Rachel sudah pergi dari Bank sejak satu jam yang lalu, kini ia tengah di perjalanan menuju Nortwest Corporation. Ini yang di inginkan Lucas, ia dengan sendirinya menemuinya tanpa mengeluarkan sedikit tenanga. Bagaimana mungkin harus menunggu enam bulan unutk mencairkan uang itu? sedangkan nyawa
ibunya sudah di ambang maut. Apa maut mau menuggu enam bulan lagi? Tentu tidak! Bodoh! Ini memang rencana licik Lucas. Secara sah ia tak melanggar perjanjian, ia membeli Biola Rachel dan membayarnya. Tapi ia membayar dengan cara yang sangat cerdas, cara mafia menekan mangsanya.
Rachel sudah sampai, ia sudah di depan gedung ini sekarang. Gedung tinggi yang menunjukan kekuasaan dan uang. Gedung yang ia tinggalkan dua hari yang lalu, gedung yang tak ingin di pijaknya kembali. Tapi
takdir atau kesialan? Mungkin kesialan yang menarik Rachel untuk kebali lagi ke sini. Rachel langsung memasuki gedung, menuju lobi dan menghamipiri resepsionis yang sudah Rachel kenali. Perempuan itu langsung menyapa Rachel dengan ramah.
" Apakah Tuan Lucas ada di ruangannya sekarang ...? " Rachel langsung menanyakan pion utamanya, kenapa ia datang lagi kemari. Hanya untuk menemui Lucas dan memintanya untuk mengganti cek ini.
" Maaf Nona Rachel, tunggu sebentar saya akan melihat jadwal Tuan Lucas hari ini ... " Resepsionis itu langsung melihat buku jadwal, jadwa harian Lucas dan langsung beralih ke komputer di depannya. Ia tengah
mencocoknya jadwal harian yang sudah di bukukan dengan jadwa bulanan Lucas sekarang.
" Jadwal hari ini pukul dua belas siang, di jadwal tertulis kalau Tuan Lucas baru akan datang ke perusahaan jam dua belas siang nanti. Nona Rachel ingin membuat janji, atau menunggu di sini ... ? " Resepsionis
itu sudah berjaga jaga, ia sudah siap menulis pertemuan tertuli suntuk Rachel agar tak bertabrakan dengan orang yang ingin membuat janji temu dengan Lucas nantinya.
" Tak perlu, aku akan menunggunya di sini saja ... "
" Bailah, kalau begitu silahkan duduk di sofa yang sudah di sediakan di sebelah sana. Setelah Tuan Lucas sampai, saya akan langsung mengabarkan kepada anda ... " Resepsionis itu menunjuk ke pojok lobi
yang terdapat set sofa kulit. Sofa itu menghadap langsung ke jendela kaca, itu membuat Rachel bisa melihat kedatangan Lucas nantinya.
" terimakasih .. " Rachel tersenyum ke resepsionis itu dan ia membalas senyuman Rachel tak kalah ramah. Dari semua wanita yang mencari Lucas, hanya Rachel yang penuh sopan santun dalam bertanya. Kebanyakan wanita yang mencari Lucas akan langsung pergi ke ruangan direktur tanpa tau apa yang
tengah di kerjakan oleh Lucas. Pernah seorang model langsung membuka pintu ruangan dengan mendobraknya. Ia berpikir kalau Lucas sengaja mengunci pintu untuk menghindarinya. Padahal saat itu Lucas tengah rapat penting dengan jajaran direksi. Dan setelah kejadian itu, model itu langsung tak pernah muncul lagi di majalah manapun. Karena kemarahan Lucas, bukan sesuatu yang bisa di
bayangkan. Itu terlalu mengerikan.
Rachel duduk di sofa itu, sofa kulit berwarna cokelat metalik. Benar benra mengkilap dan menunjukan harga yang patas. Pasti mahal. Itu pikiran Rachel. Ia duduk beringsut ke tepi sofa, mendekatkan dirinya ke
kaca untuk memantau kedatangan Lucas. Tapi apakah Lucas benar benar datang sesuai dengan jadwalnya?
*** 000 ***
Pukul sembilan pagi, penerbangan pagi tadi telah mengantarkan Lucas di bandara Ngurahrai tepat pukul sembilan pagi. ia tak mebuang waktu, begitu menapakan kaki di bandara Lucas sudah di jemput oleh
bawahannya. Ia langsung di arahkan ke mobil yang membawanya ke Nusa Dua. Shawn? Ia tentu mengekori Lucas. Tak peduli kemanapun atau kapanpun. Ia tetap berada di dekat Lucas.
