"Bisa pergi dari sini bos. Pergi dari sini dan biarkan aku sendiri. Jika bos tetap disini aku tak jamin bisa mengontrol diri dan melukai anda!"
Bara menahan langkah kakinya. Niatnya mendekati Dian untuk menenangkan ia urungkan. Bara merasa bersalah karena telah mengungkit masa lalu mereka. Pemerkosaan Dian juga memberikan dampak yang besar dalam hidupnya. Bara melihat dengan mata kepalanya sendiri ketika lelaki bajingan itu mencabik-cabik tubuh Dian yang ketika itu masih berusia 15 tahun.
Tangisan dan rintihan Dian remaja tak dihiraukan. Lelaki itu tetap melampiaskan nafsu bejatnya hingga membuat Dian pingsan dan mengalami pendarahan. Lelaki itu tak hanya memperkosa Dian satu kali tapi berkali-kali. Ia seakan tak pernah puas memasuki tubuh Dian.
Bara ingin menolong tapi ia tak berdaya. Ia diikat dan dihajar. Dendam membara terlihat dari sorot mata Bara pada lelaki itu. Bara bersumpah tidak akan mati sebelim membalas dendam.
Tujuan Bara menjadi anggota DPR untuk membalaskan dendam pada si bajingan itu. Ia ingin menggunakan kekuasaannya sebagai anggota dewan untuk membalaskan dendam mereka. Apa yang lelaki itu lakukan padanya dan Dian tak dapat dimaafkan.
Dian mengalami trauma dan bahkan nekat mengakhiri hidupnya setelah peristiwa itu terjadi. Butuh waktu yang lama untuk Dian sembuh dan menghilangkan rasa trauma.
"Maafkan saya Dian. Saya tidak bermaksud mengatakan ini semua. Peristiwa itu tak hanya meninggalkan trauma bagi kamu tapi juga saya. Kita berdua bisa bangkit karena saling menguatkan. Saya tak bermaksud mengatakan semua ini. Sekali lagi maafkan saya. Jika menangis membuatmu lega menangislah! Kamu bukanlah Dian yang lemah, kamu sekarang wanita yang kuat. Tak seorang pun dapat menyakiti kamu lagi. Kamu sudah seperti adik bagi saya dan saya menyayangimu," ucap Bara penuh penyesalan. Ia berpamitan dan pergi dari kamar Dian.
Setelah Bara pergi, Dian mengunci pintu kamar dan menangis pilu. Penculikan dan pemerkosaan yang ia alami menggoreskan luka mendalam dihatinya dan peristiwa itu tak akan pernah ia lupakan seumur hidup. Sesekali peristiwa itu hadir dalam mimpinya. Dian tak bisa tidur karena mimpi itu. Bagaimana dengan kejam lelaki itu mencabik-cabik pakaiannya dan memperkosanya di depan Bara. Tangisan pilu dan permohonannya tak digubris. Semakin Dian menangis histeris lelaki itu semakin bernafsu dan menggagahinya dengan kasar hingga tak sadarkan diri.
Dian ingin membalas dendam pada si bajingan yang telah merusak masa remaja dan masa depannya. Lelaki itu bukan orang yang gampang untuk dihabisi. Ia memiliki kedudukan yang kuat. Ia dan Bara harus berstrategi untuk melenyapkan bajingan itu. Seumur hidup ia tak akan mengampuni lelaki itu. Dian bersumpah tidak mau mati sebelum menghabisi lelaki itu.
"Bara kamu seharusnya tidak mengingatkan aku pada peristiwa itu. Aku masih trauma dan mengalami mimpi buruk. Didepan kamu saja aku berusaha kuat dan garang, tapi aku masih rapuh. Peristiwa itu telah merusak masa depan dan merubah takdir kita Bara.
Diluar kita seperti orang yang hidup normal tapi kenyataannya kita berdua masih terluka dan menyimpan dendam pada laki-laki itu. Aku sangat membenci si brengsek itu. Aku bersumpah akan menghancurkan hidup keluarganya. Setelah apa yang dia lakukan pada kita seenaknya saja dia menghirup udara bebas dan bahagia. Sementara kita disini masih dihantui rasa trauma. Aku bahkan tidak suci lagi, siapa yang mau menikah denganku jika mereka tahu masa laluku?
Dulu aku berharap kita bisa menjadi pasangan dan saling menguatkan. Kita mengalami peristiwa pahit dalam hidup kita. Sayangnya kamu gay Bara, padahal aku sangat mencintaimu. Bullshit jika aku tak kecewa kamu menikah dengan wanita lain.
Asal kamu straight aku rela melepaskan kamu. Aku sudah tak sabar membunuh laki-laki itu. Tuhan kenapa hidup kami rumit sekali? Kapan aku bahagia? Lima belas tahun bukan waktu yang sebentar untuk aku menunggu untuk memulai rencana kita.
