Chereads / Pengantin Lima Ratus Juta / Chapter 38 - Musim Panas yang...

Chapter 38 - Musim Panas yang...

Bagas sudah terbangun dan merasa cukup tersiksa dengan gangguan yang diberikan Dani. Meskipun begitu, Dani tentu saja takkan mau menghentikan gangguannya. Karena itulah cara mereka berhubungan satu sama lain.

"Cok-cok, jangan lemes gitulah! Mumpung lagi liburan juga!"

"Memangnya ada apa dengan liburan?! Kau pikir selama liburan ini aku ngerasain libur? Enggak, b*ngsat!"

Bagas yang sejak awal sudah pusing, lalu tidurnya diganggu, dan Dani tak terima dengan kenyamanan yang dia dapatkan, membuat Bagas jadi naik darah.

Eruin dan Euis yang sudah mengerti kebiasaan itu hanya bisa tertawa kecil karena itu juga termasuk hal lucu yang bisa mereka lihat.

"Hm, oh iya, selama liburan ini kau terus ngerjain project tulisan itu, ya?"

"Nah, itu kau tahu, jadi jangan ganggu aku, jancok! Aku lagi berusaha mengembalikan semua tenaga dan menghilangkan kejenuhanku."

"Ooh, oke-oke!"

Dani yang mengerti alasan kenapa Bagas begitu kelelahan, fisik dan mentalnya, mengakhiri gangguannya kepada Bagas.

Di saat dua sahabat itu sudah menyelesaikan urusan mereka, dua gadis yang sejak tadi mengamati mereka menunjukkan ekspresi penasaran.

Eruin mengarahkan arah layar smartphone Bagas ke wajah mereka berdua. Lalu langsung memberikan Dani pertanyaan, "Dani, apa yang kalian bicarakan soal project tulisan tadi?"

"Ya, Bagas seperti sedang mengerjakan sesuatu, atau memang begitu?"

Eruin dan Euis sama-sama menanyakan hal yang sama. Dani yang dihadapkan pertanyaan itu sedikit bimbang. Apa dia harus memberitahu mereka? Karena alasan Bagas dan tim mengerjakan proyek itu adalah para gadis itu sendiri.

"Uuhh, Gas?"

Nama Bagas dipanggil, dan dua gadis langsung bereaksi untuk melihat pemuda yang diganggu lagi itu.

"Ck, memangnya ini project CIA yang harus dirahasiakan? Lagipun, aku malah senang kalau mereka tahu tentang cerita itu."

"Lah, kalau gitu, kenapa mereka belum kalian beri tahu?"

"Selama tiga minggu ini kami jarang bertemu dan berkomunikasi. Jadi mau gimana lagi."

"Ooohh."

Jadi artinya, karena kelompok para cowok dan cewek jarang bertemu, jadi mereka tak sempat untuk memberitahu kalau Bagas dan tim sedang mengerjakan sesuatu.

Dani mengangguk-angguk puas tanda mengerti. Itu artinya Bagas memberikan ijin padanya untuk menjelaskan. Namun, sebelum dia sempat angkat bicara, Bagas berbicara lagi.

"Kalau kau yang memberitahu, itu juga akan memberikan efek yang bagus untukku. Karena para pembaca yang memberikan komentar kebanyakan hanya merasa kagum dan terkesan dengan ceritanya."

"Bukannya bagus!"

"Gak sepenuhnya. Kami para kreator juga harus diberikan kritik dan masukan mengenai apapun yang terjadi dalam cerita. Dan jujur, aku sangat kekurangan hal itu."

Bagas mengatakan sesuatu topik yang cukup berat. Dua gadis yang mendengarkan mereka tak sanggup untuk mengikuti. Berbeda dengan mereka, Dani sangat mengerti apa yang coba Bagas sampaikan.

"Oke-oke, kalau memang itu maumu. Aku akan melakukan review singkat mengenai Project Adetya yang sedang kalian kerjakan."

*

Semua bermula dari tahun 20xx di mana Bumi sedang dijajah oleh makhluk dari planet lain.

