Chereads / Justice sword (Revisi) / Chapter 28 - Elves misterius

Chapter 28 - Elves misterius

Setelah raungan keras dari ilusi Thanatos, Nirvana makin goyah. Kendati tidak terluka sedikitpun Nirvana sangat mengantuk. Rasa kantuknya tak terbendung.

Tanpa ia menoleh, dari belakang datanglah seseorang. Perawakan tinggi dan berisi layaknya model. Tingginya diatas Nirvana. Wanita setinggi 181cm muncul dibelakang Nirvana. Nirvana makin goyah, wanita itu terus mendekat. Sosok wanita dengan gaun tidur warna hitam yang ketat pada tubuh seksi yang berisi. Rambut perak terurai dengan kuping lancip.

Nirvana semakin mengantuk. Ia berdiri goyah tanpa jatuh. Sosok wanita elves berada dibelakang Nirvana. Kala sudah sangat dekat, Nirvana mencium aroma wangi sabun dan sampo mandi.

Tangan halusnya kini memegang lembut lengan atas Nirvana. Kala Nirvana lagi berdiri dalam posisi terombang-ambing. Wanita itu menarik agar tubuh mengantuk Nirvana bersandar ditubuhnya. Wanita itu sengaja memaksa agar punggung Nirvana bersentuhan dengan payudaranya yang sebesar buah melon. Berdempetan, sangat lembut juga lentur. Terasa empuk.

Wanita itu mendekatkan bibir di kuping Nirvana yang mengantuk.

"Bila mengantuk, tidurlah sayang."

Suaranya sangat lembut, dipenuhi kasih sayang.

Lantas siapakah dia. Kenapa dia bertingkah seperti pasangannya Nirvana?

Wajahnya nampak tersenyum bahagia.

Ternyata dia elves goddess.

"Sudah kubilang kan! Imajinasi milikmu adalah yang terbaik kan. Kamu dapat menghasilkan ilusi dengan kekuatan sebesar itu kan. Kamu berhasil, tak seorangpun terbunuh di atap ini. Aku bangga padamu."

Semula berdiri, perlahan mulai ditidurkan dilantai. Nirvana lagi duduk bersandar ditubuh elves goddess. Seperti sedang dipangku. Nirvana dalam keadaan setengah tertidur. Memasuki alam bawah sadarnya. Terlelap dipangkuan seorang dewi peri bergaun hitam.

Memegang lengan Nirvana dengan halus, melepas cincin batu hitam meteor. Elves goddess mengambil benda miliknya kembali. Item sihir yang ia pinjamkan, dipakai untuk memenangkan pertempuran.

Kini kepala Nirvana disandarkan pada paha dewi peri.

"Stamina mu habis, kita gak bisa berkencan malam ini," ucap Elves goddess, dengan nada genitnya.

"Lain kali jaga baik-baik stamina kamu untukku." Elves goddess meletakkan kepala Nirvana diatas lantai, sangat hati-hati.

Kemudian dewi elves pun berlari sangat cepat. Seolah tubuhnya jadi sangat ringan. Seperti ada angin mendorong tubuh sang dewi dari belakang. Melompat ke lubang di reruntuhan atap kastil. Kini elves goddess berada dilantai bawah.

Siapa elves goddess itu?

Kenapa elves goddess gaun hitam sangat menyukai Nirvana?

Sementara itu....

***************

Lorong sekolah.

Diablo akan menuju suara auman Thanatos. Theodore tidak ingin membiarkan Diablo melewatinya.

Pertempuran pun berjalan berat sebelah. Theodore dibanting, ia menabrak dinding. Mendapatkan tinju besi ditubuhnya.

Akhirnya terjatuh, tergeletak tak berdaya. Diablo pun menendang Theodore dengan keras. Tak lama datanglah seseorang membela.

"Cukup sampai disini." Kendati parasnya sudah dewasa, dewi peri masih terdengar imut dari nada suaranya. Dibandingkan Satella, tentunya elves goddess mengarah kepada nada dewasa keibuan.

"Siapa kamu!" Diablo menatap seorang yang datang.

"Hentikan itu! Menganiaya orang yang sudah tidak berdaya. Tolong hentikan itu," ucap dewi peri.

"Lantas siapa kamu, elves cabul!"

"Kamu menghinaku hanya karena perawakan ku terlalu matang ya!"

"Perawakan mu sangatlah erotis dasar elves lacur!" Kata-kata kasar dilempar oleh Diablo.

"Baiklah, aku akan membalaskan dendam ku," ujar dewi peri.

"Dendam apa? Apa aku mengenal kamu?" Diablo dibuat bingung.

Bibir dewi peri seolah sedang merapatkan doa.

"Wind walk!"

Elves goddess pun berlari, nampak semacam sihir elemen angin yang mendorong tubuhnya. Dipercepat oleh kekuatan sihir angin.

"Aku tidak kaget." Diablo segera memakai sihir akselerasi.