Aku bersumpah Bara sebelum kita memulai misi kita aku akan menyingkirkan Egi. Jika perlu aku akan membunuhnya. Hati nuraniku telah mati sejak kejadian itu. Dia penghalang kamu untuk sembuh. Luka yang kamu rasakan lebih berat daripada yang aku alami. Kita satu tubuh, jika satu sakit maka tubuh yang lain akan sakit juga. Aku telah berjanji pada papamu untuk membantumu hidup normal. Maaf jika aku sekarang menjadi suruhan papa kamu.
Aku yang sekarang seorang singa lapar yang tak kenal rasa iba dan tak punya hati. Aku akan melakukan apa pun supaya misi balas dendam ini berhasil dan kamu kembali straight," ucap Dian di depan cermin seolah bicara pada dirinya sendiri.
Dian menghapus air matanya. Ia tak boleh menangisi masa lalu. Dian yang sekarang bukanlah gadis remaja yang dulu pasrah dan tak bisa melawan ketika diperkosa. Andai kejadian itu terulang kembali bisa dipastikan lelaki itu akan mati ditangan Dian. Membunuh sudah menjadi makanan sehari-hari untuknya. Semenjak sepuluh tahun yang lalu ia berlatih bak tentara.
Dian ahli menembak, bela diri dan memanah. Karena keahliannya itu BIN ( Badan Inteligen Negara) pernah menawari menjadi anggota BIN, tapi ia menolaknya. Jika ia menjadi anggota BIN misinya balas dendam tak pernah terlaksana.
Tak mudah untuk Dian sembuh dari traumanya. Butuh waktu tiga tahun ia menjalani pengobatan. Selama itu ia dan Bara saling menguatkan untuk sembuh. Herman, papa Bara yang berjasa membiayai pengobatannya. Orang tua Dian hanyalah ART yang bekerja pada keluarga Bara di Bandung. Tentu orang miskin seperti keluarganya tak sanggup membiayai pengobatan Dian.
Setelah tiga tahun mereka menghabiskan waktu bersama mereka berjanji untuk membalas dendam. Lelaki itu harus mendapatkan balasan setimpal atas perbuatannya.
Baralah yang mempunyai ide untuk melatih Dian bak tentara. Bara tak hanya melengkapi Dian dengan pelatihan militer. Ia juga mengikutkan Dian kursus kepribadian dan home schooling. Dian wanita cerdas dan gampang menangkap pelajaran.
Musuh mereka bukanlah orang yang sembarangan. Untuk melawan lelaki itu mereka harus menjadi kuat terlebih dahulu agar bisa melindungi diri mereka sendiri. Tujuan Bara menjadi anggota dewan untuk memuluskan niat mereka membalas dendam. Butuh strategi dan persiapan yang matang untuk menyelesaikan misi mereka.
"Aku tak sabar menanti hari itu datang. Aku akan muncul dihadapan bajingan itu. Aku bukanlah gadis lemah yang dulu pernah dia sakiti. Aku datang untuk mencabut nyawa bajingan itu. Kematian terlalu enak untuk bajingan itu. Aku akan menganiayanya hingga ia sendiri yang meminta kematiannya. Apa yang dia lakukan padaku dan Bara tak bisa dimaafkan. Luka yang dia berikan tak bisa kami hapus dan menyisakan luka yang tak bisa hilang dan akan membekas seumur hidup," sambung Dian bicara pada dirinya sendiri.
Setelah itu Dian mengambil wine dan meminumnya untuk melepaskan bebannya sejenak. Air mata masih membasahi pipinya. Mengingat peristiwa itu selalu membuatnya menangis. Sekuat apa pun Dian, dia tetaplah wanita yang memiliki perasaan yang halus.
Semenjak menjadi kaki tangan Bara minum wine sudah menjadi kebiasaan untuk Dian. Ia harus kuat minum karena ia selalu menemani Bara untuk tender bisnis. Tak jarang mereka menghabiskan waktu di bar minum-minum. Jika Dian mabuk ia akan dimanfaatkan rekan bisnis Bara yang mata keranjang.
Para pengusaha yang Dian temui kebanyakan mata keranjang dan suka bermain wanita. Rata-rata memiliki wanita simpanan dan memakai jasa pelacur kelas atas. Dian saja sudah berulangkali diminta jadi barang barteran. Mereka akan bekerja sama jika Dian mau menemani mereka di ranjang. Tentu saja usul itu ditolak Bara karena ia tak ingin mengorbankan Dian untuk bisnisnya. Cukup sekali Dian mengorbankan dirinya untuk menyelematkan Bara.