Berbagai macam monster raksasa yang diidentifikasi sebagai Kaijuu tiba-tiba muncul dari berbagai samudra menuju wilayah pemukiman manusia.

Diketahui mereka datang dari Lautan Segitiga Bermuda. Monster-monster itu menjadi malapetakan berjalan. Karena parahnya, yang mereka lakukan bukanlah menyerang manusia secara langsung, namun mengguncang keseimbangan alam lalu mengundang banyak bencana alam.

Bencana alam yang terjadi dimana-mana membunuh ratusan juta, bahkan sampai miliaran, dan ketika semua bencana alam itu mereda, angka kehidupan manusia hanya sampai di angka ratusan juta.

Cerita bermula dari seorang pemuda lima belas tahun yang sedang berlari menggendong adik perempuan yang dua tahun lebih muda darinya.

Pemuda itu berlari melewati puing-puing bangunan kota yang hancur akibat gempa yang sangat mengerikan.

Pemuda itu sudah berlari cukup jauh. Wajahnya mulai memucat karena rasa lelah yang menyakitkan. Kakinya mulai terasa lemas karena beban yang dia bawa.

Meskipun seluruh tubuhnya merasakan rasa sakit, mental dan pikirannya tak mengijinkannya untuk istirahat. Karena di belakangnya, sang adik yang tak sadarkan diri, dengan separuh wajahnya berlumuran darah, membuat hati dan otaknya memaksanya untuk terus berlari.

Tak hanya itu, sekitar lima ratus meter di belakang, sebanyak dua ekor monster kepiting raksasa dengan tinggi tujuh meter, rupa yang sangat mengerikan dengan cangkang berduri dan dua capit berlumuran darah. Berlari mengejar pemuda itu dan adiknya.

Hal itu terjadi karena pemuda dan keluarganya yang hendak pergi ke bandara yang tak jauh lagi jaraknya, mengalami kejadian yang mengerikan dimana dua monster kepiting itu datang dan menyerang mereka secara tiba-tiba.

Pemuda itu sudah berlari sejauh lima kilometer lebih, dan tinggal beberapa puluh meter lagi menuju bandara. Tempat di mana sebuah pesawat akan berangkat menuju ke tempat yang lebih baik daripada kota yang hancur dan dipenuhi monster itu.

Bandara sudah ada di depan mata, si pemuda langsung saja berlari masuk ke dalam, melewati gedung dan menuju ke pintu luar lapangan penerbangan. Berharap penuh kalau pesawat terakhir yang akan berangkat menunggu kedatangan mereka.

Pintu ke luar menuju lapangan sudah ada di depan mata, cahaya matahari membuat penampakan jadi silau, namun dia tak berhenti berlari sekuat tenaga.

Ketika dia sudah keluar, harapannya yang sangat besar kalau mereka berdua akan hidup, langsung sirna sewaktu pesawat yang menjadi harapan terakhir mereka mulai lepas landas.

Meskipun begitu, menolak untuk kehilangan harapan, dia terus memaksa kakinya untuk berlari, dan mulutnya untuk berteriak, "TUNGGUUU!"

Teriakannya dibarengi dengan suara gerumuh dari gedung bandara. Yang mana suara itu sudah jelas berasal dari monster kepiting yang mengikutinya tadi.

Meskipun begitu, dia tak berhenti berlari dan berteriak. "TOLONGLAH, TUNGGUUU!"

Suaranya yang mulai terdengar serak karena kelelahan yang sudah melebihi batas tak dihiraukan oleh harapan terakhirnya. "Tolonglah, tunggu kami!"

Dengan kalimat putus asa yang dibarengi dengan pesawat yang telah lepas landas, dan kaki yang sudah mencapai batasnya, rasa sakit yang amat sangat mulai terasa di dalam dadanya.

Kedua orang tuanya mati di tangan monster untuk memberikan mereka kesempatan kabur. Tubuhnya sudah sangat kelelahan sampai batas dia mau pingsan. Adiknya yang tak sadarkan diri masih belum diketahui kondisinya. Semua hal menyakitkan itu dilakukan hanya untuk mendapatkan harapan palsu?

"Yang benar saja."

