"bu, apa sudah yakin aku memulai dari sekarang?" Yurika menatap ibunya ragu di meja makan sembari sarapan, ia berencana untuk melamar kerja di perusahaannya, tentu saja dengan identitas yang berbeda, semua dudah dipersiapkan matang-matang
"Sudah saatnya nak, lebih cepat lebih baik" Nyonya Susan menatap putrinya dengan lembut,
"Baiklah bu, dengan restumu semua akan baik-baik saja" Yurika tersenyum eembari menyantap sarapannya dengan semangat, tekadnya sudah bulat, ia harus berjuang untuk dirinya, ibu dan masadepan perusahaannya, bagaimanapun perusahaan itu adalah milik keluarga ibunya.
30 menit kemudian ia berangkat diantar oleh Parto dan Murni, sekalian mereka harus membeli beberapa keperluan dapur, sementara Nyonya Susan menyibukkan diri membaca beberapa dokumen perusahaan yang masih ia simpan.bSebelum berangkat ibunya mengingatkan sekali lagi " ingat nama batumu, Mian"
Perjalanan ke kuta lumayan melelahkan katena menghabiskan banyak waktu dijalan, selain itu jalanannya juga tidak bagus, hanya saja pemandangan di siang hari cukup menghibur, tidak banyak percakapan yang terjadi di dalam mobil, Mian memejamkan matanya sehingga terlelap begitu lama.
"Nona, kita sudah sampai, apa mau aku antar??"Parto membangunnya, ia masih setengah sadar, menatap hiruk pikuknya kota
"Tidak usah, kamu bisa lanjutkan kegiatanmu paman, aku bisa sendiri, tapi kamu akan kesusahan mencari transportasi" Mian memperbaiki duduknya,
"Tidak masalah non, kami sudah terbiasa" Murni menjawab dengan sopan
Akhirnya mereka berpisah, Mian memacu mobilnya menuju kantor Tuan Yuda, sudah lama ia tidak pernah menapakan kaki di perusahaan itu, perusahaan dengan gedung menjulang tinggi, halaman luas dan nyaman, di pojok berdiri kokoh pohon cemara membuat suasana lebih klasik di tengah bangunan modern, ia menghela nafas seraya melangkah prnuh percaya diri menuju Resepsionis,
"Halo,selamat pagi, ada yang bisa kami bantu nona?" Sang resepsionis tersenyum manis menyapa
"Maaf, saya membawa lamaran pekerjaan, saya dengar disini ada lowongan" Mian mejawab sembari menyerahkan berkas-berkas dari tangannya,
"Silahkan duduk dulu, saya akan memyerahkan ke bagian personalia" Wanita utu mengarahan
Mian mengikuti arahan itu, ia duduk di sebeuah ruang tamu dekat pintu masuk utama, di depannya di hadapakan pada pemandangan kolam ikan dan air mancur dikelilingi taman bunga, sekilas tatapannya tertuju pada mobil sport mewah yang baru saja tiba, di ikuti beberapa mobil dibelakangnya, segera seseorang muncul dari balik mobil itu, seorang pria tampan, sangat tampan, dengan kemeja ungu muda dan jass abu-abu, sepatu mengkilat, rambut gemulai terhempas angin, ia berjalan tegap menuju aula utama, di iringi sambutan sopan para karyawan.
"Siapa dia?!" Mian membathin ketika tatapannya bertemu dengan tatapan pria itu, hanya sekilas, kemudian dari arah yang berlawanan munculah Yumarika, menatap ke arah Mian sedikit mengejek sebelum berkata kepada resepsionis "katakan padanya, tidak ada lowongan untuk saat ini"
"Tapi Nona, bukankah kita butuh...." Kalimatnya terhenti, ketika menyadari tatapan Yumarika,
Yumarika segera meninggalkan resepsionis menghampiri pria misterius itu, tentu saja sang pria menyadari apa yang telah terjadi.
