Chereads / Justice sword (Revisi) / Chapter 30 - Mata pelajaran baru

Chapter 30 - Mata pelajaran baru

Mulai dari sini, mage dengan pekerjaan sebagai guru akan di sebut profesor. Di universe ini, sebutan profesor adalah penghormatan untuk seorang pengajar di bidang akademis penyihir.

Penulis juga terinspirasi dari sekuel movie barat genre penyihir, yaitu Harry Potter.

__________________________________________________

Berjalan cepat dilorong, Satella tergesa-gesa.

"Pintu menuju kamar rawat inap menghilang! Siapa orang usil yang menciptakan sihir ilusi ini?" Satella dibuat geram oleh pelaku ilusi ini.

Satella dipusingkan karena jadi korban keusilan. Satella mendapati kalau dirinya sedang ditarget oleh sihir ilusi sehingga dirinya kesulitan menemukan pintu.

Satella akan selalu melihat pintu masuk ruangan rawat sekolah sebagai tembok.

Lantas, siapa pelaku teknik ilusi tersebut? Satella pun dibuat uring-uringan.

*****************

Di kamar inap, Nirvana membuka matanya. Sosok pertama yang dilihatnya adalah seorang wanita dewasa tinggi berisi. Ras nya elves, masih memakai gaun tidur hitam ketat dan tipis, rambutnya perak.

"Kamu lagi?" Nirvana bernada lesu.

"Aku pengen tahu keadaan kamu." Elves goddess duduk disebelahnya, dengan usil ia mengusap rambut Nirvana.

"Apa kamu yang membisiki aku kemaren malam?" Tanya Nirvana.

"Membisiki sambil memeluk mu dengan hangat dari belakang. Aku merangkul mu mesra. Tapi kamu tertidur selama dua minggu loh." Elves goddess menaruh ujung jari dibibirnya, tertawa kecil.

"Kamu ini siapaku sih?" Nirvana membalas acuh.

"Aku, siapa mu katamu? Itu rahasia dulu yah. Nanti aku akan katakan siapa aku dan apa hubungan antara aku dan kamu." Elves goddess pun menanggapi santai.

"...." Nirvana membuang muka, menatap atap kamar.

Elves goddess mencengkeram dagu Nirvana dengan ujung jemarinya. Memalingkan wajah Nirvana agar menatap kearahnya.

"Oy tsundere! Aku ini sangat cantik bukan," ucap elves goddess.

Nirvana berusaha untuk tidak memandang elves goddess.

"Bulan purnama berikutnya masih ada bulan darah loh," kata elves goddess.

"Mereka kembali lagi?" Nirvana sedikitnya kaget.

"Nanti aku akan memandu mu, sayang." Elves goddess memberi tatapan genitnya.

"Baiklah, aku pergi dulu. Bye ya sayang."

Berjalan meninggalkan sekat tirai sambil melambaikan tangan.

"Aku pasti akan balik lagi!" Elves goddess tersenyum penuh arti.

*****************

Beberapa saat kemudian Satella datang dengan tergesa-gesa.

"Siapa yang membuat ilusi ini oy! Dasar kalian usil! Awas aja kalau sampai ketemu." Satella mengomel.

Kemudian datang untuk menjenguk Nirvana.

"Hey, kamu. Kamu sudah bangun?" Satella segera duduk dimeja yang diduduki oleh Satella.

Beberapa saat Satella menatap kesamping. Membentuk raut wajah seperti berfikir, lalu jadi cemberut.

"Kursinya masih hangat. Pasti ada orang yang datang kesini barusan." Satella menekuk wajahnya. Mata menyipit, bibirnya kian cemberut.

"Siapa orang yang datang kesini sebelum aku!" Satella mengomel sambil melipat tangannya.

"Aku tidak tahu," balas Nirvana.

"Tidak mau mengaku, ya sudah!" Satella membuang muka.

Memejamkan mata dengan tenang, mengendus beberapa kali. Satella sangat konsentrasi. Kemudian ia membuka mata, menatap ke atas. Satella menaruh telunjuk di dagu.

"Bau wanita ini kok mirip aku ya?" Satella kebingungan.

"Baunya?" Nirvana bertanya.

"Aku dapat melakukan sense. Itu keterampilan navigasi. Fungsinya mencari aura keberadaan seorang. Aku dapat membedakan siapakah orangnya berdasarkan bau aura. Hawa keberadaan orang ini persis aku. Sembilan puluh sembilan persentasi kemiripannya loh. Aku seperti melacak hawa keberadaan diriku sendiri."

Tatapan Nirvana kepada Satella tak seperti tatapan canggung terhadap elves goddess.

"Mau aku temani?" Tanya Satella.

"...." Nirvana tak menjawab.

"Diam berarti iya." Satella terkekeh.