Rasa sakit dalam dadanya mengundang air mata untuk keluar. Belum cukup, dua monster kepiting yang menembus masuk menuju lapangan terbang mulai berhasil menerobos.

Kami akan mati! Dengan pemikiran semacam itu, rasa takut berubah menjadi pasrah. Rasa sakit dalam dada mulai menghilang dan digantikan dengan rasa syukur, "Setidaknya, kita akan mati bersama."

Adiknya yang masih tak sadarkan diri dipeluk erat-erat sambil duduk di tengah-tengah lapangan, menunggu kematian mendatangi mereka.

Di saat yang bersamaan, dua kepiting monster raksasa menghancurkan dinding terakhir dari gedung. Menampakkan sosok mengerikan mereka yang tak mengenal ampun. Dan tak jauh dari tempat mereka berdiri, seorang bocah dengan adik perempuannya, sedang menunggu untuk di santap. Tanpa basa-basi, mereka langsung saja berlari dengan niat untuk memperebutkan.

Melihat kengerian berlari ke arahnya, pemuda itu hanya bisa menutup matanya untuk mengurangi rasa takutnya. Sisa-sisa keberaniannya digunakan untuk memeluk adiknya tak lepas sampai akhir.

Di dalam kegelapan pandangannya, telinganya terus mendengar, tubuhnya masih merasakan derap kaki monster kepiting terus berlari ke arahnya. Di saat yang bersamaan, tiba-tiba saja telinganya mendengar sesuatu tengah mendarat tepat di hadapannya.

Suara itu terdengar seperti seorang dengan zirah penuh mendarat ke permukaan, dan berdiri di depannya. Dan benar saja, ketika dia membuka mata, pemandangan seorang dengan zirah penuh berkilau keemasan dan dua sayap dengan bulu keperakan sedang berdiri di hadapannya.

Di tangan kanan ksatria keemasan itu terdapat pedang yang hampir keseluruhannya berwarna putih keemasan. Bagian batangnya memiliki ornamen khusus yang melambangkan matahari.

Dengan pedang yang nampak sangat kuat itu, kesatria keemasan mengayunkannya secara diagonal ke kiri atas. Tak disangka ayunan pedangnya mengeluarkan energi dahsyat yang membelah bumi dan dua monster kepiting sekaligus.

Dengan terbunuhnya dua monster yang mengincar nyawa mereka berdua, si pemuda merasa sedikit lega. Namun, siapa kesatria berzirah yang berdiri di hadapannya. Setahu dirinya, dia hidup di zaman di mana robot sekalipun belum berkembang terlalu jauh.

Kesatria keemasan menarik kembali pedangnya ke bawah. Kemudian berputar untuk melihat siapa yang telah dia selamatkan.

Ketika kesatria itu berputar, si pemuda baru menyadari, kalau ukuran tubuhnya dua kali lebih besar dari orang dewasa normal. Tingginya sekitar dua meter lebih dengan postur tubuh yang sangat besar.

Dengan kesatria keemasan yang menampakkan bagian depan tubuhnya, si pemuda menyadari beberapa hal, yang mana satu di antaranya adalah, kesatria ini bukan berasal dari masanya atau datang dari dunia lain.

Bagian dada zirah kesatria keemasan memiliki ornamen yang melambangkan pedang dan bulatan seperti matahari yang berada tepat di belakang jantung. Bagian helmnya memiliki bentuk seperti burung yang dia kenal sebagai burung garuda.

Helm yang memiliki bentuk burung garuda. Zirah dengan ornamen pedang dan matahari. Pedang yang memiliki kekuatan energi yang bisa membelah bumi.

Ini mungkin hanya hipotesis, namun dia percaya, kalau kesatria di hadapannya antara dewa atau prajurit langit yang turun ke bumi.

Di saat suasana menjadi hening untuk beberapa saat, penyelamat itu akhirnya membuka suaranya. Akan tetapi, apa yang akan dia katakan takkan mengenakkan bagi si pemuda.

"Kenapa anak itu belum mati?"

Seperti baru saja disambar petir, si pemuda terkejut dalam diam.

'Kenapa anak itu ... ' apa yang dia maksud adalah adik perempuannya?

