Chereads / Jodoh Tak Pernah Salah / Chapter 38 - Part 35~ Cerita Dila dan Naura

Chapter 38 - Part 35~ Cerita Dila dan Naura

Dila sedang beres-beres di dalam kamar. Ia sedang mengemasi koper mereka yang belum di bongkar sehabis honeymoon. Baju kotor sudah dicuci dan tinggal menyetrika supaya rapi.

Dila bernyanyi seraya melipat baju. Saking asiknya bernyanyi ia tak menyadari kedatangan Naura.

Sang kakak ipar malah tersenyum manis melihat keceriaan Dila. Naura mengabadikan nyanyian Dila dan menguploadnya di media sosial.

"Ya ampun pengantin baru. Bahagia sekali ya. Abis belah duren," ucap Naura menggoda Dila.

Nyanyian Dila terhenti karena mendengar suara Naura. Tak lama kemudian ia mendengar notifikasi dari akun media sosialnya. Sebuah video kiriman Naura membuatnya kaget.

"Uni iseng banget sich," gerutu Dila pura-pura kesal.

"Gimana enggak iseng? Dari tadi manggil malah dicuekin. Bahagia banget jadi pengantin baru."

Wajah Dila memerah bak udang rebus,"Uni bisa aja."

"Lagi ngapain?"

"Lagi beresin ini," balas Dila usil seraya menunjukkan bra dan celana dalamnya.

"Kalo masih pamerin punya sendiri enggak keren. Pamerin dong Cd-nya Bara," balas Naura jahil.

"Ishhhh uni nyebelin banget," gerutu Dila dengan ekspresi duck face.

"Kenapa cepat sekali pulang honeymoon? Apa terjadi sesuatu?

Dila meringis menahan senyumnya. Naura tidak bisa dibohongi dan bisa mencium sesuatu yang tidak beres. Dila bangkit melihat sekeliling kamar. Setelah memastikan tidak ada orang yang lewat ia menutup pintu dan menghampiri Naura.

"Uni ternyata tidak bisa dibohongi. Sepuluh jempol buat uni."

Naura tertawa cekikikan seraya membelai rambut Dila,

" Walau kamu cuma adik ipar aku telah menganggapmu seperti adik kandung. Aku sangat menyayangimu. Aku tahu kamu tidak menginginkannya pernikahan ini, apalagi  desas-desus diluar sana tentang dia. Disini dia tidak begitu populer namun di Jakarta siapa yang tak kenal dengan Bara. Pengusaha ambisius tidak kenal kawan atau lawan. Dia sangat kejam dan tak berperasaan. Dimata orang tuanya dia begitu sempurna dan tak ada cela, tapi diluar sana dia tidak sebaik yang kita pikirkan. Maaf aku tak bisa mencegah pernikahan kalian. Aku hanya menantu di rumah ini."

Dila menggenggam tangan Naura seraya mengelusnya,"Aku yakin orang tua menginginkan yang terbaik untuk anak mereka. Aku mencoba menjadi anak yang baik. Orang tua mana yang tidak resah jika punya anak gadis yang sudah berumur tiga puluh tahun belum juga menikah. Apalagi ranah Minang uni cibiran dan cemoohan. Aku tahu bunda lelah mendengar aku jadi bahan pergosipan tetangga. Entahlah uni kadang tetangga ini mulutnya lemes. Dulu mereka menanyakan kapan nikah, coba liat sebentar lagi pasti mereka akan menanyakan aku kapan punya anak. Jika aku sudah punya anak pasti mereka tanya kapan nambah anak lagi."

"Dan kamu kemakan omongan tetangga? Bullshit Dila. Kamu enggak perlu dengerin omongan mereka. Seperti mereka saja yang akan membiayai hidupmu. Kebahagiaan kamu lebih penting," tegas Naura menyentuh dada Dila.

"Kebahagiaan ada didalam hati kita Dil. Uni tahu kamu akan bahagia jika bersama Fatih. Sifatnya teduh seperti Fahri di dunia nyata. Lelaki seperti itu yang pantas untuk kamu. Membimbing kamu dunia dan akhirat. Dia sudah menunjukkan keseriusannya sama kamu dan ingat dia benar-benar mencintaimu dengan tulus tidak memanfaatkan keluarga kita. Jika lelaki itu bukan Fatih pasti sudah memanfaatkan kamu untuk kepentingannya sendiri. Kembali ke topik kenapa kalian pulang lebih cepat? Apa terjadi sesuatu disana?"

Dila menghela napas dan mulai merangkai kata untuk bercerita," Berjanjilah uni tidak cerita pada uda Iqbal."

Naura memandang Dila dengan tatapan aneh dan curiga," Ceritalah! Aku akan menutup mulutku."

"Ada seseorang yang mencoba membunuhku disana," ucap Dila pelan membuat Naura shock hingga menjerit. Dila terpaksa membungkam mulut kakak iparnya agar tak ada yang mendengar jeritan Naura.

