Sesuai instruksi Bara, Dian telah mengirimkan helikopter ke Kandui Resort. Bara menyuruh Dila untuk beres-beres karena mereka akan pulang sore ini.
Dila menatap heran dengan sikap Bara yang mendadak paranoid. Dila sudah mengatakan jika keadaannya tidak apa-apa dan mereka bisa melanjutkan liburan mereka yang masih tinggal dua hari lagi.
"Uda. Kenapa mendadak pulang? Aku masih ingin liburan disini," protes Dila tak mau pulang. Dila sedang candu bermain surfing. Hobi barunya sangat menyenangkan dan ia masih ingin menjajal semua ombak yang ada di Kandui Resort.
"Dila kamu baru saja melewati bahaya. Aku tak ingin terjadi sesuatu padamu. Dengarkan apa kata suamimu dan jangan banyak protes," ucap Bara tegas membungkam Dila.
Dila sedikit kaget dengan sikap tegas Bara. Ternyata suaminya ketika marah sangat menakutkan. Dila tak berani membantah Bara. Perlahan-lahan ia mempelajari karakter suaminya.
"Uda kenal dengan pria yang berusaha membunuhku?" Tiba-tiba Dila bertanya dan membuat Bara bungkam.
Untuk beberapa saat Bara bungkam, pura-pura menyibukan diri membereskan pakaianya. Bara bingung untuk menjelaskannya. Jika ia bilang pria itu Egi, maka Dila akan mencari tahu motif kenapa Egi membunuhnya. Jika Dila terus mendesak kemungkinan Dila akan tahu rahasia besarnya.
"Walau aku ga liat siapa yang berusaha membunuhku, tapi setidaknya aku tahu kenapa dia melakukannya," ucap Dila tegas.
"Katakan uda, please," pinta Dila setengah memohon.
Bara bersedekap menaikan sebelah alis matanya. Bara kehilangan kata-kata. Dila bukan perempuan bodoh yang gampang dibohongi. Sekali saja salah bicara, maka habislah Bara.
"Dian sudah membereskannya dan dia saingan bisnisku yang kalah tender kemaren," ucap Bara tenang menyembunyikan kegugupannya.
"Helikopter kiriman Dian sudah sampai. Mari kita berangkat." Bara mengangkat tas dan meninggalkan kamar.
Mau tidak mau Dila mengikuti Bara seraya menenteng barang bawaannya. Ia masih betah liburan tapi apalah daya suaminya mengajak pulang. Mungkin suatu hari Dila akan kembali kesini bersama teman-temannya.
Tanpa bicara Bara dan Dila menaiki helikopter. Suami istri itu sibuk dengan gadget masing-masing. Bara sibuk memikirkan hukuman untuk Egi sementara Dila sibuk dengan pikirannya kenapa lelaki itu membunuhnya. Satu hal yang Dila ketahui bahwa suaminya misterius dan pintar membohonginya. Dila merasa ada yang aneh dengan Bara semenjak bertemu Egi. Gelagat aneh ketika mereka berinteraksi di depannya. Bekerja di bank dituntut untuk bisa memahami karakter nasabah dan Dila bisa membaca karakter seseorang mana yang berbohong dan jujur. Melihat gelagat Bara hari ini timbul rasa penasaran di hatinya.
Tak butuh waktu lama pesawat yang membawa mereka sudah sampai di kota Padang. Dian dan Abi sudah menunggu mereka. Tanpa diperintah Abi mengambil tas di tangan Bara dan Dila lalu memasukan dalam bagasi.
"Mau pulang kemana bos?" Tanya Dian ketika mereka sudah dalam mobil. Bara dan Dila duduk di bangku belakang. Dian duduk di depan bersama Abi, sang sopir.
"Pulang ke rumah istriku," jawab Bara singkat.
"Baik bos. Abi jalan!" Titah Dian pada Abi.
Abi segera meluncur membelah jalanan kota Padang yang bebas macet. Sepanjang perjalanan Bara hanya diam. Dila dan Dian berbincang-bincang masalah perempuan. Sesekali mereka tertawa. Dila merasa nyaman dengan Dian. Tak ada ciri-ciri sekretaris genit layaknya dalam novel dan film. Dila bisa menilai jika Dian profesional. Dian sangat menghormatinya sebagai istri bosnya. Dian memanggilnya dengan sebutan 'Ibu' tapi Dila tak suka dipanggil dengan embel-embel itu. Ia lebih senang dipanggil Dila karena Dian seumuran dengannya.
