Vila bangsawan.
Raja berkunjung, sepertinya hanya dikawal oleh satu orang. Pengawal pribadi menunggu di luar mansion. Raja duduk berhadapan dengan seorang gadis muda rambut hitam.
"Papa-- eh, itu, maksudku selamat datang baginda raja." Gadis rambut hitam memberikan gestur hormat.
"Aku ada tugas untukmu, Historia."
"Dengan senang hati. Kehormatan bagiku, bisa menjalankan perintah raja."
Historia bersedia mendengarkan perintah dari sang raja.
"Aku mau kamu pergi ke akademi Griffin sword. Yang harus kamu lakukan adalah mengawasi putri calon menantu." Perintah sang raja.
"Mengawasi kakak Stella? Historia terdiam murung, lalu bibirnya pun berubah menjadi senyum kecil.
****************
Ruang VIP.
Di dalam sekolah ada satu ruangan khusus tamu khusus. Misalnya saja para donatur, kepala sekolah dari akademi lain atau Menteri sihir.
Saat ini Satella bersama Nirvana untuk menemaninya.
Gadis berambut hitam dengan pakaian mewahnya sedang duduk berhadapan dengan Satella.
"Sudah lama tidak berjumpa, benar kan Historia." Satella memberikan senyuman ramah.
"Benar." senyuman Historia amat minim sekali.
Satella menuangkan air teh ke cangkir. Cangkirnya disodorkan langsung oleh Satella.
"Terimakasih atas perlakuan baik selama ini, kakak angkat tercinta." Historia tersenyum bahagia kala mengambil cangkirnya.
Mereka bersulang, meneguk santai cangkir tehnya.
"Aku khawatir dengan kakak kala mendengar kakak cidera. Historia ingin tahu kabar kakak sekarang."
"Aku baik-baik saja. Hanya saja aku sempat mengalami dislokasi pada tulang."
"Begitu, maaf karena aku tidak menjenguk."
Setelah mendapat jawaban tentang kabar kakak angkatnya, Historia terdiam beberapa saat. Wajahnya kembali murung seolah itu bawaan lahir. Menatap Satella, ia bersuara.
"Bagaimana kedekatan kak Stella dengan pangeran?" Tanya Historia.
"Sudah lama tidak berinteraksi lagi dengan mereka. Mereka sudah aku anggap teman masa kecil." Satella menjawab dengan riang sementara Historia bertanya-tanya.
"Hanya, teman?" Historia bengong.
"Iya benar," ucap Historia.
"Apa kakak sedang dekat dengan seseorang selain pangeran, adikmu mau tahu kak." Historia menarik pergelangan tangan Satella. Di tarik ke bawah dan kebelakang.
"Tidak ada kok." Satella terkekeh.
"Kalau ada apa-apa, kasih tau aku kak," ucap Historia.
"Tentu." Satella tersenyum riang.
Hening beberapa saat.
"Kak, kenapa penjaga sekolah ini malah ada diruangan mu. Dia ini sebenarnya siapa?" Tanya Historia.
"Dia ini orang kepercayaan ku loh. Namanya Nirvana," kata Satella.
"Apa bedanya dengan asisten kakak waktu di kementerian sihir?" Tanya Historia.
"Maksudmu Jack frost? Nirvana ini sedikit lebih berguna. Juga sedikit lebih menarik," ungkap Satella.
"Begitu." Historia tersenyum penuh arti saat mencerna kata menarik.
"Tapi jangan salah paham yah. Aku hanya betah saja dengan asistenku yang baru ini." Satella berupaya tuk meyakinkan adik angkatnya. Tetapi tetap saja Historia berfikiran lain.
"Kak aku pergi dulu yah." Setelah mendapat informasi yang ia cari, Historia berdiri dan mohon pamit.
"Sudah mau pulang?" Satella agak kecewa.
"Aku lagi ada tugas langsung dari baginda raja, kak." Historia pun memaksa pamit pulang.
"Sampai nanti yah adik" Satella memberi salam selamat tinggal.
Historia menyeringai sebelum melewati pintu keluar.
"Bahkan dia sama sekali tak mau menegurku." Nirvana mengeluh.
"Nanti aku nasihati," balas Satella.
****************
Training ground.
Ada beberapa boneka kayu yang berjajar. Fasilitas latihan sudah dipersiapkan. Nirvana lagi berdiri sambil memegang justice sword.
"Coba gunakan pyrokinesis!"
Gandalf memandu latihan Nirvana. Nirvana menembakan api melalui telunjuk kirinya. Yang keluar hanya api berkekuatan kecil.
"Sekarang tembakan kepada semua boneka kayu!"