Keduanya saling mengimbangi. Menyulap serabut akar, mengikat tubuh Diablo. Elves goddess pun memunculkan pedang es tepat digenggaman tangannya, menusuk tubuh Diablo dengan pedang es.

Dengan kekuatan penuh, Diablo membebaskan diri dari ikatan serabut akar.

"Crowd control murahan!" Umpat Diablo.

"Oh yeah.... Sekarang bersiaplah merasakan crowd control tingkat tinggi. Kamu berkesempatan tuk melihat harta pusaka yang pernah digunakan menangkap imperial dragon lord." Elves goddess pun menanggapi santai.

Seolah merapal doa. Elves goddess segera mengeluarkan serangan.

"Rantai surgawi!"

Muncul beberapa lingkaran sihir vertikal di dinding dan lantai. Di lingkaran sihir segera keluarlah rantai yang ujungnya paku bumi tajam. Diablo melompat untuk menghindarinya. Dengan sihir akselerasi, melarikan diri dari terjangan rantai emas. Ujungnya tajam, beberapa memberi luka sayatan terhadap Diablo. Namun akhirnya Diablo terjerat juga.

"Aku tidak bisa melepasnya!"

Sekuat apapun Diablo berontak, rantainya tak bisa lepas. Lalu elves goddess menghunuskan pedang es miliknya menuju jantung Diablo.

"Kamu pasti akan dibangkitkan kembali oleh para pengikut mu dengan reanimation spell bukan. Tetapi kau tidak bisa kehilangan statistik powerful dari tubuh ini. Mundur bersama bawahan mu! Lakukan bila kamu tidak ingin kehilangan kapal mu ini. Kalaupun dirimu dihidupkan kembali, pasti akan lebih lemah lagi, bukan?"

Atas ancaman elves goddess, itu membuat Diablo menyerah.

"Baiklah, aku memerintahkan bawahan ku untuk mundur."

Tahu bahwa ia sudah dikalahkan, Diablo menuruti persyaratan dari elves goddess.

****************

Lorong lantai satu.

Lorong paling bawah, orang-orang gagal menuju jalur evakuasi. Ada demon witch dalam curse mode. Berbeda dari demon witch di atap kastil, yang ini memiliki kekuatan pembekuan yang dahsyat. Kalau bukan karena Satella, segalanya bakalan membeku. Satella berdiri diposisi paling depan. Bintang sihir berproperti element salju terus di sumoned, entah dimana sumoner berada. Pembekuan berhadapan dengan anti pembekuan, sengit.

Ice absorption !!

Satella memanggil hole berwarna biru muda. Hole yang menyerap mantra pembeku. Semburan dari udara dingin pembekuan lebat, terhisap kedalam hole tersebut.

Dikala Satella menetralisir mantra pembekuan lawan, Minerva pasang badan. Aneka binatang sihir yang berproperti es, mahluk es datang menyerbu. Sebagian murid paham bila mahluk es itu lemah terhadap element api. Beberapa murid ikut melempar mantra api. Element mahluk sihir dan element defensif barrier itu beda cara counter nya.

Kendati mahluk es lemah terhadap api, tapi barrier es lemah terhadap petir. Itulah pelajaran dasar sihir.

Tujuh siswa mulai berani untuk ikutan maju. Mereka melempar mantra api. Binatang sihir musnah seketika. Minerva butuh tiga hit untuk memusnahkan mahluk itu.

Tiba-tiba demon witch ahli sihir pembekuan dan binatang sihirnya menghilang.

"Mereka mundur?"

Satu hari kemudian....

******************

Ruang rawat sekolah.

Beberapa sedang berkumpul pada  satu kamar. Tiap kamar dipisahkan oleh sekat tirai warna putih.

Nirvana tertidur disana. Ada pula seorang tabib.

"Dia tidak bernapas." Tabib nya memberi diagnosa.

"Tapi kemarin dia masih hidup?" Satella sedikit resah.

"Kemarin masih. Kondisinya itu seperti menderita kelelahan biasa. Terkadang ada yang namanya itu silent killer. Mereka hanya terkena gejala seperti mengantuk karena kelelahan," ujar tabib.

"Kalian masih juga belum paham."

"Apa maksudmu?"

Violetta memotong. Satella beralih mendengar Violetta. Violetta akan menjelaskan.

"Nirvana telah kehabisan lif point karena penggunaan sihir lifrasil. Apabila manusia punyai statistik sebesar 4000 lif point, Nirvana menyisakan 1 lif point. Ia seperti meninggal, tapi hanya mengalami mati suri saja basicly. kalian sudah paham kan.

"Elemental spirit bisa dikorbankan untuk memulihkan lif point. Aku bukan pengguna elemental spirit."

Violetta menjelaskan berdasarkan pengetahuan yang tidak umum. Pengetahuan Violetta hanya ada dikalangan mage jenius. Satella mengerti atas penjelasan Violetta.

