Chereads / Justice sword (Revisi) / Chapter 22 - Latihan pedang kayu

Chapter 22 - Latihan pedang kayu

Training ground.

Hari keempat Nirvana ada dikastil akademi sihir. Sedang melakukan latihan pedang bersama salah satu penjaga lain.

Memegang pedang kayu. Posisi pedang saling terhunus. Kayu dan kayu saling beradu. Latihan hanya berjalan dengan tempo santai.

"Kalau tidak memegang pedang dariku, kamu tidak mendapatkan statistik kekuatan ku loh." Gandalf berbisik lewat telepati.

Pedang kayu masih terus beradu. Mengasah keterampilan berpedang dari kedua belah pihak. Sepertinya kelihatan main-main, bukannya latihan pedang yang sungguhan.

"Serius, aku belum kenal dengan penjaga lainnya," ucap Nirvana.

"Percayalah, disini yang masih berjiwa muda hanya kita." Mark mengayunkan pedangnya secara vertikal. Sementara itu Nirvana melompat mundur, mengelak.

"Mungkinkah ada satu lagi yang seusia dengan kita?"

"Siapa tau nanti ada."

Mark menjawab pertanyaan dari Nirvana. Mark melakukan tusukan kedepan. Nirvana menghindari dengan cara berjongkok tiba-tiba. Nirvana melakukan tebasan kuat kearah atas, pedang Mark terlepas.

"Lumayan. Angkatan berapakah kamu?" Tanya Mark.

"Angkatan?"

Mark mengambil pedang kayunya yang terjatuh ditanah. Kemudian Mark memperjelas pertanyaannya.

"Akademi militer kota Trost," ucap Mark.

"Aku tidak ikut akademi militer. Hanya melakukan eskul olahraga pedang Kendo." Sanggah Nirvana.

"Serius?" Mark telah menghunus pedangnya.

Empat sampai tujuh benturan pada pedang kayu terjadi.

"Bagaimana kalau mempercepat temponya?" Usul Nirvana.

Mark terdiam sebentar.

"Aku pernah berlibur ke dataran Amaterasu. Di sana pemuda desa biasa melakukan olahraga pedang dalam wadah yang disebut dengan perguruan kenjutsu. Bahkan ada pelatihan teknik beladiri tangan kosong nya. Seorang pemuda desa yang tidak mengikuti pendidikan akademi militer, mengalahkan ku. Mengejutkan."

Mungkinkah itu dataran dengan kebudayaan mirip Jepang?

Setelah bercerita Mark mengambil ancang-ancang.

"Baiklah, naikan temponya," ujar Mark.

Ayunan pedang berjalan dengan kecepatan sedang.

Tau-tau sesuatu muncul secara tiba-tiba.

"Kemampuan amatir macam apa?" Sesuatu muncul secara tiba-tiba.

"Anna?"

"Anna!"

Nirvana dan Mark kaget secara bersamaan.

"Kenapa kamu bolos lagi?" Tanya Nirvana, nada yang agak kecewa.

"Aku berkelahi lagi dengan teman kelas." Jawab Anna.

"Walah, walah selalu begini. Siswi bermasalah ini akan jadi prefek sekolah? Gak guna," ucap Mark.

"Diam kau, penjaga sekolah payah." Anna menatap sinis.

"Jangan diulangi lagi."

Nirvana menegur. Anna memberi tanggapan dengan cengengesan.

"Hora, kemaren sore aku berlatih senjata rantai untuk pertama kali. Sulit banget. Tapi aku mau latihan rantai lagi sekarang ini. Daripada waktunya terbuang percuma, iya."

Gandalf berbisik.

"Bagaimana kalau menguji grafik saint dari justice sword terhadap anak ini." Usulan Gandalf.

Setelah mendengar bisikan dari Gandalf, Nirvana menatap Anna. Secara bersamaan Anna sedang melihat Nirvana. Nirvana segera memunculkan pedang pusaka.

"Bagaimana kalau kita berlatih?" Nirvana menenteng justice sword.

"Tapi aku masih belajar. Rantai adalah keterampilan baru bagiku!" Sanggah Anna.

"Kita lakukan duel close combat. Kamu menyerang seolah sedang mengayunkan belati yang biasa."

"Kalau itu, aku bisa."

Setelah Anna setuju, mereka pun berdiri berhadapan.

Nirvana bersiap dengan keahlian warisan Gandalf. Sekelas pewaris rumah penyihir.

"Kamu duluan kak," ucap Anna.

Nirvana mengayunkan pedangnya. Anna menangkis dengan terampil mengenakan belati rantai. Masih berjalan secara santai.

