Chereads / Señorita : The Evil Symphoy / Chapter 22 - The Evil Symphony

Chapter 22 - The Evil Symphony

===== Sebuah renungan, tentang jodoh yang sudah di takdirkan dan di gariskan. Tak perlu gelisah, apa lagi resah~

Karena jika saatnya tiba, ia akan datang menghampirimu. Tak perlu mencari hati yang lain, karena hatimu sendiri yang akan menuntunmu padanya.

Dan jika saat itu tiba, rengkuh ia dengan sepenuh jiwamu. Jangan lepaskan, atau sakiti. Karena ia yang akan melengkapimu =====

Lucas masih berada di kantornya, seharian ini ia terkurung di ruangannya sendiri. Ia tak sadar telah melewatkan banyak waktu. Pagi yang telah berubah menjadi siang, siang yang telah beranjak menjadi sore. Ia tak menyadari waktu telah berjalan begitu cepat. Ia masih berjibaku dengan berkas di mejanya. Ia tak menyadari hujan telah turun dengan lebatnya dari berjam jam yang lalu. Lucas benar benar tak berpikir

untuk pulang sekarang. Shawn sudah ia suruh untuk pulang dan menurus rumah. sedangkan ia ingin fokus menyelesaikan masalah ini.

Hujan masih menucur deras di luar, suarnya terdengar sampai ke ruangan Lucas. Suara hujan yang seperti tak kunjung berhenti semakin deras dan deras. Mobilnya berada di tempat parkir khusus, tapi itu tak melindungi mobilnya dari hujan. Pasti akan membuatnya basah kuyup sekarang jika berlari menerobos hujan tanpa payung.

Kalau begitu, yang bisa di lakukan Lucas sekrang hanya menunggu hujan reda dan membawa pekerjaannya ini kembali ke rumah. sejak siang ia tak mendengar panggilan dari Damian, itu berarti tak ada masalah serius yang perlu di laporkan padanya. Ia juga telah mentransfer uang operasi. Berapa uang yang telah Lucas keluarkan untuk Rachel? Mungkin tak terhitung jumlahnya. Lucas sendiri juga tak tau, kenapa ia tiba tiba merasakan sebuah obsesi yang besar kepada wanita itu.

Sampai menjelang malam, hujan baru reda. Meninggalkan sedikit rintik hujan. Tapi tak apa, Lucas sudah tak betah duduk di rungan ini. Ia ingin mengerjakan pekerjaan ini di rumah dan bersantai. Ia langsung mengemasi barang barangnya dan memasukan berkas itu ke mapnya.

Lucas langsung pergi meninggalkan ruangannya. Ia langsung turun menggunakanlift, Lucas bisa melihat sekiling kantor yang sudah sepi. Karyawanya sudah pulang, jam kantor sudah selesai sekitar setengah jam yang lalu. Yang ada di kantornya saat ini hanya beberapa petugas keamaan yang berjaga di malam hari. Begitu sampai di lantai bawah, Lucas bisa melihat keluar lewat pintu Lobi yang terbuat dari kaca. Di

luar, hujan masih rintik rintik dan lumayan deras. Tapi Lucas langsung berjalan ke jalur khusus menuju parkiran mobilnya.

Lucas berjalan dengan santainya sambil melepas jas dan melonggarkan dasinya. Menggulung lengan kemejanya stinggi sikunya. Ia sekarang sudah tampil santai, tapi maskulin. Menjadi tampan memang bukan sebuah dosa. Lucas langsung berhadapan dengan mobil putihnya yang

terparkir sendirian, ia langsung masuk ke mobil dan menyalakan mesin mobil. Menyetir mobil meninggalkan gedung kantornya.

Ketika mobil akan melewati gerbang kantor dan menuju ke jalan raya, sosok perempuan dengan tubuh basah kuyup menghadang mobil Lucas dan memaksa Lucas menghentikan laju mobilnya. Ia langsung menurunkan kaca mobilnya hendak memaki perempuan gila itu.

