Chereads / Dibalik pasangan sempurna / Chapter 6 - Langsung saja

Chapter 6 - Langsung saja

"Yuri, karena ke adaan sudah seperti ini, sebaiknya kita segera menjalankan rencana, ibu merasa situasi kita semakin terdesak, dan lagi tidak mungkin bagi kita saat ini kembali ke bukit tidak ada transportasi kesana, dan jika pun kita mampu kesana, apa yang akan kita lakukan selanjutnya? Tidak mungkin membatalkan rencana dan menetap disana menjadi warga pedalaman" ibunya menjelaskan kepada putrinya sekaligus mengingatkan dirinya sendiri, sembari tetap melangkah menyusuri pinggiran jurang yang sangat terjal dengan hati-hati, Yurika hanya terengah-engah tanpa sempat ber opini, untuk saat ini apapun itu, menyelamatkan firi mereka adaah hal utama, tidak banyak yang bisa di ambil dari dalam mobil selain beberapa kantong makanan ringan dan air mineral sebelum mereka mendorong mobil itu terjun ke dalam jurang dengan susah payah, bisa dibayangkan seperti apa ke adaan mobil itu dibawah sekarang. "Bu aku lelah, kita bisa duduk sebentar" Yurika menarik lengan ibunya sambil meringis, jantungnya berdetak sangat kencang karena lelah, namun semangat membara di jiwanya, mengingat semua yang terjadi minggu ini ia merasa sesak, tak mampu menahan air matanya sebelum menangis terisak. Banyak hal yang ia tangisi, semua yang terjadi membuat jiwanya terguncang penuh emosi dan dendam, faktanya, selama ini ia tidk pernah menanggapi serius apapun yang dilakukan keluarga tiri itu kepadanya, tidak sampai sejauh ini ia mulai berat untuk mengabaiknnya, ibunya hanya menepuk lembut punggung putrinyadi iringi mengusap air matanya, membuarkan putrinya menikmati setiap derai air mata yang mengalir dari ujung sungai kecil di sudut matanya, setelah ia merasa cukup dan tenang, ia bangkit " Aku akan berjuang bu" Ibunya terharu, betusaha menahan matanya yang mulai panas sebelum memeluk putrinya menyembunyikan air matanya beberapa saat, sebelum mereka melanjutkan menyusuri hutan menuju jalan raya, mereka sengaja berjalan agak menjauh agar orang-orang tidak curiga darimana mereka muncul, mereka hanya ingin kejadian ini benar-benar membuat publik berpikir mereka telah tiada tanpa tahu seperti apa kebenarannya, tentu saja sampai mereka mampu mengambil kembali apa yang menjadi haknya, dan membongkar semua insiden hari ini. Setelah berjalan cukup jauh mereka menemukan sebuah toko di pinggiran jalan utama namun kondisinya sedang tutup, mereka memanfaatkan itu untuk mencari tumpangan, memang susah mendapatkan transportasi di daerah ini, tidak ada taxi, selain mobil pribadi dan bus umum yang hanya beberapa, sampai mereka melihat Bus akan melintas dengan sigap ibunya berusaha menghentikan bus itu hingga membuat bus sedikit oleng dengan suara rem yang berdecit sebelum akhirnya berhenti beberapa meter dari mereka, supir bus mendongak dengab sedikit kesal bercampur kaget "apa maksudmu begitu?! "Teriaknya, Nyinya Susan tidak menyia-nyiakan kesempatan itu segera menghampiri "Tuan, kami sedang terdesak untuk segera tiba di kota, kami membutuhkan tumpangan, kami sadar kami salah sudah menghentikanmu diluar halte, tapi kamu tidak ada kesempatan ubtuk datang ke halte, kami benar-benar terdesak"

" baiklah, ayo naik" begitu sang sopir setelah mendengar penjelasannya, ia tidak ingin memperpanjang situasi ini, apalagi membuang tumpangan yang hampir membuatnya celaka, setidaknya ia sudah berhenti, Yurika dan ibunya menaiki bus, menatap beberapa kursi kosong, hanya ada beberapa penumpang yang sedang tidur, bisa di lihat mereka adalah orang-orang yang bepergian jauh, sekitar 1 jam mereka tiba di tempat yang mereka tuju, pusat kota, mereka harus mencari taxi untuk ke bandara, setelah mengurus segalanya, mereka mulai terbang saat itu waktu menunjukkan pukul 7 malam, hari ini mereka merasa sangat lelah, merka tertidur dalam pesawat karena waktu yang mereka tempuh lumayan lama.