Wajah Naura berubah pucat dan khawatir. Tiba-tiba tubuhnya menggigil dan gemetar. Siapa yang berani membunuh Dila?

"Ba-Bagaimana dia melakukannya?"Tanya Naura terbata-bata.

"Ada yang menarik kakiku ketika aku sedang berenang dilaut. Aku kehabisan napas, untung ada Bara menyelamatkanku. Jika tidak...".

Naura memberi kode Dila untuk berhenti bicara melalui gerakan tangan," Jangan dilanjutkan aku tidak mau mendengarnya."

"Aku curiga Bara mengenal pria itu uni. Sepertinya rekan bisnis dia. Pria itu bernama Egi. Aku curiga padanya, tapi aku tidak tahu apa motif dia melakukan semua ini. Ini hanya dugaanku. Tapi aku juga bingung. Dia rekan bisnis Bara tidak mungkin mencelakai aku. Satu hal yang aku tahu tentang sifat suamiku. Dia lelaki tegas dan tak suka ucapannya dibantah. Disitu aku menyadari sikapnya yang mengintimidasi. Aku sekarang ikuti alur saja. Semoga aku lebih cepat mengetahui karakternya. Jujur saja aku masih tak nyaman bersamanya. Aku curiga dengan Egi. Bertanya pada Dian percuma saja pasti ia akan melindungi Bara. Mereka sudah saling mengenal dan dekat sejak lima belas tahun yang lalu."

"Siapa Dian?" Berbagai pertanyaan muncul dibenak Naura.

"Dian sekretaris sekaligus kaki tangan Bara. Semua bisnis suamiku dibantu Dian."

Naura tertawa terkekeh menaruh rasa curiga,"Aku pecinta novel. Beberapa novel yang aku baca biasanya bos dan sekretaris memiliki affair dan punya hubungan gelap. Lima belas tahun bukan waktu yang sebentar, tidak mungkin mereka tidak punya perasaan kecuali jika...." Naura sengaja menggantung ucapannya untuk membuat Dila penasaran.

Dila mendengus sebal karena sang kakak ipar menjahilinya.

"Kecuali apa?" Todong Dila seraya menggelitik pinggang Naura.

Naura kelabakan dan tak bisa menahan tawa karena ulah Dila.

"Please Dil. Hentikan! Jika tidak aku bisa pipis disini. Kamu tidak mau kamar ini bau kan?"

Dila menghentikan aksinya karena tak mau kamarnya bau pesing karena ulah Naura. Kelemahan Naura ada dipinggang, ketika digelitik sampai tertawa ia akan pipis tanpa sadar. Kadang Iqbal malas untuk bergurau dengan sang istri karena suka ngompol jika digelitik.

"Kecuali apa uni? Jika bicara jangan suka menggantung."

"Kecuali jika sekretarisnya itu mirip Betty Lafea dan Bara memanfaatkan kecerdasannya untuk kemajuan perusahaannya."

Dila geleng-geleng kepala," Sayangnya tidak uni. Dian sekretaris cantik dan seksi seperti novel yang uni baca. Aku juga terusik dan kepikiran juga kenapa mereka tak saling jatuh cinta padahal mereka telah lama bersama. Atau mereka terlalu profesional?"

"Positif ajalah ya. Bisa jadi seperti itu. Bara lelaki yang sangat profesional dan tidak seperti bos dalam novel yang mata keranjang. Bagaimana kelanjutan pernikahan kalian? Jika Fatih kembali bagaimana?"

"Uni tahu aku wanita yang tahu agama. Bagaimanapun aku mencintai Fatih, tapi Bara suamiku. Tidak mungkin aku mempermainkan pernikahan. Aku akan menjalani pernikahan ini. Bukankah kelahiran, jodoh dan kematian sudah diatur Tuhan? Jodoh tidak pernah salah kecuali jika Bara tidak menginginkan pernikahan ini. Aku akan mundur. Aku sendiri tidak berniat berpisah karena tak ingin Ayah dan bunda kecewa dengan pilihan mereka."

"Jika prinsipmu seperti ini kapan kamu akan bahagia? Kamu bahkan tak pacaran dengan siapa pun untuk menunggu Fatih. Setelah sekian lama menunggu kamu menyerah begitu saja? Untuk kebahagiaan kamu. Kamu harus egois Dila."

"Jangan bicarakan kebahagiaan orang lain jika uni sendiri mengorbankan perasaan sendiri. Jika harus egois demi kebahagiaan, harusnya uni egois menolak pernikahan Uda Iqbal dan Ria. Uni bahkan rela membagi cinta dengan madu uni dan kalian tinggal satu atap. Tak gampang berbagi cinta dalam satu atap yang sama," balas Dila membuat Naura bungkam.