" Katakan kepada semua pimpinan direksi kalau kita akan melakukan rapat darurat di Hotel utama yang ada di Nusa Dua .. " Lucas mengatakan perintahnya yang langsung di lakukan Shawn dengan sigap.
" Baik Tuan ... "
Shawn langsung memncet nomor nomor penting di ponselnya, ia harus menyimpan banyak nomor penting di ponsselnya. Banyak sekali nomor nomor orang terkenal di ponsel Shawn hanya untuk menghubungi mereka ketika Lucas memerintah. Shawn langsung menghubungi nomor itu satu persatu.
" Halo? Manajer Philip, Tuan Lucas menginginkan rapat darurat dengan semua jajaran direksi di Hotel Utama di Nusa Dua ... " Shawn menuturkan kata katanya dengan lancar, ia terbiasa menelpon tanpa basa basi. Efisien dalam berbicara adalah salah satu poin jika ingin bekerja dengan Lucas.
" Membahas isu tempo hari yang membuat masyarakat demo di depan hotel dan resot .. " Shawn mengangguk, ia tengah mendegnarkan jawaban dari Manajer yang bernama Philip itu. tak lama kemudian ia menututp teleponya. Itu baru Manajer dan direktur di Hotel dan resort di Nusa Dua. Shawn masih
harus menghubungi Manajer dan direksi hotel yang berada di Ubud dan Pantai Kuta.
" Halo..? Manajer Richard..? segera hubungi pimpinan direksi kalau rapat darurat dengan Tuan Lucas akan di lakukan di Hotel utama di Nusa Dua, secepatnya setelah Tuan Lucas sampai di sana. Sekarang kami tengah di perjalanan dari bandara .... "
Shawn sekali kali mengangguk mengiyakan percakapan dari lawan bicaranya itu, kemudian telephon di tutup kembali. Shawn masih harus menghubungi satu orang lagi, Manajer di hotel yang ada di pantai Kuta.
" Halo..? " telephon sudah terhubung, namun Shawn masih belum mendengar jawaban dari orang di seberang sana.
" Manajer Louis...? " Shawn kembali memastikan kalau sambungan telephonya benar benar sudah aktif. Tapi ia belum mendengar jawaban.
" ia aku dengar Shawn! Aku sudah di perjalanan dengan direksi yang lain. Katakan kamu akan sampai tepat waktu ... " itu suara Louis yang terdengar sangat terburu buru. Bagaimanapun hotel yang berada di Pantai
Kuta itulah yang mendapat kerugian paling banyak dari hotel dan resort lainnya. Hotel di sana juga di kecam sebagai penyumbang sampah paling banyak di Pantai Kuta. Itu pasti membuat Loue ketakutan begitu mendengar kabar rapat darurat dari Manajer hotel lainnya.
Tuuut tuuut. Panggilan terputus sebelum Shawn mengatakan semuanya, Louis pasti terburu buru dan takut akan terkena mukan Lucas. Shawn yakin sekali. Untuk sesaat Shawn bisa tenang, belum ada lagi
perintah dari Lucas. Ia bisa menarik nafas lega kali ini, mungkin untuk bebrapa menit kedepannya. Sedangkan Lucas..? ia tengah duduk melamun. Entah apa yang ia lamunkan di pagi hari ini.
Selagi mobil melaju membelah jalanan di Bali ini, Lucas melemparkan pandangannya keluar jendela. Ia telah memberikan Rachel cek mundur, yang baru bisa di cairkan beberapa bulan kemudian. Secara tak langsung ia tak melanggar aturan jual beli. Yaitu pembayaran. Itu hanya salah satu cara Lucas
untuk menemui Rachel lagi, karena Racel pasti akan mati matian untuk menghindarinya nanti. Tapi sekarang isi otanya teralihkan dengan adanya masalah ini. Hotel dan resortnya tengah di landa isu riskan dan sentimental. Bali yang merupakan tempat wisata seluruh umat dari penjuru dunia. Jika usahanya ini
mengganggu masyarakat dan mendapat kecaman dari mereka. Pundi pundi uangnya mungkin hilang.
Otak Lucas tengah mencerna seluk beluk masalah ini. Awal mula isu ini beredar, bagaimana ia akan megnatasinya nanti. Lucas tengah berpikir keras sekarang. Dan sekarang, ia tak bisa di ganggu. Hingga bunyi ban mobil yang berdecit karena menikung itu terdengar cukup keras. Mobil baru saja
berputar ke parkiran Hotel Utama. Salah satu Hotel mewah Lucas yang ada di Nusa Dua Bali. Mobil langsung berjalan ke arah parkiran khusus yang sudah di sediakan. Kemudian berhenti.
