikir si manusia bertanduk yang ngaku raja iblis, dialah pelakunya! Biar aku hanya melakukan asal tuduh pun sudah jelas." Satella mengomel sendiri.
"Aku punya bad felling dengan menteri sihir baru," ujar Satella.
~Bersambung~