" Kamu ingin mati! Kalau iya, jangan disini! Minggir ... "

Rachel tau itu mobil Lucas, ia pernah melihat Lucas menaiki mobil itu sekali. Rachel tak tau di mana tempat parkir untuk direktur. Sepanjang hari ia menunggu Lucas keluar dari gedung. Rachel menunggu Lucas keluar di tengah hujan deras sampai tubuhnya basah dan mengigil karena kedinginan. Tapi tak apa. Ini bukan sebuah masalah, toh kin Rachel sudah bisa menemui Lucas. Resepsionis itu tak berbohong, Lucas

memang tengah sibuk dan tak keluar dari gedung kantor sepanjang hari.

Rachel langsung berlari mendekati pintu mobil dan menghampiri Lucas yang masih mengulurkan kepalanya ke luar jendela, ia berlari dengan panik . Lucas yang perlahan melihat sosok itu kian dekat dan menyadari kalau itu adalah Rachel. Wanita bodoh mana yang rela basah kuyup

seperti ini di tengah hujan lebat!

" Say...a moh...on ... "

Mulut Rachel begitu pucat, ia basah kuyup di seluruh badannya, bajunya tak ada yang kering sedikitpun. Rachel bahkan berbicara dengan menggigil karena kedinginan.

" Perempuan bodoh!! "

Lucas langsung membuka pintu mobil dan menyeret Rachel masuk ke dalam mobil dengan paksa, ia langsung menutup pintu mobil dengan cara mendorongnya kuat kuat. Membuat suara keras yang memekakan telinga. Lucas menyalakan kembali mesin mobil dan menghidupkan penghangat udara. Apa yang di lakukan Rachel sampai seperti ini?! Wanita bodoh ini! Benar benar tak habis pikir! Bagaimana mungkin aku

bisa tertarik dengan perempuan ini. Bukannya menunggu operasi, dia malah hujan hujanna dan membuat dirinya masuk rumah sakit!

Lucas menjalankan mobil dengan tak sabaran, ia tak tau apa yang tengah di pikirkan Rachel sekarang. Tapi melihat kondisi Rachel sekarang ini, membuat Lucas semakin merasa jahat. Dan Rachel adalah orang yang tertindas. Lucas melirik Rachel yang sekarang ada di sampingnya, ia tengah kedinginan walaupun penghangat ruangan sudah menyala.

" Pakai itu ... "

Lucas melemparkan jas yang tadi di kenakannya dan langsung mengalihkan pandangannya ke jalan raya. Ia tak jadi pulang ke rumahnya di pinggiran kota. Ia teringat waktu menyelamatkan Rachel yang kedinginan ke rumahnya yang ada di pinggiran itu. membutuhkan waktu lama.

Lucas menyetir mobil ke apartemennya. Area yang sangat eksklusif. Apartemen untuk orang orang yang tak tau harus menghaburkan uangnya ke mana lagi.

Sesekali ia melirik ke arah Rachel, sebenarnya apa yang wanita ini pikirkan? Dia harusnya berada di rumah sakit. Bukan bermain air hujan! Dasar wanita bodoh.

Perjalanan ke apartemen Lucas membutuhkan waktu lumayan lama, jalanan ramai karena lalu lalang kendaraan terhenti saat hujan tadi. Jadi setelah hujan reda, jalanan di hamburi kendaraan roda empat ataupun roda dua. Rachel masih menggigil di sana, di samping Lucas. Ia masih ragu ragu untuk mengucapkan sepatah kata. Ia takut kalau Lucas tak mau mendengarkan omongannya. Rachel menarik nafas dalam, ia tengah berada sat mobil dengan Lucas, pakaiannya sudah basah kuyup, tubuh menggigil dan mungkin hampir mati kedinginan. Lalu hal buruk apa lagi yang mungkin bisa terjadi? Dengan penuh keyakinan, Rachel menarik nafasnya dalam dalam. Sembari membulatkan tekatnya.