Shawn dengan sigap dan cepat langsung turun dari mobil, membukakan pintu untuk Lucas. Sebenarnya Lucas tak perlu di perlakukan seperti itu oleh Shawn. Ia bisa sendiri, membuka pintu dan hal hal lain dengan
tangannya. Tapi semua orang sudah terlanjur memandanginya dengan ketakutan.
" Mari Tuan ... "
Lucas langsung keluar dari mobil, ia sudah berganti dengan setelan jas yang baru saat meninggalkan hotel tadi pagi. Setelan jas yang ia kenakan sekarang adalah setelan jas berwarna biru tua yang sangat licin di
pakai Lucas. Setelan jas dengan potongan klasik yang sederhana tapi elegan dan lagi lagi Lucas menganakan setelan jas itu tanpa memakai dasi. Membuka dua kancing kemejanya, menunjukan kulit cokelat Lucas yang hangat seperti warna kayu maple di musim gugur. Memperlihatkan secuil pemandangan dada bidang Lucas.
" Ayo masuk ... "
Lucas berjalan di depan Shawn, melangkahkan kainya dengan santai namun dengan ritme langakh yang cepat. Shawn juga langsung beradaptasi dengan langkah Lucas itu, ia sudah berada di samping Lucas.
Membacakan permasalahan rapat kali ini.
" beberapa desa di sektiar hotel ini mengalami pencemaran di air sungai yang membuat mereka gagal panen, mereka tiba tiba menemukan sampah penghambat aliran air di hulu sungai. itu juga yang terjadi
dengan hotel dan resort kita lainnya. Di hari dan jam yang sama juga kasus yang sama "
Shwan menyelesaiakn laporannya tepat ketika Lucas sudah berhenti di depan lift. Di depan mereke kini berdiri Philip dan semua jajaran direktur hotel. Mereka menyambut Lucas dengan ketakutan dan rasa khawatir.
" ruang rapat sudah siap ... ? " Lucas bertanya kepada Philip yang langsung di jawab Philip dengan tergesa gesa karena gugup.
" sudah Tuan... ehm ah ehm Manajer lain dan jajaran direktur lainnya juga sudah berkumpul di sana. Mari saya antarkan ... "
Philip langsung mengarahkan Lucas ke lift di ikuti jajarn direksi di belakang mereka. Tapi mereka mengambil lift yang berbeda dengan Lucas, ia hanya bertiga dengan Shawn dan Philip.
" ceritakan padaku, dari awal ... " Lucas menyilangkan
tangannya di depan dada. Dia sudah diap mendengarkan penjelasan dari Philip ini.
Itu perintah Lucas, dan perintah itu adalah perintah sederhana tapi justru membuat Philip semakin takut.
" ini sudah berlangsung sekitar sebulan, kejadian inilah yang membuat pendapatan kuartal kali ini menurun. Kami bahkan tak tau dari mana asalnya sampah sampah itu, tapi masyarakat dengan yakinnya menunjuk kalau hotel kita lah yang membuang sampah sampah itu ke sembarang tempat "
Lucas mendegarkan dengan seksama penjelasan Philip barusan. Ia sudah memikirkan banyak
potensi masalah dan cara menanganinya. Ia hanya perlu merencanakan ini dengan semua direksinya. Lucas tak bisa membiarkan orang yang bermain licik, menerima keuntungan besar dari masalah ini. Lucas sudah membuat rencana matang untuk itu.
Ting. Lift berhenti di lantai meeting, dengan otomatis pintu terbuka, Lucas bahkan belum sempat mengatakan apa apa. Ia masih menuggu penjelasan lain dari Philip. Tapi mungkin penjelasan itu harus di utarakan di rapat saja sekarang. Lucas langsung berjalan ke ruangan meeting, ia membuka pintu
dengan pelan dan sabar. Aura dingin seorang direktur langsung menyelimuti ruangan, membuat tatapan bawahanya menjadi otomatis menunduk.
" kita mulai rapat darurat ini, sekarang. Kita mulai
dari hotel yang memilki pendapatan paling sedikit .. " Lucas menatap ke arah
Louis dan semua direksi dari Hotel di Pantai Kuta. Mereka yang memilki
pendapatan paling kecil dari hotel dan resort lainnya. Menurut informasi Shawn,
hotel di sana juga yang mtercium oleh masyarakat. Esoknya masyarakat langsung
memblokir jalan ke arah Hotel dan memblokir turis, tak heran pendapatan mereka
turun drastis.