"Dian kerja sama uda sudah berapa lama?" Tanya Dila menuntaskan rasa penasarannya.
"Udah lama banget Dil. Sekitar delapan atau tujuh tahunlah. Lupa soalnya," jawab Dian terkekeh.
"Kenal dimana sama uda soalnya Dian orang Bandung lo."
"Kenal di Bandung Dil. Kebetulan orang tua aku ART di rumah tantenya bos dulu. Kami kenal sejak lima belas tahun yang lalu."
" Udah lama sekali kalian kenal pantes begitu akrab. Tapi kalian kok ga cinlok ya? Kayak di novel yang sering aku baca sekretaris banyak cinlok sama bos karena sering bareng. Cinta tumbuh karena terbiasa." Bara langsung batuk mendengar celotehan Dila. Abi hanya diam dan tak berekspresi apa-apa. Lelaki itu hanya fokus membawa mobil.
Dian meringis berkamuflase menyembunyikan keprihatinannya.
Gimana laki lo cinlok sama gue Dil kalo dia aja bengkok. Laki lo suka main pedang-pedangan bukan masuk goa!
"Bisa ganti topik pembicaraan ga Dil. Masa kamu nanya gitu ke Dian." Bara angkat bicara setelah satu purnama diam.
"Kami bekerja profesional. Urusan pribadi dan kerjaan itu beda."
Mobil yang membawa mereka sudah sampai di kediaman Dila. Bara, Dila dan Dian turun dari mobil.
Kedatangan mereka disambut oleh Lusi dan Ria. Seperti biasa kakak ipar Dila yang satu itu berpura-pura manis.
" Baa capek bana pulang?" Tanya Lusi pada Dila dan Bara.( Kenapa cepat sekali pulang).
"Uda ado karajo bun. Ndak bisa ditinggaan," jawab Dila membohongi bundanya.( Uda ada kerja bunda. Gak bisa ditinggalkan).
"Dila kedalam dulu ya. Ada yang mau aku bicarakan dengan Dian," kata Bara beranjak pergi.
"Masuk ke dalam aja bicaranya. Enggak enak bicara diluar." Lusi mengusulkan Bara dan Dian bicara dalam rumah.
"Gak usah bunda. Kami cuma bicara sebentar bahas tender," tolak Bara dengan ramah. Ia tak mau menyinggung perasaan mertuanya.
"Hai pengantin baru. Cepat banget pulangnya,"sapa Ria sok ramah. Mereka bertiga masuk ke dalam rumah sementara Bara melanjutkan pembicaraan dengan Dian dalam mobil. Para wanita sibuk berbincang-bincang membahas honeymoon Dila dan Bara.
"Sebenarnya bos saya sudah mengantar Egi ke bandara BIM. Maaf bos saya kecolongan," ucap Dian penuh penyesalan. Dian murka telah dibodohi Egi.
"Kamu tidak salah Dian. Yang kamu lakukan itu benar. Egi nekat dan keras kepala. Kamu atur acara party di Cruise Vegi nanti Egi datang. Suruh Vegi mengundang Egi dan berikan undangan VIP. Aku ingin memberi dia sedikit pelajaran. Dia telah berani masuk ranah pribadiku. Membantah Aldebaran berarti mencari mati." Bara geram dengan kelakuan Egi. Ia mengepalkan tangan dan wajahnya terlihat gelap. Melihat ekspresi diwajah Bara membuat Dian takut dan tak berani membantah.
"Apa yang akan bos lakukan?" Dian bergidik ngeri melihat ekspresi di wajah Bara. Jika Bara sudah menunjukan wajah setannya berarti hukuman yang diberikan pada Egi sangat sadis dan Dian sedang menerka-nerka hukuman apa yang diberikan Bara.