"Boleh aku pergi? Aku mau sekali beraktifitas seperti biasa." Nirvana berusaha bangun secara perlahan.

"Awas, pelan-pelan!" Satella segera membantu. Satella memegangi punggung dan bahu Nirvana untuk membantu mengangkat ke posisi duduk. Satella sangat perhatian.

"Masih pusing?" Tanya Satella.

"Sedikit," kata Nirvana.

"Uluh, uluh, bosen dikasur terus. Pengen pergi keluar nih ya," ucap Satella, sambil mengolok-olok.

"Sini aku bantu." Nirvana sedikit bertumpu pada gadis imut itu kala berjalan keluar.

******************

Satu hari telah berlalu. Kondisi Nirvana sudah lebih vit daripada sebelumnya. Berada di training ground untuk latihan solo pedang.

Tentu saja untuk menaikan level kebugaran.

Lalu ada sosok invicible, muncul secara tiba-tiba. Nirvana terkejut.

"Sudah sembuh kak?"

"Woah.... Apa itu!"

"Kagetan terus deh kak."

"Gimana gak kaget coba, kamu muncul tiba-tiba."

Anna menertawai Nirvana atas ekspresi terkejutnya.

"Sekarang Anna jago teknik dual welding loh kak."

"Kamu bolos lagi?"

"Jam kosong. Gurunya sakit perut."

Anna hanya berniat menunjukkan hasil latihannya. Memegang dua belati yang terhubung dengan kait rantai. Mulanya Anna menyatakan rantai belatinya, kemudian mulai melempar belati rantai kepada boneka kayu mekanis. Lemparan cukup akurat, menariknya lagi dengan kuat. Semua boneka kayu berhasil dikenai dengan rantai.

"Apa ada cara supaya lemparan rantainya lebih kuat?" Nirvana memberi tanggapan.

"Paling sihir angin tingkat dasar. Terus strength harus tinggi juga." Anna menanggapi.

Anna melempar belati rantainya kepada target boneka kayu. Terus melempar. Setelah kena, Anna pun melempar ke sasaran berikutnya.

"Sudah dulu," ucap Anna.

"Apa kamu bisa membuat boneka kayunya terlepas dari tanah saat menarik rantainya?" Kamu harus sanggup." Nirvana memberi saran.

"Aku akan latihan lagi," balas Anna.

"Baiklah, sampai nanti cute Anna." Nirvana berjalan meninggalkan training ground. Semula sedang mengambil ancang-ancang, Anna terdiam dengan pipi memerah.

"Ha-- hah, apa? Cute Anna?" Anna terdiam dengan ekspresi wajah pemalu nya yang tersanjung itu.

******************

Ruang perjamuan.

Makanan telah dihidangkan tiga puluh menit yang lalu. Alih-alih kepala sekolah menyampaikan pengumuman, owner turun tangan dalam memberikan pengumuman.

Satella dengan perangkat suara, berdiri diatas mimbar.

"Atensi, yah."

Para siswa terdiam atas keimutan pemilik akademi. Meski dua puluh tahun usianya, ia tapi lebih mirip murid kelas satu saking imutnya.

"Saya akan memperkenalkan pada kalian pengajar yang baru. Ia akan mengajarkan mata pelajaran baru yang belum pernah ada disekolah, sebelumnya."

Satella berdeham. Men-jeda barang sebentar, kemudian memanggil.

"Kita sambut, profesor Squirel!" Satella memberi sambutan. Lalu sedikit orang memberikan tepuk tangannya. Seorang naik menuju kearah mimbar untuk bicara.

Seorang pria berusia diatas tiga puluhan tahun. Memakai topi Fez, adalah topi khas Turki di dunia Nirvana. Entah dataran di sebelah mana yang mewakili Turki, bumi. Pakaian yang mayoritas berwarna hijau tua, ada sedikit warna putih.

Guru baru berbicara agak gagap.

"Se-- selamat malam semua. S-- sa-- saya adalah profesor Se-- Squirel. S-- saya akan mengajarkan pelajaran familiar. Ma-- mata pelajaran yang baru. L-- la-- lalu didukung mata pelajaran ya-- yang lain. Ya-- yaitu pelajar up-- up lift."

"Beri sambutan untuk profesor Squirel," seru Satella.

"Se-- sekian ya."

Profesor Squirel menuruni area mimbar, duduk kembali dimeja makan. Satella mengambil alih mimbar nya.

"Apa kalian mau tanya? Untuk apa mata pelajaran familiar? Adalah bagian dari kurikulum baru, aku sendirilah yang mengusulkan tuk mengadakan mata pelajaran tadi. Hanya disekolah kita. Pelajaran ini belum tersedia disekolah lain loh ya. Sewaktu aku masih menjadi siswi, metode ini masih diuji diruang lab penelitian kementerian sihir loh.