" Tuan, kamu sudah melakukan penelusuran dam mengamati baik baik di area yang terkena dampak pencemaran. Itu benar benar bukan dari Hotel kita, kami sudah melakukan penelusuran dan uji kimia. Hasilnya sampah itu bersih, tak terkontaminasi. Di dunia ini tak ada sampah yang steril, tapi
sampah sampah itu steril "
Lucas merengut, ia mengerutkan jidatnya membuat alisnya bertautan dan mengambil kesimpulan dari apa yang di katakan Louis barusan.
" apa semua sampah sampah itu juga adalah jenis sampah yang sama dengan sampah dari dua tempat lainnya .. "
Lucas menatap semua bawahannya itu, mereka kompak mengiyakan. Berarti hanya satu musuh mereka. Musuh yang sama yang menyerang tiga hotelnya dengan cara yang sama.
" kalau begitu, awasi semua lingkungan warga di setiap hotel dan resort kita. Jaga jaga dengan memasang kamera pengintai, kita butuh bukti untuk menyatakan ketidak bersalahan kita. Cari musuh kita diam diam,
selidiki tempat yang paling banyak mendapatkan keuntungan dari isu ini. Selidiki baik baik dan beri mereka pakan yang sama dengan yang mereka umpankan ke pada kita .. "
Lucas langsung terdiam, ia menunggu reaksi atau pendapat lain dari rapat ini. Ia masih menunggu.
*** 000 ***
Rachel masih menunggu disana, duduk dengan mata yang terpaku ke jalanan. Menunggu mobil mewah Lucas memasuki halaman gedung. Tapi nihil. Sejak tadi ia tak melihat tanda tanda kehadiran Lucas. Apakah Lucas sengaja melakukan ini...? sepertinya mempersulit orang adalah hal yang menyenangkan untuk Lucas. Tapi ia tak punya banyak waktu, ia harus segera ke rumah sakit melihat kondisi ibunya. Aku akan kesini lagi, esok hari. Rachel menigngalkan gedung kantor itu, ia berjalan meniggalkan gedung dan mencari letak halte terdekat. Ia harus ke rumah sakit sekarang.
.
.
.
.
Rachel sudah sampai di rumah sakit, ia mencari cari keberadaan ibunya di ruangan. Tapi tak menemukan sosok itu. kekosongan ini benar benar membuat Rachel takut. Jangan jangan Mama...?. Rachel berlari
memasuki ruangan dengan membabi buta. Ibunya tak ada. Kosong. Ruangan ini kosong tak berpenghuni, bagaimana mungkin ibunya....
Damian melihat sekelebat sosok perempuan itu, perempuan yang ia selamatkan beberapa hari yang lalu di kediaman Lucas. Tak salah lagi, matanya tak mungkin salah dalam mengenali seseorang. Damian langsung menghampiri perempuan yang masuk ke ruangan perwatan dengan panik itu. ia melihat perempuan itu tengah mencari cari seseorang di dalam, tapi nihil.
" siapa yang anda cari di dalam sana ... ? " Damian bertanya di ambang pintu, membuat Rachel kaget dengan suara yang berasal dari belakang punggungnya itu. ia langsung berbalik dan menatapi seroang laki laki berjas dokter tengah berdiri di ambang pintu menatapnya denga heran.
" Apa pasien di sini, me... apas... " Rachel tak bisa menyelesaikan kalimatnya. Ia tak bisa melengkapi kata kata itu.
Damian mengenali wanita ini sekarang, dengna jelas dan yakin. Ia bisa mengatakan kalau dia adalah wanita yang sama dengan wanita yang di bawa Lucas tempo hari. Lalu? Kenapa ia mencari cari pasiennya?
" Ibu Lina sudah melewati masa kritis, saya baru memindahkanya ke ruangan perwatan intensif tadi pagi ... "
Melewati masa kritis, kata kata itu terdengar lebih melegakan di bandingkan dengan meninggal. Sejenak lutut Rachel lemas, ia begitu bodoh dengan langsung berpikiran buruk. Tapi, kenapa dokter ini? Bukannya Dion?
" Ibuku sudah di ruangan perawatan biasa? Tapi dimana Dion ... ? "
Damian bisa menangkap sinar lega dan juga tatapan penasaran di mata Rachel.
" saya dokter pengganti, dokter Dion mengambil cuti beberapa hari mulai kemarin "
Dion? Pergi? Tapi kemana ...? hanya itu pertanyaan di otak Rachel. Ia tak tau kemana Dion pergi, biasanya Dion akan mengabarinya dulu. Ini bukan Dion yang biasanya.