"Aku memanggil roh biru es. Ayo bangkit, elemental spirit!"

Seperti merapal doa. Lalu Keluar setitik cahaya biru es seukuran kunang-kunang. Hanya elemental spirit setingkat roh minor.

Elemental spirit masuk kedalam tubuh Nirvana.

"Mohon maaf, aku mengorbankan kamu. Dengan ini, aku gunakan.

"Feel!"

Satella memakai sihir feel, yaitu kemampuan mengeringkan jiwa mahluk hidup. Energi roh dari elemental spirit dihisap kedalam tubuh Nirvana.

"Ah, bocah ini akan pulih dalam waktu dua minggu." Violetta pun mengangkat telunjuknya.

Ada rasa tenang di wajah Satella.

"Well, aku akan menjenguk kepala kesatria keluargaku dulu." Satella meninggalkan kamar bersekat tirai. Menuju sekat lain di kamar rawat.

*****************

Di kamar lain seorang wanita yang berperawakan tinggi berisi sedang terbaring. Matanya pun diperban. Serangan mantra api menengah kemarin, sukses membuat cidera.

Sudah ada orang yang menjenguk Silvia. Adalah Duke Pegasus, Adipati Vilenchia bagian tengah. Pegasus baru saja sampai beberapa saat.

"Terimakasih telah menjalankan tugasmu," ucap Duke Pegasus.

"Tidak, nyatanya aku tak berguna. Akulah yang diselamatkan disini. Langsung dikalahkan dalam waktu singkat. Aku tidak pantas menjadi kepala kesatria keluarga ningrat." Silvia tidak berani menatap Duke Pegasus.

"Tapi aku masih membutuhkanmu loh."

"Jangan berkata manis."

Atas dorongan Duke Pegasus, sang kepala kesatria hanya pesimis.

Tak lama, datanglah seorang pria membawa bunga mawar. Seorang kalangan menengah, mungkin saja orang ningrat tingkat rendah.

"Selamat sore, Baronet Arden."

Duke Pegasus menyambut sosok dihadapannya. Pria yang datang membawa bunga, ditafsir berusia awal tiga puluh tahun. Ia bengong menatap sosok laki-laki ningrat berambut silver panjang didepan matanya itu.

"Sebagai orang dekat Silvia, pasti tidak bingung. Silvia ini bekerja sebagai kepala kesatria keluarga Charlotte. Lalu aku adalah pewaris keluarga Charlotte. Namaku Duke Pegasus." Duke Pegasus memberi penerimaan hangat. Wajah pria berusia tiga puluhan itu langsung terkejut, memandang sosok Duke dihadapannya.

"Suatu kehormatan. Seorang Duke sampai hapal nama bangsawan rendah sepertiku? Aku sungguh tersanjung." Pria itu pun berlutut dihadapan Duke Pegasus.

Dalam sistem peerage, Baron gelar paling bawah untuk bangsawan.

Baronet tidak dianggap bangsawan, tetapi bangsawan rendah.

"Kamu datang, Arden sayang," ucap Silvia.

Melihat pemandangan ini, Duke Pegasus menyeringai.

"Aku datang untukmu. Aku juga membawakan bunga mawar nan cantik ini." Arden pun menaruh mawar di meja.

Duke Pegasus yang jangkung itu, menaruh tangan diatas pundak Baronet Arden.

"Harap bersabar ya," ucap Duke Pegasus.

Tingkah Duke Pegasus membuat Arden berspekulasi.

"Apakah Silvia akan cacat?" Tanya Arden.

Duke Pegasus mengangkat jari telunjuknya, lalu menggelengkan kepalanya.

"Seumur hidup Silvia akan duduk dikursi roda. Wajahnya memiliki bekas luka permanen yang besar. Payudara terkena luka bakar yang parah. Mungkin kelak anak Silvia bakalan jijik menyusu dari ibunya."

"Arden, sayang...."

Duke Pegasus hanya mengada-ada. Silvia paham bahwa majikannya sedang mengetes saja.

"Uh, maaf. Aku masih ada urusan." Arden pergi meninggalkan ruangan.

"Apa tuan Duke membaca pusaka kitab kebijaksanaan lagi?" Silvia memasang wajah depresi.

"Menurut kitab kebijaksanaan, aku harus mengatakan seperti ini. Aku tidak pernah menghapal nama dari bangsawan rendah. Aku tahu nama tunangan mu, karena itu tertulis di buku kebijaksanaan. Atau boleh ku sebut sebagai algoritma guide book. Kamu tidak pantas, tidak maksudku dia tidak pantas untukmu."

Silvia menanggapi Duke Pegasus dengan nada lesu.

"Tuan Duke hanya ingin menghibur ku saja kan? Terimakasih upayanya. Aku akan segera pulih. Aku akan meningkatkan kinerja ku agar aku tidak mengecewakan anda sebagai kepala kesatria anda, tuan." Silvia menanggapi, bete.

Seorang datang....

~Bersambung~