" Saya menawarkan diri .. "

Kata kata Rachel barusan sukses membuat Lucas kaget, ia tak sengaja menginjak rem dan membuat Rachel sedikit terpental ke depan. Mobil dan kendaraan lain di belakang Lucas juga ikut kaget dan sontak berhenti. Lucas bisa mendengar makian orang orang karena ia mengerem

mendadak. Tapi otak Lucas kosong. Apa yang sebenarnya di tawarkan Rachel?

" sebenarnya apa yang tenagh kau jajakan padaku ini hah? "

Lucas bukannya ingin menjadi naif, tapi ia benar benar tak punya ide apa yang tengah Rachel bicarakan sekarang. Kenapa ia malah di kantornya bukan di rumah sakit.

" Saya akan menjual diri saya, Tujuh Ratus Juta .... "

Rachel baru saja mengatakan nominalnya, harga dirinya yang bisa di tukar dengan uang. Tapi ia tak peduli, ini jalan satu satunya. Seberapa keras Lucas menolaknya nanti, Ia akan tetap berusaha.

" Saya butuh uang Tujuh Ratus Juta untuk bisaya operasi Ibu saya, sebagai gantinya saya akan menjual diri saya kepada anda .... "

Rachel berbicara dengan sangat mantap sekarang, seperti tengah bertransaksi saham. Bukannya bertranksaksi manusia. Menjual dirinya maksudnya. Mendengar penjelasan Rachel, Lucas menyadari. Kalau Rachel tak tau, Ibunya sudah di operasi. Damian sudah mengerjakan tugasnya, jadi sejak tadi wanita bodoh ini telah menunggunya di tengah hujan dan angin kencang hanya untuk menjual diri? Lucas tersenyum aneh, ia tak mau mengambil kesempatan dalam kesempitan. Apa lagi di dalam kesalahpahaman seperti sekarang. Tapi

mendengar penawaran Rachel yang sangat bertekad itu. menggugah sebagian diri Lucas untuk mengiyakan dan menerima tawaran Rachel.

Sebagian ego Lucas ingin memiliki Rachel. Sebagian diri Lucas yang hilang kendali jika berhadapan dengan Rachel.

Lucas memelankan laju mobilnya, ia sengaja. Ia ingin mengetahui sebulat apa tekad Rachel menjual dirinya kepadanya. Toh, jika di tengah jalan Rachel menarik keputusannya. Lucas tak sedang terburu buru untuk memiliki Rachel.

" Apa kau pikir aku bodoh? Mau membeli wanita sepertimu dengan harga setinggi itu di bandingkan wanita yang lebih cantik darimu, yang rela menjajakan diri hanya untuk menjadi kekasihku ... ? " Kata kata Lucas yang pelan namun tak memiliki jeda untuk di sangkal oleh Rachel, mendengar kata kata itu. Rachel tau, ketertarika nLucas padanya telah luntur. Bagaimana sekarang? Rachel begitu cemas, ia memutar

otakknya. Mencari alasan lain agar Lucas menerima tawarannya.

Sebenarnya pemikiran Rachel salah, ketertarikan Lucas padanya. Tak berkurang sedikitpun. Rachel justru semakin menjadi dunia yang ingin di sambangi Lucas. Menjadi semesta baru bagi Lucas. Bintang Andromeda versi Lucas? Bisa di bilang adalah Rachel.

" Aku masih.... " Rachel menggantungkan kalimatnya, ia sedikit ragu mengatkan hal vulgar seperti. Aku masih virgin di depan laki laki.

" Masih apa? Masih di bawah umur? Tentu aku tak tertarik dengan perempuan di bawah umur, kalau begitu keluarlah ... "

Rachel panik ketika Lucas melambatkan laju mobil ke bahu jalan, seperti akan menurunkan Rachel.

" Aku masih perawan...! "

Lucas tak terkejut, kalau wanita sepolos Rachel masih perawan. Berciuman saja ia terkejut, apa lagi melakukan hubungan intim. Bibir Lucas tersenyum tipis, membisikan tekad bulat di kepalanya. Rachel tak boleh menjadi milik orang lain, harus menjadi milikku. Harus aku yang menjadi laki laki pertamanya.

