Chereads / Dibalik pasangan sempurna / Chapter 8 - Sang pangeran

Chapter 8 - Sang pangeran

Pasangan ibu anak itu memasuki ruangan Tuan Yuda dengan penuh kharisma, dimana Yumarika merasa seperti sedang melihat pangeran kerajaan, aura kekuasaan yang berwibawa memenuhi ruangan, tanpa bisa mengalihkan pandangannya dari pria itu bahkan untuk sekedar menelan ludah pun susah, tenggorokannya terasa kering hingga tanpa sengaja ia batuk kecil sejenis berdehem, tentu saja kelakuannya itu memancing tatapan tajam pria itu, tapi hanya sekilas sebelum akhirnya di abaikan, Yumarika merasa malu dan canggung, rona merah memenuhi wajah dan telinganya, dengan malu-malu ia duduk sopan sembari melilirik dengan hati-hati, Nyonya Wilia yang memahami situasi hanya tersenyum menyambut hangat kedatangan tamu mereka di iringi dwngan Tuan Yuda yag tak kalah ramah san sopannya.

"Silahkan, kami merasa terhormat kalian bisa mengunjungi kami,"

Tuan Yuda memulai percakapan sambil menggiring mereka ke sofa disamping meja kerjanya,

"Tidak perlu sungkan, bukankah kita memang harus saling menjaga relasi satu sama lain!? " Nyonya Longe menyambut dengan tak kalah ramah san hangat sesekali memperhatikan ruangan dan pemandangan sekitar

"Pemandangan disini sangat bagus, arsitekturnya elegant, tidak salah jika perusahaan anda sedang naik daun"

Menyadari situasi yang sulit dijawab oleh Tuan Yuda, Nyonya Wilia mengambil alih pembicaraan

"Ah anda terlalu memuji, kami masih perlu dukungan dari banyak pihak, ini belumlah apa-apa dibanding dengan perusahaan keluarga Longe" Nyonya Wilia menatap suaminya agar hati-hati berbicara, agar tidak mengungkit sejarah yang berhubungan dengan keluarga Susanto

"Oh iya, apakah ini putrimu?! Manis sekali" Nyonya Longe mengalihkan perhatiannya ke arah Yumarika

"Halo Nyonya, nama saya Yumarika, bisa dipanggil Rika" Ia memberi salam santun, sekilas melirik pria didepannya

"Oh iya, tentu saja, saya juga membaw putra saya," Nyonya Longe mengisyaratkan Jimy untuk berkenalan dengan Yumarika,

"Halo, saya Jimy" begitu ia bangkit dari duduknya kemudian membungkuk untuk keseluruhan tuan rumah, kemudian kembali duduk dengan tenang tanpa perduli pada Yumarika yang tak berkedip menatap pangeran itu.

"Sebuah kehormatan, Nyonya juga memperkenalkan seorang pewaris kepada kami, apa ini berarti ada kesempatan untuk keluarga kita di masa depan?" Mata Nyonya Wilia berbinar penuh harap, apa lagi tujuan mereka selain mencari menantu untuk masing-masing anaknya, seperti ia sendiri yang sengaja membawa Yumarika, tapi itu hanyalah ada dalam benak Nyonya Wilia

"Masalah itu, mungkin terlalu dini bagi kita untuk membahas, haha" Nyonya Longe paham apa harapan keluarga ini, sangat berbeda dengannya, ia hanya ingin di temani putranya dan menunjukkan sebuah kerjasama baru, tidak terlintas untuk perjodohan, perusahaan keluarga Longe sudah berdiri sejak ratusan tahun, tidak pernah mereka menjadikan pernikahan sebagai sarana bisnis, bagi mereka uang dan bisnis tidakklah tujuan utama.

Tuan Yuda menyadari situasi, segera mengalihkan topik "haha tentu saja, baiklah mari kita mulai pembahasan kita"

Sementara Yumarika tidak paham situasi didepannya selain menyibukkan diri berkhayal, kemudian beberapa menit kemudian ia dan ibunya pamit, karena Tamu dan ayahnya sedang membahas bisnis yang serius, dalam perjalanan pulang ibunya memeprhatikan putrinya yang penuh semangat, tentu saja tahu apa yang sedang terjadi

" apa kamu senng?! " ibunya bertanya

"Tentu saja" jawabnya sumringah, sopir menatap mereka berdua dengan tatapan polos,

"Kepalaku di penuhi pria itu bu, dia begitu mempesona, tidak bisa dibandingkan dengan siapapun dimanapun selama ini" Yumarika bergejolak penuh semangat, ada bunga-bunga mekar di hatinya, terasa hangat, sepanjang waktu ia hanya tersenyum bahkan ketika menjumpai sesuatu yang biasanya membuat ia jengkel, salah satunya ketika ibunya membahas Yurika dan Nyonya Susan

"Aku tak lagi khawatir pada mereka bu, apa yang aku takutkan?! Apa yang mereka miliki saat ini, tidak berarti dihadapanku, kenapa aku mesti membuang energy mengkhawatirkan itu?!"