Dengan keyakinan yang sangat sedikit, si pemuda berbicara, "D – dia hanya pingsan. Jadi - "

"Sepuluh persen tengkorak kepala hancur. Otak mengalami sirkulasi darah yang tak normal. Beberapa bagian tubuh mengalami patah tulang. Dan darah yang terus keluar dari kerusakan di kepalanya membuat orang normal pasti akan langsung mati seketika. Dan ini pertanyaanku, kenapa dia belum mati?"

Matanya terbuka lebar. Pikirannya langsung kacau. Detak jantungnya langsung meningkat drastis seketika. Seperti baru saja mendengarkan kematian, dia berusaha memastikan sesuatu.

Tangan kanannya di letakkan di depan hidung si adik, Puji Tuhan dia masih bernafas. Namun ketika dia menyentuh bagian kepala yang mengalami pendarahan, sesuatu memang tak beres dengan bentuk tengkorak si adik. Di tambah, ketika dia melihat tubuh si adik, tangan kanan, kedua kaki dan tulang belakangnya sudah berbentuk tak wajar.

Rasa ngeri sekali lagi menyelimuti tubuhnya. Pikirannya heran tak terjelaskan. Meskipun begitu, dia memilih untuk tetap percaya, "Syukurlah, kau masih hidup."

Isak tangis atas rasa syukur karena keajaiban yang terjadi pada adiknya tak terbendung. Entah apa yang akan dia lakukan kalau dia kehilangan satu-satunya keluarga yang masih tersisa.

Di saat itu juga, kesatria keemasan melangkah mendekat. Tubuhnya membungkuk dan tangan kirinya meraih si adik lewat kerah bajunya. Si pemuda terlambat menyadari kalau adiknya baru saja diambil. Tak hanya itu, kesatria keemasan tiba-tiba saja mengarahkan pedangnya ke tubuh adiknya.

Emosi yang masih belum stabil membuat darah naik ke kepalanya. Amarah memuncak dan membuatnya berdiri menantang. "Apa yang mau kau laku - !"

Meskipun niatnya hanya untuk bertanya, tiba-tiba saja aura energi yang sangat kuat memukul mental dan tubuhnya untuk terjatuh lewat dengkul.

Pikirannya langsung kacau dan dia tak bisa menggerakkan tubuhnya dengan benar. Di saat itu juga, kesatria keemasan memberikan jawaban kenapa dia melakukan hal seperti itu.

"Kalau dia dibiarkan hidup, kau dan orang-orang di dekatmu akan berada dalam bahaya."

Jawabannya cukup sederhana, namun terdengar sangat tidak logis.

"Kenapa?"

Atas satu kata pertanyaan yang diberikan, kesatria keemasan tak memedulikan dan kembali melihat ke gadis kecil yang tak berdaya dalam genggamannya.

"Kenapa?! Kalau dia memang seberbahaya itu, setidaknya beritahu aku alasannya! Kalaupun kau tetap ingin membunuhnya, setidaknya bunuh aku juga!"

Dia tak memungkiri kalau ada sesuatu yang tak normal yang terjadi dengan adiknya. Mungkin saja itu berkaitan dengan apa yang sedang terjadi dengan dunia sekarang. Meskipun begitu, dia tetap menolak untuk menghadapi kenyataan kalau nyawa adiknya akan diambil di depan matanya.

Di dalam tunduk permohonan, air mata terus keluar membanjiri wajahnya. Dadanya terasa sangat sakit, mengetahui kalau takdir begitu kejam terhadapnya.

Dalam renung nestapa yang belum berakhir itu, kesatria keemasan membuka suaranya. "Angkat kepalamu, nak."

Suara yang diberikan kali itu terdengar sangat lembut dan terdapat sebuah jiwa yang halus di dalamnya. Hal itu membuat si pemuda langsung saja mengangkat kepalanya secara perlahan, memperlihatkan wajahnya yang sangat menyedihkan kepada kesatria hebat di depannya.

"Duniamu sudah bukan lagi dunia yang kau kenali. Monster-monster yang kau lihat bukanlah ancaman utama dari apa yang sedang menyerang kalian. Dan adikmu..."