"Maaf nona, lowongannya sudah di tutup" Resepsionis terlihat sungkan,menyerahkan lamaran itu kembali
"Ooh tidak masalah, terimakasih" Mian bangkit, beranjak menuju pintu keluar, dalam hatinya terus bertanya-tanya, "siapa pria itu? Kenapa ia di tolak? Apakah mereka sudah curiga?" Sebelum ia sempat berpikir jernih, seorang pria paruh baya menghampirinya
"Nona, jika kau butuh pekerjaan, perusahaan kami sedang membutuhkannya, kamu bisa membawa lamaranmu hari ini juga, ini alamatnya"
Mian tergaket, tidak sempat berekspresi ketika pria dihadapannya sudah berlalu, "aku bekerja disini hanya untuk mencari tahu situasi perusahaan, apa gunanya aku bekerja ditempat lain" ia membathin,
"Tapi,,,,,, ini terlihatseperti perusahaan besar, ya sudah, di coba saja" akhirnya ia memutuskan untuk melamar kerja disana, butuh waktu sekitar puluhan menit untuk tiba di alamat tersebut, ia terpana, menatap gedung tinggi dan megah di hadapannya, jauh lebih megah dari gedung Tuan Yuda, matanya berbinar, dengan penuh semangat ia melangkah, menyerahkan lamarannya kepada resepsionis,
"Silahkan nona tunggu dulu, saya qkan mengajukan kepada bagian personalia"
"Baik" Mian mengangguk, sembari mencari tempat duduk di sofa, beberapa saat kemudian sang resepsion muncul dengan wajah bersinar
"Nona, kamu diterima, kamu bisa kerja mulai besok, untuk pekerjaanmu, bisa dijelaskan besok" wanita itu mengakhiri ucapannya dengan tersenyum
Mian membatu " benarkah?" Ia tak percaya, ia mengangguk antusias meninggalkan ruangan itu dengan penuh ambisi, semangat membara, perasaan senang dan puas,
Ia segera menghubungi ibunya, menceritakan dengan sangat detail apa yang sudah terjadi,
"Ibu, sebentar lagi aku akan pulang, aku kan pindah ke kota mulai besok, aku akan menjemput paman Parto dulu" Mian mengakhiri panggilan telepon itu
Ibunya tersenyum, meskipun tidak sesuai rencana, tapi putrinya mampu bekerja diperusahaan ternama di kota, itu hal yang luar biasa, tidak sabar menunggu kepulangan putrinya.
Trlat diparkiran sebuah Mall, Mian menunggu dengan sabar, tidak lama muncul lah irang yang dutunggu-tunggu dengan tergopoh-gopoh membawa belanjaan,
"Nona, apa kita terlalu lama membuatmu menunggu??" Murni bertanya dengan wajah sungkan
"Tidak, cepatlah, aku sedang berbahagia, aku ingin pulang menemui ibuku segera" Mian hanya tersenyum-senyum
"Aku pikir, Nona akan menetap di kota hari ini" Parto melanjutkan
"Haha, tidak masalah kapqn aku mulai menetap, hari ini aku akan mengantar kalian pulang, tapi paman Parto yang kemudikan" Mian pindah ke kursi penumpang di belakang,
Mereka melanjutkan perjalanan, saat matahari mulai merendah di cakrawala, bayangan pohon pinus menghiasi jalan di iringi cahaya jingga yang menyeruak dari balik rerantingan, Mian tertidur pulas.