"Kamu harus ingat, bagaimanapun juga ia masih saudara tirimu, apapun yang kita miliki saat ini, itu adalah miliknya, tentu saja ibu akan selalu berusaha menghentikan dia" ibunya menatap luar jendela dengan rasa tidak puas.

Mereka tidak langsung pulang kerumah, tapi mengantar Yumarika ke kampus, sebagai calon mahasiswa baru, banyak hal yang masih harus di urus sebelum resmi menjadi mahasiswa.

Di hutan, Jimy dan ibunya sudah kembali k hutan, keseharin mereka tidakklah disini, tapi ada dalam beberapa kali dalam setahun mereka menghabiskan waktunya di hutan, di anataranya untuk menyerap energy alam, menikmati ke liaran mereka dan tentu saja seharusnya ini adalah tempat yang tepat bagi mereka, hanya saja demi terlihat normal seperti manusia biasa mereka harus membiasakan diri seperti ini,

"Ibu dengar, belakangan kamu sering terlihat muram, seperti kehilangan sesuatu" ibunya membuka percakapan saat mereka duduk di balkon utama, menghadap lembah dan bukit diseberang

"Aku merasa seperti manusia yang kehabisan parfum pavoritku, tapi tak bisa mendapatkan dimanapun isi ulang atau penggantinya" begitu Jimy menjelaskan perasaannya, gadis itu bagaikan parfum yang sellu menusuk hidungnya, membuatnya merasa nyaman, damai, seakan berada pada hayalan tanpa deskripsi.

"Haha, se luar biasa itukah gadis itu?! " ibunya tersenyum sedikit mengejek putranya yang konyol

"Kamu akan segera memikul tanggungjawab yang besar, jadi persiapkan dirimu, "

ibunya mengingatkan sambil berlalu, Jimy hanya mengiringi ibunya berlalu dengan tatapan, kemudian kembali ke tatapannya semula, bukit seberang,,, tempat dimana bangunan tua gaya eropa berdiri megah ditengah-tengah hutan pinus, sungguh aneh dan misterius, dalam sekejap ia telah mengepakkan sayapnya menuju rumah itu, bertengger di dahan pinus yang tidak terlalu mencolok, namun ekpresinya kecewa saat ia tak lagi merasakan aroma itu, seperti beberapa kali sebelumnya. Sementara di dalam rumah terlihat dua orang sedang berbincang-bincang diruang tamu, yang tak lain adalah Parto dan Murni.

Sementara Parto dan Murni sedang sibuk bedebat tentang surat yang baru saja mereka terima, meskipun pemukiman mereka sangat terpelosok tapi ada sebuah desa yang bisa dijangkau oleh pengantar surat, dari desa tersebut barulah menuju pemukiman Parto, tentu saja alamat penerima surat adalah rumah gubuk Parto, bukan Rumah megah itu, yang kemudian salah satu tetangga Parto menerima dan mengantarkan surat itu kepada Parto di Rumah megah, isi dari surat itu adalah " TENANGLAH, SEMUA BAIK-BAIK SAJA," sebait kalimat penuh arti yang dengan mudah mereka pahami, meskipun kecelakaan yang menimpa tuannya belum diketahui, mereka tahu semua baik-baik saja, setelah beradu argumen, mereka memutuskan untuk tidur lebih awal.

Disebuah klinik bedah, operasi sedang berlangsung, Nyonya Susan hanya mondar mandir di ruang tunggu, sesekali melihat jam di tangan, sebelum dokter dan para perawat keluar ruangan isolasi, "tenanglah nyonya, semua baik-baik saja, tunggu saja hasil memuaskannya"

Dokter Jean tersenyum di iringi para perawat, membuat hati Nyonya Susan tenang, sperti panas yang tiba-tiba tersiram air, meneduhkan, ini baru permulaan, masih banyak hal yang harus mereka lewati untuk tujuan mereka,

Ia menatap putrinya dari pintu kaca, tanapa terasa air mata mengalir dengan lembut, bagaimana selama ini mereka tersiksa, bagaimana sekarang mereka masih tersiksa, memaksa putrinya melakukan hal seperti ini, merubah tampilannya menjadi orang lain, namun seakan tiada keadilan bagi mereka, yang membyat nya harus mengambil keputusan ini,