Lucas mempercepat laju mobilnya menuju apartemen. Ia tak sabar ingin bermain main dengan Rachel.

" apa aku tak di bohongi? Banya yang mengaku perawan akhir akhir ini, aku tak yakin kalau kau itu bukan salah satunya ... "

Lucas masih menikmati reaksi Rachel ketika ia mempermainkan perasaan wanita itu, membuat wanita itu semakin bimbang. Benar benar ekspresi yang lucu. Kepolosan wajah Rachel. Itu yang tengah di nikmati Lucas.

" Kalau begitu, ayo buktikan!! "

Tak sadar Rachel menyerukan tantangan itu sambil berteriak, ia lepas kendali. Ia tak bisa lagi bersabar dengan tekanan Lucas padanya. Lucas benar benar panda dalam bernegosiasi. Pandai membuat lawan bicaranya terpojok dan tak punya pilihan lain selain jujur dan menyerah.

" Kalu begitu, aku terima tranksaksi ini ... "

Rasa terkejut sekaligus lega dan jijik secara bersamaan memenuhi batin Rachel. Terkejut karena Lucas menerima tawarannya, Lega ia akhirnya bisa mendapatkan uang untuk operasi. Jijik, karena ia telah menjual dirinya yang berharga hanya dengan uang. Pikiran Rachel melayang jauh, bagaimana nanti masa depannya? Apa aku tak di takdirkan untuk menikah? Bagaimana mungkin aku akan menghadapi

suamiku dalam kondisi tak lagi suci. Ini menjijikan. Rachel membuang bayang bayangannya jauh, tak apa tak menikah. Itu bukan masalah besar. Toh orang yang kucintai selama ini hanya cinta pertamaku. Aku juga takan jatuh cinta pada iblis ini. Aku takan jatuh cinta kepada Lucas.

Lucas mempercepat laju mobilnya melewati jalanan yang sudah semakin sepi, semakin mendekati apartemennya. Tak ada lagi pembicaraan di antara mereka berdua. Sejak tadi, pandangan Rachel tertuju ke luar jendela. Luca? Ia memilih fokus ke jalanan. Kini mobil sudah memasuki area parkir apartemen. Mobil putih itu memasuki basement dan langsung berhenti dengan decitan ban mobil yang memekikan telinga.

Membuat Rachel tersadar dari lamunannya.

" Turun ...."

Lucas membuka pintu untuk Rachel, ia bahkan tak menyadari kapan Lucas keluar dari mobil. Ia terlalu sibuk menerawang, mengintip masa depannya yang akan hancur karena pilihannya sendiri. Rachel turun dari mobil, badannya yang basah kuyup tadi, kini sudah sedikit kering.

Menyisakan ujung rambut Rachel yang masih meneteskan air hujan. Belum sempat tubuh Rachel sepenuhnya keluar dari mobil, kaki Rachel tak mampu menopang berat tubuhnya. Kakinya kram karena dingin. Dengan sigap Lucas langsung menarik tubuh Rachel, menopangnya dengan kedua lengannya yang kekar. Sesaat, di antara mereka. Waktu sepeti terhenti. Mereka seolah menghentikan waktu untuk lebih lama

menatap satu sama lain.

" Kalau tubuhmu lemah, jangan sok jagoan menerjang hujan! "

Bukan seperti pangeran yang akan peduli dengan puteri mereka yang tengah kesakitan, Lucas malah mendaprat Rachel dengan kata kata pedasnya. Damian bilang kalau tubuh Rachel lemah dengan suhu dingin, dan wanita ini baru saja menerjang hujan berjam jam. Ini membuat Lucas khawatir. Dengan segera ia menaikan tubuh Rachel ke dalam gendongannya. Membawa Rachel tanpa memberikan jeda bagi Rachel untuk menolak ataupun protes. Rachel hanya terdiam.

