Hampir tiap malam Jimy mengawasi rumah Yurika, berharap ada satu kesempatan yang bisa mempertemukan mereka secara nyata selain ilusi aroma yang memikat, namun sosok yang dicarinya tak jua menampakkan diri, apalagi hanya sekedar mengeluarkan aroma kehadiran, sepanjang hari sepanjang malam Jimy hanya bisa mengawasi di ikuti kekecewaan melanda jiwanya,
" Sudah sekian lama, Nyonya dan Nona keluar, semoga baik-baik saja, jujur saja sejauh ini aku mulai gelisah kepada mereka" Murni mulai mengeluh
" Kita tahu majikan kita orang yang seperti apa, dia kuat, kita mengenalnya sudah dari lama," Parto menguatkan istrinya,
"Kita jangan banyak berpikir yang bukan-bukan, sebaiknya kita kerjakan pekerjaan kita dengan baik dan tunggu mereka kembali"
Parto melanjutkan ucapannya sambil menyeruput kopi hitam di depannya, saat ini matahari mulai terbenam, burung dan serangga malam menunjukkan nyanyiannya, sesungguhnya suasana ini sangat menggiurkan, seperti biasa kunang-kunang bertebaran.
"Ayo kita masuk, diluar terlalu banyak nyamuk udara juga cukup dingin" Murni beranjak menarik tangan suaminya.
" Selama ini kita hidup di gubuk sederhana, ingin rasanya menikmati situasi ini, tapi mengingat kita hnya berdua di rumah yang sebesar ini,, aku malah lebih menikmati gubuk kita" Murni mulai menggoda suaminya sembari menatap sekeliling ketika tatapannya teralihkan pada bayangan terbang seperti burung, sedijit jauh, hanya saja terlalu besar untuk jarak sejauh itu sebagai burung, ia berjalan mendekati jendela, diam sesaat pikirannya penuh tanya tapi tak terlontar dari mulutnya, hanya ekspresinya sedikit terkerut.
"Ada apa? Tutup saja jendelanya" Suaminya mengingatkan
Murni hanya berpaling tanpa menoleh suaminya, suaminya yang penasaran segera mendekati jendela, membuka tirai mengamati sekeliling, "tidak ada yang aneh" ia membathin, namun dari ekspresi istrinya jelas telah melihat sesuatu.
Jimy kembali ke rumahnya, ia menemukan Yuna berbaring di sofa dengan bonekanya, Jimy tersenyum menggendong Yuna ke tempat tidur, dalam gendongannya Yuna terbangun "kakak Jimy, dari mana saja?!" Yuna bertanya setengah sadar
"Sudah, lanjutkan tidurmu, sebentar lagi sampai di ranjangmu" Jimy menasehati, Yuna tergelak
"aku tidak ingin tidur lagi, aku rindu kakak, oya, dimana kakak cantik itu? " Yuna mulai ingat dengan janji kakaknya
"Belum saatnya,"Jimy hanya mengecup kening adiknya sebelum meninggalkan kamar Yuna. Tanpa pikir panjang Yuna mulai terlrlap lagi.
Jimy menuju ruang baca, ternyata disana ada ayahnya sedang membuka dokumen,
"Apa kamu sudah siap dengan jabatanmu? Beberapa waktu lalu ibumu sudah mengingatkanmu" Tuan Longe menatap putranya sambil menutup dokumen di tangannya,
"Aku percaya keputusanmu ayah, jika menurutmu aku sudah siap maka aku akan siap" Jimy sangat patuh kepada keluarganya, selama ini orang tua Jimy tidak pernah semena-mena kepada anak-anaknya, sehingga anaknya juga menghormati apapun keputusan orang tuanya, ia sangat yakin apapun yang dilakukan orang tuanya adalah demi kebaikan mereka bersama, terlebih mereka adalah klan Vampir dan Jimy adalah pangerannya, pangeran tersembunyi.
"Baiklah, ini beberapa dokumen bisa kamu pelajari dulu, disana ada dokumen dari Tuan Yuda, kita akan bekerja sama dengannya dalam pembangunan real estate yang sudah kita rencanakan," Tuan Longe menyodorkan beberapa dokumen itu.
Jimy tak bergeming, ia hanya menatap, sedikit menghembusan nafas,
"Apa kamu tertarik dengan putri Tuan Yuda?" pertanyaan Tuan Longe membuyarkan kegelisahan Jimy, menatap ayahnya sedikit heran
" ayah tidak bermaksud menjodohkanku dengannya kan?" Jimy mulai khawatir
"Hahhah tentu saja tidak, ayah hanya bertanya, mendengar cerita dari ibumu" Tuan Longe tertawa ringan menatap putranya kebingungan,
"Sudahlah, silahkan pelajari, aku akan menemui ibumu" Tuan Longe beranjak meninggalkan Jimy yang terpaku.