Satella berpidato dengan fasih tapi dengan akses yang mirip dengan seorang gadis kecil. Meski begitu, murid tertib menyimak. Terutama pelajar laki-laki terkesima dengan keimutan aksen bicara Satella.

"Hampir mirip dubber loli," bisik Nirvana, dalam hati.

Satella meneruskan.

"Adanya mata pelajaran familiar, memungkinkan mage berpartner dengan peliharaan sihir. Di support dengan mata pelajaran up lift yang memungkinkan kalian menaikan taraf hidup peliharaan sihir jadi mendekati kecerdasan manusia. Sebuah Crest yang cetak biru nya dikembangkan kementerian sihir, berisi artificial Intelegent. Apabila disingkat akan menjadi AI. Kalian akan terbantu dengan kepintaran AI yang ditanam pada peliharaan sihir kalian. Mata pelajaran up lift akan diadakan di kelas dua dan tiga tuk lanjutannya. Selamat belajar, oke."

Nirvana pun cengar-cengir sendiri menyimak cara Satella berpidato.

"Bawel dan imut," ucap Nirvana.

Besoknya....

******************

Kafetaria.

Saat jam makan siang, semuanya berada disini. Ruang perjamuan hanyalah tersedia untuk kegiatan makan malam saja. Pada awalnya Nirvana makan siang sendirian. Seseorang datang bergabung.

"Kamu disini loh kak. Anna cariin kesana-kemari tadi tuh. Saking banyaknya orang di kantin." Anna menaruh nampan, segera duduk. Sementara Nirvana belum pesan apapun di menu nya.

"Bagaimana mata pelajaran baru?" Tanya Nirvana.

"Ada yang ambil, ada yang gak kak. Mata pelajaran pilihan tuh. Anna ambil kok. Habisnya penasaran sih. Sejauh ini masih pengenalan dan langkah persiapan sebelum mulai mantra pemanggilan," ujar Anna.

"Jadi konsepnya seperti sumoner?" Nirvana menanggapi.

"Bukan sumoner kak. Ini kaya lagi gacha, dapat peliharaan sihir nya beda-beda. Terus permanen jadi partner kita kak." Anna mulai asik menyantap makan siangnya.

Nirvana melihat pelayan lewat.

"Saya pesan!" Nirvana mengangkat tangannya.

Pelayan menerima kertas pesanan dari Nirvana.

"Nom nom nom." Anna mengunyah dengan imutnya.

Nirvana terkekeh. Tahu bahwa ia sedang ditertawai, Anna berhenti mengunyah dan membuang muka.

"Makan yang banyak ya," seru Nirvana.

"Hooh, pasti." Anna melanjutkan makan sambil menahan senyum.

******************

Ruang VIP.

Apa yang dimaksud ruang VIP itu, adalah ruangan milik owner dari akademi sihir. Nirvana sudah ada didalamnya, karena ia dipanggil.

"Sudah bertemu dengan bagian keuangan?" Tanya Satella.

"Belum," jawab Nirvana.

Mereka duduk berhadapan. Satella senang minum teh, makanya ada cangkir dan poci diatas mejanya.

"Kamu harusnya menerima upah sebagai penjaga, sudah terhitung sebulan. Atau aku yang ambilkan apabila kamu tidak sempat," ujar Satella.

"Biar Aku pergi ke bagian keuangan nanti," kata Nirvana.

"Ada lagi!" Satella mengangkat telunjuknya.

"Malam nanti ada pesta diadakan kementrian sihir. Sebagai dewan penyihir yang memiliki kursi tuk memberi hak suara, aku diundang. Ikutlah denganku nanti, mau yah." Satella membujuk Nirvana agar ia menemani ke pesta.

"...." Nirvana diam, men-jeda tuk memberi jawabnya.

Disana aku akan bertemu dengan orang-orang yang tidak ku kenal.

Nirvana menimbang-nimbang.

"Mau yah, mau yah."

"Kamu mau yah?"

Merengek tanpa henti. Sialnya itu adalah ekspresi paling imut kalau dibandingkan dengan manusia.

Elves yang berusia setara dengan remaja manusia, memanglah yang paling imut, imut. Mereka baru ada dimasa remaja ketika usia seratus tahun. Pada usia seratus tahun, mereka akan setara dengan remaja manusia garis wajahnya. Dengan rengekan saja, sulit untuk menolak.

"Mau yah, Nirvana." Aksen Satella sangat-sangat imut.

Apa boleh buat, batin Nirvana.

"Aku akan menemanimu," jawab Nirvana.

Satella bersorak gembira.

Nirvana berfikir dalam hati.

Kenapa mesti aku? Tidak ada kah orang lain untuk diajak?

Satu lagi janji yang dibuat bersama Stella.

~Bersambung~