Kesatria keemasan tiba-tiba saja menghentikan suaranya. Hal itu membuat pemuda mendapatkan kesempatan untuk bernafas karena, apa yang dia dengar mungkin saja akan memengaruhi pikirannya.

"... bersumpahlah padaku, nak. Di dunia yang berubah abnormal ini, kau akan jadi kuat, dan bertarung untuk dunia yang lebih baik lagi."

Permohonan kesatria keemasan seperti jarum dalam tumpukan jerami yang terdengar mustahil untuk ditemukan. Karena, dia bukanlah anak yang kuat, malahan, dia anak lemah yang sering kali diperlakukan secara kejam oleh dunia. Dan alasan kenapa dia bisa berlari sangat jauh saja sudah merupakan keajaiban.

Meskipun begitu, kesatria keemasan masih memandangnya dalam diam, seperti dia sedang melihat mutiara dalam genangan lumpur.

"A – aku ... aku, aku akan berusaha – "

Tepat setelah dia mengakhiri kata-katanya, pemandangan adiknya diberikan kembali padanya membuatnya secara reflek menerima tubuh yang tak berdaya itu.

Tak hanya itu, kesatria keemasan entah kenapa langsung terbang ke angkasa tanpa memberikan sepatah katapun.

Di saat yang bersamaan, sebuah angin tiba-tiba saja menerpa dari belakang. Si pemuda langsung saja melihat sumber angin, dan menemukan pemandangan sesuatu yang bisa dibilang pesawat mendarat di dekatnya.

Pesawat itu berkulit baja kehitaman. Bentuknya seperti pesawat tempur namun memiliki tubuh yang lebih besar. Seperti khusus dibuat untuk mengangkat banyak orang.

Pesawat itu mendarat tepat membelakangi pemuda dan adiknya, lalu, setelah mendarat pintu bagian belakang terbuka. Si pemuda bisa melihat pemandangan kalau ada banyak orang di dalam yang sedang melihat mereka.

Sewaktu pintu yang terbuka mencapai permukaan tanah, seorang wanita yang memiliki rambut dan pakaian serba hitam – dengan model baju yang lebih futuristik – berjalan mendekat.

Wanita itu berekspresi datar dan memiliki kulit yang sedikit pucat. Terlihat cukup aneh. Tak hanya itu. sarung tangan, sepatu, sesuatu yang seperti headphone di telinga, dan juga sesuatu seperti antena yang menempel di punggung, semuanya terbuat dari baja dan berkesan futuristik. Benar-benar wanita yang misterius.

Melihat wanita yang cukup aneh berdiri di hadapannya, dia tak tahu harus terkejut atau tidak. Karena, dunia yang sudah kacau dan kondisi tubuh yang tidak baik membuat hanya memikirkan satu hal.

"Apa anda bisa berjalan sendiri?" wanita itu bertanya secara tiba-tiba.

"Y – ya, aku bisa," dia berusaha bangkit sambil menggendong sang adik.

Melihat seorang yang masih bisa bertahan dengan keadaan tubuh yang sudah kacau, wanita misterius berbalik dan berkata, "Kalau begitu, ayo segera naik sebelum ada monster lain yang datang ke kita."

Wanita misterius langsung berjalan setelah menyelesaikan kalimatnya. Dari belakang, si pemuda langsung saja mengikuti.

Dengan tubuh yang sudah sangat kelelahan, setidaknya usaha yang dia lakukan tak sia-sia. Untuk meninggalkan semua keluarganya di belakang demi menyelamatkan mereka sendiri.

Sebenarnya ada rasa yang membuat hatinya teriris, namun, hanya itu yang bisa dia lakukan untuk tidak menyia-nyiakan pengorbanan mereka.

Hidup ke depannya mungkin akan terasa sangat sulit. Dengan monster-monster raksasa mulai bermunculan. Kondisi planet yang masih kacau balau karena bencana alam di mana-mana.

Namun, dia telah berjanji kepada seorang kesatria yang turun dari langit yang sudah menyelamatkan mereka. Untuk mencoba berusaha menghidupi kehidupan yang berat itu.