Saat itu Nyonya Longe sedang menyiapkan makan malam mereka, tentu saja sajian seperti manusia normal, mereka sudah terbiasa
"Anakmu tidak tertarik pada wanuta itu," Tuan Longe menghela nafas,
"Anakku? Haha, seolah dia hanya anakku saja" Ibunya mengejek sambil menghidangkan makanan di meja makan
"Iya, dia anakmu, sama sepertimu, susah dipahami," Tuan Longe melanjutkan
"Karena aku yang susah dipahami, kamu menjadi mengidolakan aku haha" Nyonya Longe merasa bangga
" kamu memang selau menginspirasiku sayang, "Tuan Longe memeluk istrinya dan memberikan kecupan ketika Yuna tiba-tiba muncul,
"Ayah ibu, aku lapar" Suara manjanya membuat suami istri itu gelagapan
" iya ini sebentar lagi, panggilkan kakakmu diruang baca" perintah ibunya lembut. Sesaat kemudian Jimy tiba di meja makan dengan Yuna dalam gendongannya, sungguh keluarga yang harmonis,
Jauh di pusat kota, keluarga Yuda, mereka juga sedng menikmati makan malam serti biasa, hanya ada Yumarika, Nyonya Wilia dan Tuan Yuda,
"Ayah, aku tertarik dengan Jimy dari keluarga Longe itu, apa yang harus aku lakukan?" Yumarika membuka percakapan saat ibunya menuangkan nasi ke piring masing-masing,
"Tidak ada, selain kamu harus bisa menjaga sikap, jangan membuatku malu"
Tuan Yuda menatap putrinya, jauh di lubuk hatinya ia merasa tidakklah pantas bagi wanita bernegosiasi seperti itu, apalagi masalah pria, seketika Tuan Yuda merasa gagal menjadi ayah,
"Baiklah, seakan anakmu sering membuat kekacauan saja, dia adalah tanggungjawabku, aku yang akan mengusahakan ke inginannya" Nyonya Wilia menjawab sedikit emosi pada suaminya, ia merasa kedudukannya sebagai ibu sedang dipertanyakan
"Bi, bawakan makan malam untuk Yugana di kamarnya, anak itu sudah seperti tahanan, entah apa yang ada dalam otaknya" Tuan Yuda menggerutu menyikapi kelakuan outar satu-satunya itu,
"Baik tuan" segera Bib Rom menyiapkan makan malam dan membawanya ke lantai atas kamar Yugana
"Tok tok tok, makan malamnya Tuan, tidak enak jika sudah dingin"
Pintu terbuka disambut dengan wajah Yugana yang cemberut, alis berkerut, menerima nampan tanpa berkata
"Anak ini, harusnya bersyukur sudah ada makanan, melihat nasi seperti cacing menggeliat dalam piring" Bibi Rom membanthin sambil berbalik menuju dapur,
Dari dapur bibi Rom bisa mendengar percakapan keluarga itu di ruang makan
"Sayang, kalo kamu ingin sering melihat pangeranmu, alangkah baiknya jika kamu mau bekerja dikantor" ibunya menyarankan, Yumarika tersedak, Tuan Longe menatap istrinya kaget
"Bagaimana dengan kuliahnya? Lagian pekerjaan apa yang cocok dengannya?"
"Apa saja, yang penting mereka bisa sering beryemu dan berkomunikasi, setidaknya dengan cara ini, pandangan keluarga Longe terhadap putri kita akan berbeda, sebagai gadis pekerja keras dan mandiri, tidak penting apa latar belakangnya ia tetap ingin bekerja, selain itu Yumarika juga bisa sedikit demi sedikit memahami bisnis sebelum nanti menjadi pewaris, bukankah itu bagus?! "
Nyonya Wilia sangat bwrsemangat hingga hampir menumpahkan air dari gelasnya,
Awalnya Yumarika dan Tuan Yuda keberatan, tapi setelah dipikir-pikir, ada benarnya juga, tanpa banyak bicara Yumarika hanya menunggu keputusan ayahnya,
"Baiklah, besok akan aku bicarakan dengan para petinggi dulu, akan memalukan bagiku jika dia bwrada di posisi yang tidak tepat" Tuan Yuda mengakhiri makannya, beranjak ke ruang baca, Nyonya Wilia tahu, suaminya tidak akan membuarkan Yumarika dipermalukan dengan berada di posisi tidak penting di kantor, lagipula dialah bos besarnya, semua keputusan ada di tangannya.
Diruang baca Tuan Yuda mulai mebuka dokumen, meneliti satu persatu hingga tatapannya terhenti pada dokumen keluarga Longe, matanya berbinar, istrinya memang benar selalu benar, hanya saja untuk saat ini bagaimana caranya menangani masalah kerja Yumarika, bagaimana dengan para petinggi lain, di sisi lain jika dia diberikan posisi bagus, dia belum berpengalaman, pastilah akan jadi olok-olokan sebagai kemurahan hati bos besar,
"Jangan terlalu banyak berpikir, biarkan mengalir, tidak akan ada yang mempermasalahkan itu" Nyonya Longe masuk membawakan secangkir teh hangat, sembari memberi pijatan lembut pada pundak suaminya, tatapan Tuan Longe sedikit melunak dengan motivasi istrinya, memang Nyonya Wilia paling memahami situasi suaminya, tidak salah jika dia mampu bertahan sejauh ini, memprovokasi segalanya.