Ia tersadar ketika mulai memasuki jalanan rusak berbatu, membuat mobil bergejolak, tidak lama kemudian ia tiba di rumah, ibunya yang melihat segera menghampiri Mian menghambur bahagia ke dalam pelukan ibunya, Parto dan Murni sibuk menurunkan barang bawaan mereka,
"Wow, belanjaanmu banyak sekali" Nyonya Susan menggoda
"Tentu dong, entah kapan aku bisa ke kota lagi" Murni tidak menyia-nyiakan kesempatannya,
Cuaca sore itu sangat bagus, Mian memutuskan untuk berjalan-jalan, ia menatap sebuah bukit yang dipenuhi pohon pinus, matahari jingga menyeruak indah, ia segera berlari menaiki bukit itu dengan hati-hati, tidak lama untuk samapai di atas, dan tidak begitu jauh dari rumahnya, ia duduk di gundukan tanah menghadap barat, dengan oemandangan bukit lembah menghampar di depan matanya, sperti biasa ia bisa melihat sebuah bangunan megah di seberang bukit itu, ia melambungkan hayalannya, menikmati setiap desiran angin yang menyapa, matanya terpejam, saat sepasang tangan memeluknya erat namun lembut tepat dibelakangnya,
Matanya terbelalak, tidak bisa menghindar atau melihat siapa pemilik tangan ini, jantungnya mulai berdegup takut, keringat dingin mengalir di tubuhnya, matanya tertuju pada sepasang tangan di dadanya, seperti tangan seorang pria, tangan yang lembut, putih, bersih dan menawan.
Setelah sekian detik, dengan susah payah menguasai diri ia bertanya dengan terbata
"Si..siapa kamu?!"
"Kenapa kamu memelukku?"
"Apa aku ada melakukan kesalahan?!"
Hening
Tidak ada respon dari balik punggungnya selain dekapan hangat seperti seorang kekasih, perlahan Mian mulai menikmati dekapan itu dan membiarkan dirinya larut dalam ke hangata.
"Sudah lama aku mencarimu, ternyata kita bertemu disini" pria itu berbicara penuh arti
"Siapa? Maksudmua?" Mian sangat bingung berusaha melepaskan diri, namun sebuah ciuman basah menyapa lehernya,membuat ia terkesiap, aliran darahnya mengalir lebih cepat, perasaan hangat dan nyaman yang semula ia rasakan menjadi perasaan jijik yang silit di ungkapkan, dengan penuh tenaga ia melepaskan diri menjauhi pria itu,
"Apa yang kamu lakukan? Jangan bertingkah aneh"
Mian mengingatkan dengan ketakutan meliputi dirinya, entah apa yang akan terjadi dengannya kali ini
"Hal aneh apa? Aku hanya memeluk dan menikmati aroma tubuhmu!" Pria itu berlagak dengan santai
"Dasar mesum, " Mian berlari meninggalkan pria itu dengan gugup, kakinya gemetar tapi ia harus kuat berlalari.
"Wanita yang menarik"pria itu terkekeh penuh kepuasan dan menukik terbang di antara pepohonan.
Di villa nyonya Wilia, ia sedang sibuk menanti kabar dari putrinya, namun tidak ada hal menarik yang ia dapatkan,
" Hari ini Jimy datang ke kantor, itu kenapa ayah berangkat lebih awal bu, dan aku juga bersyukur datang lebih awal, aku jadi bisa melihat dan menyambut dia" Yumarika mulai bercerita penuh gairah
" Ya baguslah, kamu harus bisa merebut hatinya, harapan besar kamu bisa menjadi Nyonya Muda Di keluarga itu" Nyonya Wilia mengingatkan putrinya dengan serius
"Tadi juga ada pelamar kerja, aku tolak" Yimarika mendengus memgingat seperti apa wanita itu, sangat cantik, alasan ia menolak karena takut tersaingi
"Hahaha, lakukan apaoun yang menurutmu baik, dan ayahmu mendukung, ibu akan selalu mendukungmu" Nyonya Wilia tersenyum tanpa mengalihkan pandangan dari layar televisi di hadapannya.
"Hari ini,aku melihatnya melamar kerja, tapi di tolak, dan aku memasukkannya ke perusahaan kita" Jimy memulai percakapan dengan ayahnya di ruang tamu
"Siapa?" Nyonya Longe menatap putranya penasaran
"Haha, ibu ,, nanti juga akan tahu" Jimy tertawa ringan
"Terserah padamu, selama kamu ingat pada identitasmu" ayahnya berkata dengan suara serak yang dalam, sembari menutup majalah konstruksi di depannya.