Dewi menatap Egi dengan lapar. Gairahnya terbakar melihat Egi berbalut celana dalam. Dewi sudah sabar untuk memakan Egi. Dewi dengan sensual membelai wajah Egi. Belaian dari wajah turun ke leher, tangannya menjelajahi setiap lekukan tubuh Egi.
Dewi benar-benar gila melihat tubuh seksi Egi. Ia menjilat dan melumat bibir Egi walau lelaki itu menolaknya. Dengan sedikit paksaan Dewi melesakkan lidahnya masuk ke mulut Egi. Suka tidak suka Dewi menguasai tubuh Egi yang tak berdaya dibawah pengaruh obat penenang.
Egi mau muntah ketika Dewi menciumnya. Ia sangat mual dan merasa jijik. Sebagai seorang gay ciuman dengan seorang wanita merupakan hal yang memalukan dan menjijikkan. Ia merasa kesal, marah dan dendam. Tega sekali Bara menghukumnya seperti ini. Andai yang memperkosanya seorang pria, Egi tak akan semarah ini. Setidaknya ia bisa menikmati percintaan mereka.
Egi berusaha memberontak dan mencoba kabur. Keempat wanita itu memeganginya. Mereka memegangi tangan dan kaki Egi.
Egi benar-benar malu pada dirinya sendiri. Ia tak berdaya melawan para wanita. Jika dalam keadaan normal Egi akan melempar mereka satu persatu dari kamar ini. Egi terpaksa pasrah dengan keadaan.
Dewi mencium Egi membabi buta seraya mencoba memancing gairah Egi. Obat yang Dewi minumkan sudah bereaksi, sepertinya Egi sudah siap untuk memulai pelajaran baru. Bercinta dengan wanita.
Dewi melepaskan seluruh pakaiannya dan celana dalam Egi. Dalam satu sentakan ia menyatukan tubuhnya dan Egi.
"Arrrrrghhhhhhh..... brengsek lo Dewi. Beraninya lo memperkosa gue," pekik Egi pilu seraya meronta. Air mata keluar dari pelupuk matanya. Ia merasa ternodai, dilecehkan, dan dikuasai. Harga dirinya dicabik-cabik. Terbayang wajah Bara dalam pikirannya. Bara keterlaluan dan berniat akan balas dendam setelah semua ini selesai. Kelima wanita ini akan meninggalkan Egi ketika hasrat mereka sudah terpenuhi. Keempat wanita lain melihat permainan mereka dan mereka merasa kegerahan.
Dewi sibuk memacu tubuhnya diatas Egi. Wanita itu menikmati permainannya. Ia bak orang kesetanan menikmati tubuh Egi. Erangan dan desahan keluar dari mulut Dewi. Ia mengoceh tak karuan hingga membuat Egi muak. Lelaki itu berharap wanita itu segera menuntaskan nafsunya dan pergi. Wanita itu merasa beruntung di hubungi Dian. Kelima wanita itu bisa ada disini karena ide gila Dian. Sebenarnya Bara tidak setuju dengan ide ini namun Dian berhasil membujuknya sehingga mengijinkan ide gila ini.
Dewi meracau tak karuan menggenjot tubuh Egi. Penyatuan mereka benar-benar membuatnya gila dan tak ingin menghentikannya. Sementara itu Egi seperti manekin yang tak bisa apa-apa. Ingin berontak tapi tubuhnya kaku dan hasratnya membara pengaruh obat perangsang. Sesekali Egi meracau mulai merasakan permainan Dewi. Wanita itu seperti musafir yang kehausan mencari pelepas dahaga yang kering.
"Egi.....Arrgggggghhhh," pekik Dewi melengking melepaskan orgasme. Tubuhnya bermandikan keringat. Ia merasakan panas dan gila. Ia ingin istirahat sejenak, permainan barusan menguras tenaganya. Setelah lelahnya hilang ia akan mengulangi permainan tadi. Tak cukup sekali menikmati tubuh Egi.
"Terima kasih sayang," kata Dewi nakal seraya mengecup bibir Egi. Dewi menoleh pada keempat temannya yang sudah terbakar hasrat. Dewi tersenyum menatap keempat temannya.
"Sekarang giliran kalian. Ternyata bercinta dengan gay seru juga dan menantang," puji Dewi sebelum beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Pengusaha berlian itu bahagia karena berhasil bercinta dengan Egi dan ia menikmatinya walau laki-laki tidak menginginkannya.