Lucas masuk ke lift dari basement menuju lantai apartmennya. Ia hanya perlu men-tap keycard miliknya. Kemudian, cling. Hanya dalam lima menit. Lucas sudah ada di lantai dua puluh, berjalan menyusuri lorong ke unit apartmennya. Lima menit yang sangat mendebarkan untuk

Rachel. Karena baru pertama kali ini, ia sangat dekat dengan tubuh seorang laki laki.

Lucas masih menggendong Rachel di tangannya, membawa tubuh wanita mungil itu menyusuri lorong dan menuju unit apartemen paling ujung. Lucas men-tap kembali keycard miliknya dan pintu dengan otomatis terbuka. Lucas langsung masuk tanpa berkata kata, ruangan yang tadinya gelap gulita. Tapi begitu Lucas masuk, sensor langsung mendeteksi kedatanan Lucas dan jeng jeng. Lampu menyala, lampu lorong, ruang tamu, lampu dapur. Kini seluruh pojok apartemen Lucas telah terang benderang.

Menampilkan hunian mewah dengan berbagai perabot yang tak pernah di lihat Rachel. Karpet bulu yang sudah pasti tak perlu di ragukan lagi keasliannya. Lukisan lukisan klasik yang benar benar besar terpajang di dinding ruang tamu. Lukisan yang menampilkan sosok perempuan misterius dengan rambut terurai dan wajah datar. Rachel begitu kaget ketika mengenali sosok itu.

" Monalisa ...? "

Kata kata itu keluar dari mulut Rachel tanpa pikir panjang, menarik perhatian orang yang mendengarnya.

" Itu asli ... " Lucas mengkonfirmasi.

" Lukisan itu di curi di tahun seribu sembilan ratusan, orang bodoh yang percaya jika yang terpajang di museum itu adalah yang asli. Karena pencurinya telah menjual yang asli ke pasar gelap, dan menjualnya ke keluargaku ... "

Rachel tercengang dengan penjelasan Lucas, jadi selama ini. Dunia di bodohi? Monalisa yang asli tengah terpajang di dinding apartemen selama ini? Bukan yang ada di museum?. Lucas masih menikmati melihat wajah kaget bercampur kekaguman di ekspresi Rachel. Dia kemudian menurunkan tubuh Rachel ke sofa.

" mandilah, karena aku akan mengetes. Apa yang kau tawarkan tadi barusan? Keperawananmu ...? "

Setelah mengatakan itu, Lucas langsung beringsut meninggalkan Rachel yang tergagap gagap. Ia harus menghubungi seseorang. Lucas berjalan menuju ruangan di dekat balko. Ia akan menghubungi Damian. Lucas dengan sabar menunggu panggilan di angkat oleh Damian.

" ada apa, Tuan Nortwest ini menghubungi rakyat jelata sepertiku ini di penghujung hari .. "

Damian langsung menyambut telephon Lucas dengan candaannya yang sangat tak di sukai Lucas, tapi ia menikmati saat dimana Lucas terganggu dengan obrolannya itu. tapi di luar dugaan. Lucas begitu tenang dan seperti terdengar ada senyuman dari cara bicara Lucas.

" bagaimana operasi tadi ...? "

" kau kenapa? Aku tak bisa membayangkan dirimu tanpa marah marah ... " Damian masih terheran dengan tingkah Lucas.

" cepat jawab, bagaimana operasinya? Berjalan lancar .. ? "

" lancar tanpa hambatan, hanya menunggu satu atau dua hari sampai pasien bangun karena obat biusnya benar benar kuat "

" kalau begitu, jaga wanita itu, karena malam ini tak ada yang akan menjaganya. Anaknya ada bersamaku "

Lucas menutup telephon tanpa menunggu jawaban Damian. Meninggalkan Damian dengan berbagai pertanyaan. Tapi terlambat untuk bertanya, Lucas sudah berjalan masuk, meniggalkan balkon. Mencari cari keberadaan Rachel.