Belati rantai.

Besi dan besi bilah saling beradu, berdentang kecil. Ayunan santai terjadi. Rantainya tidak dilempar ataupun diayunkan. Gagangnya digenggam, belati dibenturkan.

"Kalau dipikir-pikir bentuk bilah senjata rantai seperti ice pick. Itu hanya untuk menusuk kah?"

"Benar kak."

Mereka masih mengayunkan main weapon masing-masing dengan santainya, relatif pelan.

"Kenapa kamu tidak memakai dua belati sekaligus?" Tanya Nirvana.

"Maksudmu dual welding? Itu sulit kak," kata Anna.

"Kalau latihan secara rajin pasti bakalan ahli." Nirvana memberi dorongan.

"Akan aku coba kak." Anna terus menangkis arah tebasan pedang Nirvana. Anna hanya pakai satu senjata rantai ditangan kanannya.

"Kita naikan tempo!"

"Baik kak, aku siap!"

Mereka menaikan lagi kecepatan ayunan senjata. Suara dentingan terdengar lebih keras dari yang sebelumnya.

"Kurang cepat kak!"

"Baiklah."

Tempo latihan meningkat kembali. Tanpa sadar, Anna bernapas lebih cepat dari sebelumnya. Tapi Anna tidak mengaku kesulitan.

"Lebih cepat lagi kak!"

"Siap."

Saat Anna berkata lebih cepat lagi, terdengar seperti gadis yang sedang beradu adegan ranjang.

"Wah gila, anak bermasalah ini suaranya kaya gadis mesum saja." Mark bercanda, terkekeh geli.

"Ternyata ini alasan Nirvana mau bertingkah baik pada anak yang bermasalah ini. Ia bisa melihat sisi lebih dari gadis remaja sialan ini." Mark menggaruk belakang kepala, cengengesan.

Suara dentingan besi terdengar sangat intens. Sesekali ada percikan kembang api yang nampak ketika pedang dan belati bertabrakan.

"Kya...."

"Kenapa?"

"Gak apa-apa kak. Aku hanya lagi ngerasa seru aja."

Dentingan terus terjadi. Bilah nya terus beradu.

"Sekarang!" Gandalf memberikan isyarat.

Nirvana mengarahkan bagian yang tumpul dari bilah pedang. Bagian tengah diantara dua mata pedang, dimana hampir sama seperti balok besi ringan.

"Kya...." Ana memegang keningnya yang terkena badan bilah. Mundur sambil memegang kepala, kakinya terganjal batu. Anna terjatuh.

"Aduh sakit" Anna duduk dirumput sambil memegangi kening.

"Kamu tidak apa-apa?" Nirvana menghampiri.

"Sakit, kak," keluh Anna.

"Baik, kita sudahi saja." Nirvana menyembunyikan justice sword. Secara ghaib menghilang.

Anna segera berdiri dan berjalan menunduk.

"Maaf kak, Anna payah."

"Mungkin nanti tidak. Belajarlah dengan giat."

Anna berjalan keluar lapangan latihan. Atas ucapan dari Nirvana, Anna tersenyum tipis. Meski tak menjawab, ia merasa sedikit lega.

****************

Ruang VIP.

Berada di ruang owner akademi, Nirvana duduk. Dihadapannya, Satella juga duduk manis. Mereka duduk saling berhadapan.

"Sebentar lagi bulan purnama." Seperti biasa, Satella meminum cangkir tehnya.

"...." Nirvana menyimak.

"Aku gagal lagi. Ini akan menjadi putaran terakhir. Aku mau pergi untuk sebuah urusan. Tolong jaga tempat ini sampai aku kembali. Theodore akan melindungi kastil akademi juga." Satella menaruh cangkirnya.

"Mau pergi?" Nirvana menatap penasaran.

Satella menatap kearah jendela, melirik kearah Nirvana kemudian menjilati punggung tangannya.

Seperti kucing saja.

Kelakuan Satella memang imut.

"Baik-baik lah disini."

*****************

Ruang kepala sekolah.

Setelah Satella meninggalkan kastil akademi, Nirvana bergegas menuju ruangan kepala sekolah.

"KALAU MASUK, KETUK PINTU DULU!" Minerva mengomel, suara seperti raungan singa terdengar.

Karakter Minerva bahkan galaknya melebihi tokoh fiksi Erza fairy tail.

"Maaf." Nirvana ciut.

"Kamu lagi! CEPAT DUDUK DISINI, dasar tukang ganggu." Minerva tak hentinya mengomel.