Mereka berempat semakin penasaran. Tidak menunggu lama Sinta maju mendekati ranjang. Sekarang gilirannya. Perempuan itu dengan lapar menatap Egi. Jojo masih tegak karena pengaruh obat. Dewi belum mampu memuaskannya.
Sinta mengambil ice cream dalam kulkas. Ia sudah mempersiapkannya. Ia ingin mewujudkan fantasinya seperti film 'Fifty Shades of Freed'. Ia menumpahkan ice di dada Egi. Lelaki itu kedinginan karena ice cream ditumpahkan di dadanya. Sinta menaiki tubuh Egi. Wanita itu membersihkan ice cream ditubuh Egi dengan cara menjilat. Sinta merasa bahagia ternyata apa yang ia tonton seru dan menyenangkan ketika dilakukan. Setelah lelehan ice cream itu bersih ia akan menumpahkannya lagi di tubuh Egi dan membersihkannya dengan menjilatnya.
Egi merasa sensasi yang berbeda ketika Sinta menggerayanginya. Perempuan itu tak buru-buru dan memaksa seperti Dewi. Sinta suka berfantasi dan bermain lembut. Tak hanya bagian dada yang ditumpahkan ice cream. Sinta juga menumpahkan ke bagian vital Egi dan menjilatnya. Egi menjerit dan meracau karena merasa nikmat. Egi berdamai dengan keadaan dan mencoba menikmatinya walau ia tersiksa.
Setelah puas bermain-main Sinta menyatukan tubuh mereka. Jeritan kecil dan manja melolong begitu saja dari mulutnya. Sinta tak dapat menahan diri untuk memompa tubuhnya lebih cepat di atas tubuh Egi. Jojo benar-benar luar biasa. Membuatnya memekik kenikmatan. Permainan ini luar biasa. Egi pasif saja kenikmatan yang ia raih sangat luar biasa, apalagi jika laki-laki itu juga bergerak mungkin mereka akan menghabiskan sepuluh ronde untuk bercinta.
"Egi....," racau Sinta memanggil nama Egi. Sepertinya ia akan mencapai puncak. Sinta mendekatkan wajahnya pada Egi, kecupan mendarat di bibir Egi.
Lelaki itu tak menggubris ciuman Sinta. Ia menutup bibirnya rapat-rapat. Ia tak sudi tubuhnya dinikmati wanita. Sinta gemas karena Egi tak membalas ciumannya, dengan kesal wanita itu menggigit bibir Egi. Ketika Egi memekik ia melesatkan lidahnya pada mulut Egi. Mereka bertukaran Saliva, wanita itu menciumnya dengan ganas dan tak memberi Egi ruang untuk bernapas.
"Sinta lepasin gue," pekik Egi murka menggigit bibir Sinta hingga berdarah. Wanita itu memekik dan melepaskan ciumannya.
Egi mengambil napas dengan rakus. Wanita sialan itu tak mengijinkannya bernapas. Benar-benar otoriter dan berkuasa atas tubuhnya.
"Brengsek lo," sebuah tamparan mendarat di pipi Egi. Sinta tak suka dengan perlakuan Egi. Ia murka dan mengambil cambuk. Ia mencambuk tubuh Egi hingga kemerahan. Tak puas Sinta membalikkan tubuh Egi dan mencambuk pantat Egi.
"Awwwwww," pekik Egi pilu.
" Wanita gila. Sakit jiwa," racau Egi mencibir Sinta.
"Terserah lo mau ngomong apa. Gue enggak peduli. Ini hukuman buat lo karena berani menggigit bibir gue," balas Sinta penuh penekanan dan intimidasi.
Sinta merecoki mulut Egi dengan wine yang tadi diberikan Bara. Lelaki itu mengunci bibirnya supaya Sinta tak bisa meminumkan wine tersebut. Wanita itu dengan sadis memaksa Egi. Ia berulang kali mencambuk Egi hingga lelaki itu tak berdaya.
" Biar tahu rasa lo. Tubuh lo makin kaku dan enggak bisa lagi melawan. Emang enak jadi boneka seks," cibir Sinta merendahkan Egi.
Mata Egi memerah menahan amarah dan gejolak emosi dalam dadanya. Ia berjanji tidak akan memberi mereka ampunan setelah malam ini berakhir.
Sinta membalikkan tubuh Egi dan kembali mencambuknya. Ada sensasi yang berbeda ketika melihat tubuh Egi lebam kemerahan. Gairahnya semakin tinggi. Sinta mencambuk dirinya sendiri dan mulai menunggangi tubuh Egi.