Bara pernah memerintahkan Dian untuk menculik Bisma yang merupakan saingan bisnisnya. Bisma berusaha mencelakai Bara dengan membayar orang untuk merusak rem mobil Bara karena kalah tender untuk pembangunan tol Cikarang. Bisma tak terima proyek pembangunan tol dimenangkan perusahaan Bara.
Saat kecelakaan itu terjadi Bara selamat dan berniat membalas dendam pada Bisma. Dian menjebak Bisma dengan tipuan one night stand. Bisma lelaki mata keranjang yang suka berburu wanita di club. Dian berhasil merayu Bisma dan membawa lelaki itu ke hotel. Dian memberikan lelaki itu obat tidur. Ketika Bisma sadar ia sedang digerayangi empat orang lelaki gay.
Empat orang gay menatap Bisma dengan buas. Keempat gay bayaran Bara memperkosa Bisma secara brutal hingga dubur Bisma robek dan dirawat di rumah sakit. Akibat kejadian itu Bisma jadi trauma dan tak berani bertemu dengan orang lain.
****
Seminggu Kemudian....
Sesuai dengan rencana Bara dan Dian bertolak ke Jakarta menghadiri party Vegi. Party kali diadakan di sebuah Cruise untuk merayakan hari jadi club milik Vegi.
Vegi merupakan pemilik club malam kelas atas di kota Jakarta. Member clubnya bukan orang sembarangan. Untuk bisa bergabung di club Vegi harus membayar biaya pendaftaran yang tidak sedikit. Setiap member wajib menyetor iuran bulanan yang tak kalah besar. Pelayanan di club Vegi memuaskan. Tak heran anggota club rela mengoceh kocek dalam-dalam untuk bersenang-senang di club milik Vegi.
Club malam milik Vegi merupakan tempat perkumpulan para LGBT dan pecinta dunia malam. Mereka membentuk komunitas disana. Para LGBT mendirikan komunitas dan mereka saling mengenal satu sama lain. Mereka memiliki grup WA yang mengshare fantasi bercinta mereka dan merencanakan party.
Club Vegi terdiri dari lima lantai. Lantai pertama untuk orang-orang butuh hiburan dan minuman. Lantai dua khusus untuk para gay memadu kasih. Disana gay bebas melakukan apa saja termasuk bercinta. Tanpa malu mereka berciuman dan bercinta bahkan berganti pasangan. Setiap lantai memiliki fasilitas kamar VIP supaya privasi lebih terjaga. Lantai tiga khusus member lesbian. Lantai empat khusus prostitusi kelas atas. Disana para wanita dipajang bak boneka untuk dipilih laki-laki hidung belang penikmat selangkangan. Lantai lima tempat gigolo menjajakan diri memuaskan para wanita kesepian. Setiap lantai dijaga oleh bodyguard berbadan besar. Untuk masuk ke setiap lantai harus memperlihatkan kartu member dulu dan proses pemeriksaan yang sedikit alot. Vegi sangat berhati-hati menjalankan bisnisnya karena bisnisnya berbau lendir. Vegi tak ingin kecolongan dan ada penyusup.
Para member yang ingin bertandang ke lantai dua hingga lantai lima tidak di perkenankan membawa handphone. Mereka akan diperiksa bodyguard di pintu masuk dan handphone mereka disita. Baik laki-laki dan perempuan di geledah tanpa kecuali. Ketika pulang handphone mereka akan dikembalikan.
Dian dan Bara sudah sampai di Cruise tempat party diadakan. Mereka sedang melewati pemeriksaan yang begitu ketat. Jika datang tanpa undangan mereka tidak akan diperkenankan masuk. Setelah dipastikan undangan mereka asli mereka baru diperbolehkan masuk.
Bara tampil mempesona dengan setelah jas berwarna hitam. Ketampanan Bara terekspos dengan balutan jas mahalnya. Dian sendiri menggunakan dress diatas lutut. Dressnya berwarna hitam menyesuaikan warna jas Bara.
"Bos yakin akan melakukan semua ini sama Egi." Dian berbisik ditelinga Bara. Dian tak ingin rencana mereka didengar orang lain.
Mendadak Dian ragu dengan rencana Bara. Menurutnya ini akan melahirkan dendam baru dihati Egi.
"Kenapa kamu menjadi ragu?" Wajah Bara diliputi amarah. Ia paling tak suka dibantah dan memberi perintah cukup satu kali.