Di dalam hutan yang sunyi "ku perhatikan belakangan, kamu sering menampakkan diri dirumah tua itu! " seorang lelaki jangkung sedang melipat tangannya menghadap jendela, berbicara tanpa menoleh

"Aromanya terlalu nikmat" lelaki satunya lagi membalas, mereka saling tatap beberapa saat " keluarga kita sudah lama memutuskan untuk vegetarian, jadi jangan berharap terlalu banyak" ia mengingatkan sambil berlalu dibalik pintu, beberapa saat kemudian seorang gadis kecil muncul dari balik pintu "kakak Jimy, aku sudah beberapa hari ini mencarimu ke kamar, tapi tidak pernah bertemu" seru gadis itu berhamburan ke pelukan lelaki itu, Jimy, begitulah dia disebut, "Apa yuna menyukai seorang kakak perempyan yang cantik?! " Jimy mulai menggoda sambil memangku gadis itu penuh sayang " tentu saja, apa kakak selalu bersamanya selama ini? Aku ingin menemuinya" mata gadis itu berbinar, sementara Jimy hanya tersenyum sambil mengusap dahi gadis itu.

Kmdi kota, villa Nyonya Wilia, " aku sudah mengakhiri semuanya, mulai sekarang tidk akan ada lagi yang mengganggu keluarga kita" begitu ia memulai topik dengan santai di meja makan, Suaminya melirik tanpa bertanya, "apa yang ibu maksud? Apa ibu mau menyembunyikn sesuatu dariku?! " begitu Yumarika tersungut tapi tetap tenang sambil menyelidik "kamu masih kecil" sang ayah mengingatkan, melirik istrinya untuk tidak membahas masalah ini di meja makan, "dimana Yugana?! " Tuan Yuda mengalihkan topik, " dimana lagi selain di kamar, dia sudah terbiasa menyendiri" Yumarika menjawab dengan ekpresi sedikit tidak senang, selama ini kakaknya selalu membela Yurika, jadi tidak ada alasan untuknya peduli pada kakak kandungnya itu selain terus memprovokasi. Setelah makan malam berakhir, mereka kembali ke kamar, dan pembahasan yang lebih serius di mulai lagi " apa yang sudah kamu lakukakan?! " Tuan Yuda berusaha tenang sembari menghisap cerutunya, "tidak banyak, hanya berusaha menyingkirkan hambatan di jalan kita" begitu Nyonya Wilia menjawab dengan santai, sembari mengambil remote tv, tidk disangka sedang ada penayangan berita jadi ia menunggu-nunggu barangkali kejadian hari i i bisa muncul itu akan memuaskan penasarannya, setelah acara hampur selesai ia mulai ragu tentang rencananya karean tidak ada berita tentang itu muncul di layar, ketika ia berpaling dengan bosan, penyiar mulai membahas "kecelakaan" itu, namun dalam berita tidak ada kepastian apapun, hanya ada pernyataan sebuah kecelakaan tunggal menerobos semak dan mobilnya terjun ke dalam jurang, belum ditemukan korban jiwa, semua madih dalam penanganan petugas, begitu berita berakhir ia masih di hantui rasa penasaran, Tuan Yuda tidak menanggapi berita itu, bagunya kecelakaan adalah hal sepele, tidak ada yang mencolok dari kejadian ini, lalu ia melanjutkan "aapun yang sudah kamu lakukan, ku harap itu tidak akan membahayakan keluarga kita" Tuan Yuda dengan tegas mengingatkan, bahwa dalam bertindak Nyinya Wilia harus hati-hati. Tidak banyak percakapan antara suami istri itu mereka hanya sibuk dengan urusan masing-masing, Tuan Yuda mengurusi berkas dan dokumen perusahaan, Nyinya Wilia bermain dengan handphonenya bersandar di tempat tidur, "aku sedang menjalin kerjasama dengan perusahaan besar, aku sedang berusaha untuk mendapat tender kali ini, jika perusahaan kita mampu bekerja sama dengannya, maka popularitas dan saham kita akan meroket" Tuan Yuda berkata, nmun tetap dalam posisinya semula, Nyonya Wilia menanggapi dengan berbinar " tentu saja sayang, aku akan menjadi Nyonya satu-satunya"

"Aku ingin mengunjungi rumah utama, aku harus menunjukkan sedikit kepedulian" Tuan Yuda menutup Bekas dan beranjak dari kursinya, sebelum dihentikan oleh istrinya "tidak ada gunanya, itu tidak akan merubah apapun, jangan buang-buang tenagamu untuk selalu berpura-pura swperti ini" Nyonya Wilia menegaskan, dengan pelukan hangat kepada suaminya, ia merasa bahagia, ia sudah mendapatkn segala yang ia inginkan.