Chereads / Dibalik pasangan sempurna / Chapter 11 - Hidup kembali

Chapter 11 - Hidup kembali

" sayang, sudah saatnya kita kembali" Nyonya Susan menatap putrinya yang sudah menjadi orang lain, sangat cantik,

"Ibu, aku ingin melihat cermin" Yurika penasaran dengan tampilan barunya,

"Tentu saja, kamu pasti suka" ibunya beranjank menggapai cermin di atas meja tak jauh dari tempat dudukny, sebelum menyerahkan cermin itu kepad putrinya, ia melihat bayangannya terlebih dahulu

"Kita seperti orang asing, haha" ibunya tertawa ringan, di imbangi tatapan penasaran dari Yurika,

Segera ia meraih cermin itu dan menatap wajahnya penuh pesona, terbelalak, mengelus-elus, mengusap pipinya yang halus,

"Ibu, aku suka, kapan kita akan kembali?" Yurika bertanya tanpa memalingkan pandangannya dari cermin

" segera, setelah kita selesaikan administrasi, kita bisa kembali, "

Ibunya bangkit mengambil bubur di meja makan sebagai sarapan Yurika, ia menyuapi anaknya penuh perasaan.

Tidak lama kemudian dokter Jean muncul membawa berkas untuk ditandatangani, setelah itu mereka bisa pulang,

Dalam perjalanan pulang " ibu, apa kita masih punya cukup uang?? " Yurika terlihat khawatir

"Tentu saja, kita masih bisa membeli mobil begitu tiba di negara kita, trus rumah sederhana untuk kamu tempati, sementara ibu, ibu akan tinggal d bukit sementara waktu, samoau saatnya tiba.. Kita akan kembali dan hidup bersama-sama lagi" Nyonya Susan menatap putrinya sembari berjalan beriringan,

Terpaan sinar matahari siang lumayan menyengat kulit mereka, sebelum mendapatkan taxi untuk ke bandara,

Bebarapa jam kemudian mereka tiba di bandara, di sana sudah menunggu Parto dan Murni lengkap dengan mobil yang baru saja mereka beli, jadi sebelum pulang Nyonya Susan sudah menginstruksikan Parto dan Murni untuk membeli mobil dan menjemput mereka hari ini, sekalian untuk melihat-lihat beberapa rumah sederhana untik ditinggali Yurika nanti, tentu saja setelah itu, ia kembali ke bukit dulu, ada beberapa hal yang harus di pelajari dan diselesaikan oleh Yurika, di antaranya masalah pekerjaan dan saham perusahaan.

Meskipun sudah kembali ke bukit lebih awal, tetap saja mereka harus berperang dengan gelap di perjalanan, hari ini tidak hujan, hanya sedikit kabut dan udara dingin yang menusuk, Yurika duduk di kursi belakang dengan ibunya, selama perjalanan ia hanya menatap luar jendela, sudah lama sejaka ia di luar negeri, kengerian perjalanan ini masih terasa dengan kental, ia tergidik membayangkan hal yang tidak -tidak, bagaimana jik disini muncul ini, disana muncul itu, semua pikiran buruk itu menghantuinya sepanjang perjalanan, hingga jam 8 malam ia tiba dirumah, rumah tua ditengah bukit, membuka pintu menatap rumah itu beberapa saat sebelum masuk, sudah banyak berubah, halamannya lebih rapi dn terurus, aura rumah tiadk begutu gelap, karena lelah ia langsung menuju kamar tidurnya, seperti biasa membuka tirai menatap langit malam yang dipenuhi bintang bertaburan, beberapa kunang-kunang mendekat dan menempel pada kaca, Yurika membuka kaca jendela membuarakan kunang-kunang itu mengitari kamarnya, hembusan udara dingin menyapu wajahnya, ia memghempaskan tubuh lelahnya di atas ranjang dan tertidur,

Tiba-tiba sosok bayangan hitam muncul bertengger di balkon menatap ke arahnya, bayangan itu mendekat, mendekat, sangat dekat, Yurika tidak bisa melihat jelas wajah pria itu, tidak ada kesadaran untuk bertanya darimana dia datang, yang ia rasakan saat ini, pria itu sedang berada di dekatnya, menatapnya, namun tubuh lelahnya tidak sanggup untuk terheran-heran, membuarkannya begitu saja, kemudian pria itu mencium bibirnya, Yurika kaget, nafadnya tersengal, setelah berjuang keras ia bisa meronta, namun tidak ad siapa di hadapannya, ia bangkit menyalakan lampu dengan nafas terengah-engah, ia tatap sekeling, tidak ad siapa, tidak ada tanda-tanda kemunculan seseorang,