Nirvana melakukan sesuai dengan arahan fragmen jiwa dalam bilah pedangnya. Beberapa tembakan api Nirvana ada yang meleset. Akurasi Nirvana tidak terlalu buruk. Tapi mengecewakan ekspektasi Gandalf.
"Akurasi yang buruk."
"Maaf, aku bikin kecewa."
"Sekarang cobalah gunakan lifrasil untuk memperkuat pyrokinesis!"
Nirvana berkonsentrasi.
"Aku mengorbankan lif point ku untuk memperkuat pyrokinesis!"
Lifrasil !!
Berbeda dari sebelumnya. Apinya menjadi lebih besar. Ini jadi setara mantra api tingkat menengah. Api meluap sampai tinggi sekali, radius kobaran api lebih luas. Pyrokinesis menjadi punya efek suara ledakan. Satu boneka kayu beserta beberapa boneka disekitarnya ikut meledak.
"Kamu bisa mengatur besar kecil tenaga roh yang digunakan dalam lifrasil. Sekarang kamu kurangi konsumsi lif point saat menembak pyrokinesis!"
Nirvana kembali menuruti arahan Gandalf.
Pyrokinesis !!
Benar saja, karena pyrokinesis jadi lebih lemah dari sebelumnya.
"Sekarang keluarkan tenaga roh melebihi dua tembakan api yang sebelumya!"
Nirvana memakai lifrasil. Nirvana menaikan tenaga roh menjadi lebih besar dari sebelumnya. Pyrokinesis menghasilkan efek ledakan lebih besar radiusnya lebih luas lagi.
Duar....
"Hebat...."
"Siapa--"
"Ini aku kak."
Tau-tau Anna muncul disebelah Nirvana. Mengakhiri skill hiding kemudian menampakkan dirinya.
"Tapi ini kan jam belajar?" Tanya Nirvana.
"Aku dikeluarkan dari kelas karena aku berkelahi kak," jawab Anna.
"Jangan lakukan lagi." Nirvana memberi teguran.
Anna cengengesan. Nirvana pun mengakhiri sesi latihannya.
"Kamu ini close combat mage ya kan?" Tanya Nirvana.
"Tepat," balas Anna.
"Berarti kamu mengandalkan stat agility dong. Kamu pake senjata apa?" Tanya Nirvana.
"Selama ini aku pake belati. Tidak terlalu expert sih. Selama ini aku fokus meningkatkan kemampuan invisible ku dan aku fokus melatih keahlian presence concealment." Anna menjelaskan.
"Coba kamu berlatih. Kamu pakai kemampuan invisible, lalu kamu lakukan serangan kejutan." Saran Nirvana.
"Itu adalah cara assassin. Apa aku terlihat seperti assassin? Baiklah sekarang aku akan latihan dengan cara yang kakak minta." Anna pun segera merakit boneka kayu dalam jumlah yang cukup untuk latihan.
Gandalf berbisik dengan telepati, "Anak ini sepertinya akan menuruti apapun yang kamu katakan."
"Sepertinya begitu," balas Nirvana.
Banyak boneka kayu sudah tertata sebagai samsak latihan. Memakai kemampuan sihir invisible Anna muncul dari belakang boneka lalu menusuknya dari belakang. Anna menghilang, lalu muncul kembali dengan serangan kejutan. Ia terus begitu hingga semua boneka kayu berhasil dilumpuhkan olehnya.
Semula invicible tiba-tiba muncul didepan Nirvana. Tentu Anna telah membuat Nirvana kaget.
"Kakak, kaget ya? Memangnya aku hantu, ya." Anna cemberut, melipat tangannya.
"Kemampuan kamu sebagai close combat mage sangat bagus. Kamu akan menjadi assassin ku." Nirvana memuji keterampilan Anna.
"Apa, assassin kak? Memang siapa yang ingin kakak bunuh? Kakak menyuruhku bekerja di asosiasi assassin?" Tanya Anna.
"Tidak, bukan. Assassin yang aku maksud adalah juru intai yang tugasnya mengumpulkan data-data inteljen." Nirvana menyanggah.
"Oh, begitu." Anna bernapas lega. Kemudian balas memberi komen kontroversi.
"Aku gak masalah kalau diminta menjadi assassin nomor satu di asosiasi pembunuh bayaran kok." Pernyataan Anna mengejutkan Nirvana. Secara bersamaan suara bisikan telepati Gandalf terdengar.
"Benarkan apa kataku. Gadis ini sepertinya mau melakukan apapun yang kamu katakan," ucap Gandalf.