"Bukan ragu bos cuma ini bukan bos yang aku kenal. Sudah hilangkah rasa cinta dihati bos untuknya. Jika ia aku orang yang paling bahagia didunia ini bos. Makin cinta sama bos," kata Dian kegirangan. Tanpa malu Dian memeluk lengan Bara.
Bara sedikit risih menanggapi sikap genit sekretarisnya. Bara bersedekap dan menaikan sebelah alisnya,"Kamu kesambet setan apa?"
"Kesambet setan gay bos," celetuk Dian membalas ucapan Bara.
"Bos mau belajar straight? Mau test drive." Dian mengedipkan sebelah matanya bak wanita penggoda. Demi Bara, Dian rela dianggap wanita penggoda asal Bara straight.
Pletak....
"Bos sakit," teriak Dian mengusap keningnya. Bara menyentil kening Dian hingga memerah.
"Test drive. Kamu pikir kita lagi belajar bawa mobil," ucap Bara diplomatis. Ia berjalan duluan ke atas.
Dian mengikuti Bara kemana pergi. Ia bak ulat bulu yang selalu melekat pada inangnya. Mereka sampai ke lantai atas tempat pesta diadakan. Para undangan sudah mulai berdatangan. Cruise mereka akan berlabuh di pulau Seribu. Bara dan Dian berbincang-bincang denga beberapa pengusaha yang mereka temui. Dalam bisnis mereka siangan tapi jika sudah di club mereka bersenang-senang bersama. Ada pengusaha yang datang sendiri dan ada juga yang bawa pasangan, baik pacar mau pun istri.
Dian menikmati angin laut yang begitu menyejukkan. Dinginnya malam tak membuat gadis itu kedinginan. Dian dan Bara memisahkan diri sesuai rencana mereka. Dian pergi ke kamar yang sudah dipersiapkan untuk menjebak Egi.
Dian memastikan semuanya tak ada kesalahan. Orang suruhan mereka sudah bekerja dengan baik. Setelah memastikan semuanya aman Dian kembali ke atas. Dilorong tanpa sengaja berpapasan dengan Egi.
"Eh ada sekretaris ganjen disini?" Sapa Egi menghina Dian. Egi terlihat tampan dengan setelan jas berwarna coklat. Ketampanan pria yang berwajah Oppa Korea itu semakin terpampang nyata. Para wanita pasti akan bertekuk lutut padanya.
Egi memang tampan, berkulit putih bersih, wangi, kharismatik namun sayang pecinta batangan. Luntur sudah ketampanannya karena pecinta batangan.
Dian tak menggubris hinaan Egi. Ia hanya tersenyum misterius. Tak ada gunanya meladeni Egi sekarang. Hidangan pembuka belum disuguhkan tak nikmat rasanya langsung menikmati hidangan utama.
Dian mendorong Egi dengan kuat hingga lelaki itu hampir jatuh.
"Sorry orang cantik mau lewat. Hai homo kasih dong jalan," ucap Dian sarkas meninggalkan Egi.
Egi mengumpat kesal karena kelakuan Dian. Egi trauma berantem dengan Dian karena sudah pernah dihajar hingga babak belur. Dian buka sekretaris biasa sehingga Bara selalu mempertahankan Dian agar selalu disisinya.
Hampir seluruh pengusaha di berbagai daerah datang ke party Vegi. Mereka bergabung menjadi member club untuk bersenang-senang dan menikmati kehidupan dunia malam. Mereka juga berburu para gadis untuk dibawa ke ranjang.
"Hai Vegi selamat ulang tahun buat club lo. Semoga lo semakin sukses," ucap Bara basa-basi menyalami Vegi. Tak lupa Bara menyentil dada Vegi karena pria itu sangat suka dibelai diarea dada.
"Aw.....Bara...Ah..ah....," ucap Vegi pura-pura horny.
Dengan nakal Dian menyentuh area sekitar selangkangan Vegi hingga membuat sesuatu dibawah sana mengeras.
"Kalo ini baru lo boleh mendesah," kata Dian mengibaskan tangannya yang telah menyentuh area sekitar selangkangan Vegi.