"Galaknya melebihi ketua guild fairy tail di cerita fiksi." Batin Nirvana.

"apa bisik-bisik? NGOMONGIN AKU YAH!" Sentak Minerva.

"Tidak, mohon ampun. Saya cuma mau membicarakan sesuatu saja." Nirvana dengan raut wajah tidak tenang, sedikit ngeri.

"Oh, ayo sini." Minerva menyapu tangannya, memberi gestur minta didekati.

Nirvana telah duduk berhadapan dengan Minerva.

"Ngomong," ucap Minerva dengan tatapan galak yang khas.

"Pemilik sekolah mendadak pergi. Sebenarnya ada apa?"

Atas pertanyaan Nirvana, Minerva melamun sejenak. Ia menaruh jari telunjuk didagu nya seolah-olah sedang berfikir serius.

"Stella pulang ke mansion ya. Dia selalu begitu." Minerva berbicara sendiri, bernada melamun.

"Begitu?"

Minerva menoleh kearah Nirvana untuk menjelaskan.

"Sejak kelas tiga Stella selalu gitu. Berkata, aku sudah mati tiga kali untuk melewati ini. Aku berusaha keras mengakhiri siklus perulangan waktu. Begitu katanya, aku juga bingung. Aku gak ngerti, Stella itu punya sisi aneh selain sisi imutnya." Pada akhir kalimat, pipi Minerva memerah, bibirnya tersenyum. Minerva menaruh ujung jari untuk menutupi bibir ranumnya.

"Anu.... Apa kalian ada hubungan yuri?"

"TIDAK BENAR!"

Atas pertanyaan random Nirvana, Minerva memukul meja dengan sangat keras. Ada retakan ditengah mejanya. Nirvana tersentak kaget.

"Maaf, aku permisi dulu." Nirvana berjalan keluar karena sudah tidak tahan atas kegalakkan Minerva.

"Tunggu dulu!" Minerva menahan, Nirvana berhenti melangkah tapi tidak berani menatap. Nirvana kini membelakangi Minerva.

"Temui lah Violetta!"

"Guru pertahanan terhadap ilmu hitam?"

"Iya."

Nirvana menoleh kearah Minerva untuk mempertanyakan.

"Untuk apa?" Tanya Nirvana.

"Dia itu si cewe paranormal. Aku percaya dia bisa menjawab rasa penasaran mu. Mungkin sebagian besarnya, mungkin ada beberapa tidak terjawab."

Atas penjelasan Minerva, Nirvana menoleh dan mengacungkan jari jempolnya. Akan tersenyum tapi malah diomeli lagi.

"CEPAT PERGI!"

Akhirnya Nirvana cepat-cepat pergi keluar.

Berjalan dilorong, biasanya disana terdapat satu block yang berisikan ruangan guru. Setiap satu petakan yang setara luas kamar penginapan adalah satu ruang guru. Di pintunya terdapat papan nama gurunya.

****************

Ruang guru.

Adalah guru pertahanan terhadap ilmu hitam. Sejak berdiri didepan pintunya, seseorang menyambut.

"Masuklah!"

Belum menyentuh pintu, belum mengetuk pintu. Bagaimana bisa orang itu mengetahui ada yang berkunjung. Membayangkannya membuat Nirvana merinding.

Akhirnya Nirvana masuk kedalam ruang guru.

"Duduklah."

Seorang gadis muda jangkung berambut ungu gelap memberi sambutan. Poni panjang menutup sebelah matanya. Nirvana duduk berhadapan dengan Violetta.

"Ada apa, Van?" Tanya Violetta.

"Bagaimana--" Nirvana kaget.

Bagaimana ia bisa tahu panggilan Nirvana disekolah dulu.

"Aku peramal. Jangan tanya siapa mamaku, karena dimeja ini ada papan namanya kan. Oh, aku lupa kamu tidak bisa baca. Bukannya menghina, karena kamu datang. Asalmu dari universe lain kan."

Bagaimana dia bisa tahu....

Nirvana tercengang.

"Bagaimana aku bisa tahu, tentu karena aku peramal."

"Jadi kamu ini paranormal?"

"Persis."

Sekarang Nirvana paham bahwa Violetta adalah cewe paranormal.

"Jadi, Vio--"

"Huh, Vio? Apakah itu panggilan spesial darimu? Panggilan khusus antara aku dan kamu."

Ketika Violetta memotong, Nirvana dibuat silent lagi.

Nirvana tak bisa mendeskripsikan Violetta dengan kata-kata.

Tunggu, Nirvana seperti familiar dengan paras Violetta.

Pernah lihat, tapi dimana?