Seketika Nirvana teringat akan permainan video game berkisah tentang seorang assassin. Mereka memakai sebuah senjata bernama rope dart. Nirvana berfikir untuk meniru konsep tersebut.
"Apa kamu berfikir tuk memakai belati yang terpasang rantai pada gagang nya?" Tanya Nirvana.
"Belati rantai? Kenapa aku harus memakai senjata yang sulit untuk digunakan?" Tanya Anna.
"Kamu melempar belatinya kearah tubuh lawan. Setelah menancap di daging, kamu tarik hingga lawan ketarik ke arahmu," ujar Nirvana.
"Ide mu bagus kak," ucap Anna.
*****************
Kafetaria sekolah.
Jam makan siang datang. Nirvana sedang makan siang sendiri. Tidak lama datang Anna menghampiri.
"Boleh ikut bergabung?"
Nirvana memperhatikan Anna. Memandang kearah Anna yang datang, Nirvana menanggapi.
"Kok tidak makan siang bersama teman kelas?" Tanya Nirvana.
"Aku, aku--" Anna terdiam.
"Makanlah bersama teman mu. Sesekali boleh kalau kamu ingin bareng aku." Nirvana komentar.
"Aku kan tidak punya teman kak." Balas Anna, menunduk murung.
"Serius?" Nirvana kaget.
Tidak lama kemudian datanglah seorang siswa yang berambut biru.
"Hei, Anna." Siswa rambut biru itu menyapa.
"Siapa kamu!" Ana membalasnya dengan jutek.
"Kita kan satu kelas. Masa kamu pura-pura tidak kenal." Siswa yang berambut biru membawa nampan makanan, duduk di kursi sebelah.
"Bodo amat lah. Aku gak peduli." Anna bertindak cuek.
"Kamu gak boleh memperlakukan teman seperti itu." Tegur Nirvana.
Anna terdiam dan menatap kearah Nirvana beberapa saat. Menatap bengong sebelum menoleh kearah siswa berambut biru tersebut.
"Maaf kalau aku salah," ucap Anna dengan nada yang maksa.
"Ucapan mu tidak tulus banget loh. Terkesan seperti terpaksa banget." Komentar siswa rambut biru.
"NYEBELIN!" Anna dengan sifat galaknya.
"Gak apa-apa Anna. Ini sudah jadi kemajuan yang bagus untukmu." Nirvana memberi dorongan positif.
Wajah jengkel Anna sedikit mereda sekarang.
Tak lama Mark bergabung dalam meja makan.
"Wah, wah ada siswa teladan kita Cristian Hans Andersen." Mark memberi tegur sapa.
Mark pun duduk. Sementara Anna memberi sikap yang kurang baik.
"Hei, siapa yang mengijinkan anda duduk disini!" Anna memprotes.
"Nani?" Mark resah.
"Tamu gak boleh memperlakukan orang lain seperti itu, Anna!" Tegur Nirvana.
Anna melipat tangan, membuang muka. Tidak mau menyanggah ucapan dari orang yang disukainya. Anna memilih diam, mengalah dan cemberut. Mark menatap Nirvana untuk memulai obrolannya.
"Cristian Hans Andersen adalah prefek sekolah yang rajin. Siswa teladan yang patut dicontoh. Hans telah banyak membantu kerja kita sebagai penjaga sekolah." Mark menejelaskan kepada Nirvana.
"Anna juga akan menjadi prefek sekolah yang paling efektif," ujar Nirvana.
"Apa, Anna jadi prefek sekolah juga. Kamu gak pernah cerita padaku loh Anna." Hans menanggapi antusias.
"Yeah." Anna membalas jutek. Ia membuang mukanya.
"Serius, Anna jadi prefek? Aku gak bisa ngebayangin." Mark mengejek Anna, lalu menertawakannya.
"Diam kamu! Dasar kamu penjaga pecundang," sindir Anna.
"Kamu tidak boleh berkata seperti begitu pada orang." Tegur Nirvana.
Enggan menyanggah, Anna malah membuang mukanya lagi. Mendesis kesal karena kurang suka mereka.
"Kamu mempercayakan murid tukang bolos yang bermasalah ini? Sebagai prefek sekolah Anna tidak bisa diandalkan," kata Mark.
"Anna akan berubah jadi prefek sekolah yang paling efektif loh." Nirvana memberi pembelaan.
"Kamu terlalu memandang baik kepada Anna," ucap Mark.
Anna dan Mark saling memandang sinis. Sementara Hans menengahi mereka berdua agar tidak memanas.
"Baiklah, ayo makan." Hans pun meredam aura permusuhan dari kedua pihak.
Mereka makan siang.
~Bersambung~