"Mungkin aku bermimpi, berhalusinasi, huhh terlalu lelah, jadi berpikir yang aneh-aneh" ia kembali k tempat tidur tanap menutup jendala dan tirai, tidak jauh ada sepasang mata sedang mengamatinya sampai pagi, sebelum fajar menyingsing,

Yurika terbangun karena hembusan udara pagi yang dingin, menusuk tulangnya, ia membuka matanya setengah sadar bangkit menatap jendela.. Ia melihat di halaman Parto sudah menyapu,

Yurika ingat kejadian semalam.. Rasanya seperti nyata, ia memegang bibirnya, ciuman itu begitu hangat, seperfi ciuman sepasang kekasih yang lama tidak bertemu, tentu saja kemudian ia sadar itu hanya mimpi, namun pandangannya teralihkan oleh jejak sepatu di balkon, tidak begitu jelas tapi lumayan mengingatkan dia bahwa kejadian semalam adalah nyata, ia mulai terkesiap, membeku, darahnya mengalir lebih cepat, dengan mukut terkatup rapat ia merasakan lututnya mulai lemas.

"Apa gadismu sudah kembali? Auramu hari ini berbeda" ibunya menggoda putranya,

"Jimy hanya melirik tanpa menjelaskan

"Kakak, dimana dia?" Yuna mulai ingat janjinya,

"Suatu saat, pasti kamu tahu, sekarang belum saatnya, berhenti merengek" Jimy menekan adiknya dengan lembut, gadis itu hanya cemberut

Hari ini mereka sarapan seperti biasa, roti sandwich dan susu,

"Bagaimana keadan perushaan? " ayahnya menengahi sembari menyeruput secangkir teh hangat dan majalah properti

"Tenang saja ayah, kamu bis mengandalkanku, hanya saja aku oerlu sekretaris" Jimy menjawab, dalam tatatapannya jelas terlihat ia menginginkan gadis itu sebagai sekretarisnya

"Hahhahah, terserah padamu," ayahnya tergelak.

"Hari inia ia muncul lagi, aku semalaman menemaninya" Jimy mulai membuka rahasia

"Wow? Benarkah ka? Apa saja yang tlah kalian biacarakan? Yuna berbinar-binar penasaran, membuat ekpsresi kakaknya kaku dan canggung,

"Aku hanya menemaninya dari jauh" kkecewaan terpancar dari raut wajahnya

"Ah kakak payah," Yuna mengejek,

"Sudah, kakakmu akan berangkat kerja"

"Bu, aku lelah bekerja dan hafus berangkat kuliah" Yimarika mulai mengeluh setelah beberapa minggu menjadi sekretaris, terlebih tidak pernah ada kesemoatan bagunya untuk bertemu dengan Jimy, jadi perjuangannya terasa sia-sia saja

"Belajarlah bersabar Yuma" Ibunya memgingatkan tanpa memperhatikan putrinya, ibunya sedang sibuk menatao layar ponselnya, melihat-lihat berita kalau saja ada petunjuk tantang Yurika dan Nyonya Susan, namun sejauh ini tidak ad petunjuk apapun, bahkan polisi tidak menemukannya,

"Jangan membuatku malu Yuma, aku sudah bersusah payah memasukkanmu ke posisi itu" tina- ayahmya muncul di ambang pintu memegang dasinya yang tak terpasang sempurna, Nyonya Wilia bangkit merapikan dasi semuaminya,

"Jangan khawatir sayang, anak kita tidak akan sebodoh itu"

"Semoga saja begitu" Tuan Yuda berlalu tanpa sarapan

"Kamu tidak sarapan dulu?" Nyonya Wiali mengejar suaminya mengantar sampau depan pintu,

"Aku harus buru-buru, ada penting harus aku kerjakan pagi ini" Tuan Yuda menaikin mobil dan berlalu,

Nyonya Wilia mematunga penuh tanya, "hal penting?!"

"Yumarika, kamu segera susul ayahmu ke kantor, beri tahu aku apapun yang terjadi disana, segera" tanpa sadar ibunya memerintah was-was

"Ibu mau aku jadi mata-mata?! Detektiv? Hahah itu melelahkan bu, aku tidak mau, "Yumarika berpaling

"Anak bodoh, siapa tahu ini bisa menghancurkan rencana kita" ibunya mengingatkan lagi

"Baiklah bu" putrinya mendengus dengan tampang lecek, dsegera bangkit untuk berangkat kekantor.