"Dian lo harus tanggung jawab. Ada yang tegang dibawah sana." Vegi berusaha menahan gairah. Celananya sudah sempit karena ulah tangan nakal Dian.
"Pesta belum mulai lo udah mupeng aja," sambar Bara memberikan sebuah kado untuk Vegi.
Mata Vegi berbinar-binar melihat kado Bara. Dompet branded keluaran terbaru dan jika dirupiahkan harganya mencapai ratusan juta rupiah.
"Ya ampun Aldebaran. Ini yang gue suka dari lo. Selalu royal dan member terkece di club gue." Vegi mencubit dagu Bara gemas.
Pesta pun dimulai. Acara pembukaan dimulai daro kata sambutan dari Vegi sebagai tuan rumah. Tak lupa mereka menikmati pesta kembang api. Setelah itu mereka disuguhi tarian perut ala Timur Tengah. Para wanita bule menari perut dengan gerakan sensual dan mengundang syahwat. Para lelaki bersorak riang melihat pertunjukan tari perut. Para penari memakai pakaian yang sangat seksi. Atasan seperti bra khas pakaian tari perut dan memakai rok panjang dengan belahan rok hingga paha.
Suasana semakin semarak karena penari menarik para pria ke atas panggung dan mengajak menari bersama. Para penari tidak keberatan ketika tubuh mereka diraba. Rabaan mulai dari wajah turun ke leher dan ke dada. Tarian sensual memancing birahi penikmat pesta. Tanpa malu-malu mereka berciuman dan saling meraba pasangan masing-masing.
Wajah Egi sumringah melihat Bara datang. Bara sibuk berbincang dengan teman-teman komunitas gay. Egi berusaha mendekati Bara namun Dian menghalangi.
"Bos tidak sudi bertemu dengan lo." Dian mencengkram lengan Egi. Lelaki itu meringis kesakitan karena cengkraman Dian sangat kuat.
"Gue mau temui kekasih gue," ucap Egi tegas melepaskan tangan Dian dari tubuhnya. Egi mengibaskan tangannya seolah Dian virus yang sangat mematikan. Egi menahan amarah. Ia tak mau mencari keributan dan merusak party Vegi.
"Semenjak lo ga nurut sama bos detik itu juga lo bukan kekasih bos."
"Gue ga mau dengar omongan dari mulut berbisa lo." Egi menunjuk Dian dan tanpa aba-aba menjitak kepala Dian. Egi tertawa puas setelah berhasil menjitak kepala Dian.
Egi mendekati Bara yang sedang asik berbincang-bincang dengan sesama pengusaha. Bara melihat kedatangan Egi namun ia pura-pura tidak melihat dan melanjutkan perbincangannya. Bara mengajak rekan bicara bersulang menikmati wine legendaris yang harganya puluhan juta. Egi ingin bicara namun Bara memberikan isyarat untuk diam.
Egi menunggu hingga Bara selesai bicara hingga para pengusaha itu pergi.
" Bara aku ingin bicara," kata to the point.
"Tak ada yang perlu kita bicarakan," jawab Bara dingin tanpa memandang Egi.
"Banyak yang harus kita bicarakan tentang hubungan kita. Aku ga mau putus. Aku mau kita tetap berhubungan."
"Bullshit. Semenjak kamu membantah perintahku kita bukan lagi sepasang kekasih." Bara menyalakan rokok dan meniupkan asap rokoknya ke wajah Egi hingga lelaki itu batuk.
Bara meninggalkan Egi begitu saja tanpa mau mendengarkan penjelasan Egi kenapa mencelakai Dila di Kandui Resort. Egi frustasi karena diabaikan. Seumur-umur baru kali ini ia dicuekin Bara.
"Jika lo mau bicara dengan bos. Bos tidur di kamar 302. Datanglah kesana dan bicaralah dari hati ke hati,"ucap Dian sebelum pergi meninggalkan Egi.
Wajah Egi berubah ceria. Ia akan menjelaskan duduk permasalahan yang sebenarnya. Sementara itu Dian tersenyum licik menatap Egi. Jari-jari Dian terampil mengetik pesan untuk Bara.
Tikus sudah masuk perangkap bos ☺️☺️☺️☺️.